BAB 7

333 15 2
                                    

Mentari bersinar sangat cerah di hari pertama musim panas ini. Sinarnya menyapa lembut wajah gadis yang masih setia bersandar di pagar balkon apartmentsnya, menatap aktivitas manusia-manusia yang ada dibawah sana. Menikmati libur musim panasnya.

Terkadang peristiwa yang hampir atau bahkan sudah merenggut nyawanya yang terjadi seminggu lalu itu masih terlintas dalam pikirannya.

Dan kini masalah itu telah selesai, dan mungkin hidupnya akan kembali tenang. Namun, ada semburat kesedihan yang ia rasakan. Dimana para vampire itu mungkin tak akan sesering waktu itu datang ke apartmentsnya, atau bahkan tidak pernah. Buktinya ia tak melihat wajah mereka setelah peristiwa itu.

Mungkin yang sangat ia rindukan hanya satu saja dari mereka. Namun, entah mengapa pikirannya selalu menolak untuk mengungkap kan perasaan yang datang dari hati itu, perasaan bahwa ia mulai mencintai makhluk itu.

"aku Iqbaal cowok paling ganteng seantero raya..."

"percaya ucapanku atau kau akan menyesal. O,ya makasih chocolatenya"

Senyum terukir kembali di bibir mungil Yasmine, ia sedang mengingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Iqbaal.

Tok Tok Tok...

Ia mulai melangkah meninggalkan balkon, menuju pintu. Tangannya memegang gagang pintu dan sekejap pintu telah terbuka.

"mamah..." sudut-sudut bibirnya terangkat sangat tinggi sehingga menghasilkan senyum lebar darinya. Ia pun mendekap tubuh wanita paruh baya yang amat ia rindukan ini. Sangat lama.

"khem khem... yang disini dikacangin nih" seorang pria yang berdiri dibelakang mamah Yasmine dengan kedua tangan yang memegang dua koper ukuran sedang mulai bicara setelah beberapa detik yang lalu hanya terdiam menyaksikan adegan romantis ibu dan anak ini.

Yasmine pun melepaskan dekapannya lalu beralih menatap pria tersebut dan menunggingkan seutas senyuman.

"aku juga kangen sama kamu kok.. em o,ya masuk dulu yuk" ajak Yasmine lalu mengambil alih salah satu koper dari tangan pria yang diketahui bernama Angga tersebut.

"lumayan besar ya.." gumam mamah Yasmine sembari mengedarkan pandangannya ke sudut-sudut ruang apartments ini. "kamu betah kan Yasmine?"

"betah kok mah" jawabnya singkat lalu berlalu ke dapur.

Dua gelas air putih dingin sudah ada di genggaman tangan Yasmine yang kemudian diserahkan pada mamahnya dan Angga yang tengah bersandar di sofa. Pasti sangat capek.

"kamu udah punya temen kan selama hampir 3 mingguan lebih disini?" mamah.

Teman? Ada kok. Lumayan banyak malah. Tapi, bukan manusia. Nggak lucu kan kalo Yasmine akan bilang bahwa teman-temannya seorang vampire. Maka, ia pun hanya mengangguk ragu.

***

Di lain sisi, di tempat yang berbeda, di suasana yang berbeda, namun dalam waktu yang sama. Seorang pria eh sevampire pria(?) sedang menikmati suasana sepi bersama dengan kegalauan hatinya di sebuah tebing di dekat kerajaan wolf atau manusia serigala.

Tidak pria itu bukan Aldi. Karna kurasa Aldi tak pantas untuk merasakan galau, mungkin alasannya karena Aldi tak pernah tau arti kata galau atau mungkin karena ia hanya memiliki setengah hati seperti otaknya yang hanya setengah. Pria itu adalah Iqbaal.

Matanya masih fokus menatap kosong bawah tebing yang kurang lebih tingginya 17 m diatas permukaan laut.

"gembok itu terbuka karna Radit cintanya Yasmine. Bukan aku yang hanya memiliki harapan kosong"

'Enggak Baal itu dulu'

"dan Yasmine sangat bahagia ketika dia bisa bertemu kembali dengan Radit. Mereka begitu cocok"

'yah mungkin mereka memang cocok, tapi hati Yasmine sekarang berbeda'

Aku berusaha memberitahu Iqbaal tentang perasaan Yasmine, aku sangat prihatin dengan keadaannya. Namun, aku sepertinya menjadi bodoh seperti Aldi. Aku tak mungkin dapat memberitahu Iqbaal, karena Iqbaal berada di tebing sedang aku masih berkutat di depan laptop dan mengetik satu demi satu kata untuk menyelesaikan cerita ini. Jadi walau aku mengerahkan seluruh suara ku untuk berbicara atau bahkan berteriak di depan laptop Iqbaal tak akan pernah dengar. Ah yasudahlah mungkin waktu yang akan memberitahu Iqbaal.

"sudahlah Baal kau tak perlu terlalu larut dalam kesedihan seperti ini. Bukan kah kau sudah berusaha untuk menjauhi Yasmine" Salsha tiba-tiba hadir dan mensejajari posisi duduk Iqbaal. Duduk di pinggir tebing dengan kaki yang dibiarkan menggantung.

"tapi nihil. Kau percaya tidak jika Yasmine cinta pertama ku?" Salsha hanya mengangguk.

"terkadang kita memang mencari sesuatu yang tak ada atau sulit digapai sedang yang ada dan berada di dekat kita tak pernah kita anggap" Salsha berbicara sangat lirih dengan berjuta makna di setiap kata-katanya. "kau dan Yasmine sangat berbeda Baal"

Berbeda? Apa perlu perbedaan di permasalahkan dalam cinta? kurasa tidak. Karena cinta itu tak pernah mengerti perbedaan.

"yah kurasa kau benar" Iqbaal menunduk mendengar ucapan Salsha yang bak tombak besar yang meluluhlantakan semangat dan hatinya.

"Kau tetap bisa mencintai Yasmine walau kau tak dapat memilikinya, karena cinta tak harus memiliki" Salsha kembali berbicara menatap Iqbaal yang masih menunduk dengan senyum yang paling manis yang ia miliki. Entahlah ucapannya seakan berusaha membuat Iqbaal untuk tak lagi berusaha mendapatkan Yasmine.

'cinta tak harus memiliki' yah ucapan-ucapan itulah yang di lontarkan seseorang ketika ia tak bisa mendapatkan cintanya, ketika sang pujaan hati sudah lebih dulu dimiliki oleh seseorang.

'cinta tak harus memiliki' adalah ucapan seorang pecundang menurutku. Karena yang namanya cinta adalah ketika kita dapat saling memiliki, menjaga, dan menyayangi. Jadi ketika kalian mencintai seseorang berusahalah untuk dapat memilikinya. Jangan malah menyerah lalu mengucapkan kata-kata 'cinta tak harus memiliki'.

"hey.." sapa Aldi yang membuat dua insan ini berbalik serempak. "lihat apa yang kudapat! Bibi Dunken memberinya ketika makan siang tadi" Aldi menunjukan sebuah buku (lagi) yang kali ini tebalnya hanya sekitar 3 cm, lalu duduk menghampiri kawannya ini.

Bibi Dunken adalah bibi Aldi, meski Aldi kini telah berubah menjadi vampire tapi keluarganya tak pernah mencampakannya. Aldi masih sering berkunjung kemari, seperti saat ini.

"kalian tidak ingin kuceritakan tentang isi buku ini?" tanya Aldi karena temannya sama sekali tak merespon. Mereka-Iqbaal dan Salsha-menggeleng secara bersamaan, fokus mereka masih terhadap pemandangan yang ada di tebing ini.

"kalian yakin jika Yasmine manusia?" Aldi terduduk di tengah-tengah Iqbaal dan Salsha, membuka asal buku yang sedaritadi ia genggam. Tatapan Iqbaal dan Salsha seolah-oleh mendorong Aldi untuk berbicara lebih lanjut.

"maksudku Celine pemilik tanda lahir bulan sabit sebelum Yasmine adalah seorang siluman ular. Dan menurut buku yang bibi Dunken beri padaku tadi..." Aldi menunjukan buku yang masih ia genggam. "pemilik sebelum Celine adalah manusia vampire.. sepertimu" ia menatap Iqbaal.

"lalu?" Salsha menjawab santai.

"kemungkinan besar pemilik-pemilik tanda lahir bulan sabit itu adalah manusia jadi-jadian. Setengah manusia setengah tidak. Seperti itu? Nih" Aldi bangkit dan menyerahkan buku berwarna hitam tanpa cover tersebut ke pangkuan Iqbaal. "jika kau ingin mencari tau tentang Yasmine..." Aldi pun membersihkan sisa-sisa pasir yang menempel di jubahnya lalu pergi.

Second MinuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang