Prolog

1.1K 44 0
                                    

Ini cerita aku buat udah dari jaman batu neolitikum.-. Mendekam di komputer selama berabad-abad sampe udah berfermentasi. Dari jaman smp unyu sampe sekarang udah sma(masih unyu juga kok) :D becanda ding. Daripada nggak ada yg baca aku share disini ajadeh, padahal jg belum tentu ada yang baca-___-

Tapikan menawa ada gitu ya. Yaudah deh inilah cerita abal-abal saya yg niatnya mau cerita tentang vampire.-.

***

Cahaya mentari yang menusuk melalui celah-celah jendela membangunkan secara paksa gadis kecil ini. Matanya mengerjap-ngerjap, terduduk, dan mengumpulkan nyawanya setelah terlelap selama berjam-jam.

Matanya melirik ke meja samping tempat tidurnya yang bercorak ungu. Terlihat sebuah boneka babi berwarna pink dan selembar kertas yang dilipat rapi tergeletak di samping lampu tidur.

“mamah ini kertas sama boneka dari siapa ya?” teriaknya, dia belum bergeming dari ranjang empuknya. Kamarnya dekat dengan ruang makan, dan ia yakin sang ibu pagi-pagi seperti ini berada di sana.

“Fallen...” ucap ibunya.

Fallen? untuk apa? batinnya.

Perlahan ia pun membuka kertas tersebut....

To : Yasmine Avrillia Farda

          Yasmine maafin aku ya aku nggak pamit langsung sama kamu. Aku nggak mau lihat kamu sedih di depanku. Aku mau ikut papah yang pindah tugas ke Jerman jadi aku harus ninggalin Jakarta termasuk ninggalin kamu. Aku akan tetep inget kamu kok selamanya~

Sahabatmu:

Fallen Raditya Rama

Seketika buliran kristal jernih mulai turun membasahi pipi chubynya. Bayangan mengenai sahabatnya itu mulai terputar bak roll film dalam pikirannya. Kenangan-kenangan yang teramat banyak bersama sahabat yang ia kenal sedari ia berumur 4 tahun hingga kini ia berumur 8 tahun. Bukan waktu yang singkat.

Jika kalian paham atau bahkan hanya sekedar mengerti arti persahabatan itu sendiri kalian juga pasti mengerti perasaan Yasmine.

Mungkin lain waktu aku akan bertemu lagi, batinnya. Sudut-sudut bibir tipisnya mulai terangkat dan tangan mungilnya mulai menepis buliran air mata yang sedari tadi membanjiri wajahnya.

Second MinuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang