BAB 8

406 22 2
                                    

Bunga mawar memang indah, selain indah bunga mawar juga memiliki arti yang mendalam. Tak khayal jika bunga mawar sering menjadi lambang cinta. Mawar memiliki kelopak bunga yang terangkai secara indah seperti cinta, mawar juga memilik tangkai berduri yang jika tidak hati-hati mencabutnya akan memberikan goresan luka yang perih seperti cinta, dan mawar itu harum memberi kebahagian pada seseorang yang menghirupnya seperti cinta. itu menurut orang-orang.

Padahal cinta itu tidak indah. Cinta itu pahit. Cinta itu nggak harum, sama sekali enggak. Cinta itu busuk. Jadi mungkin bunga yang melambangkan cinta itu adalah raflesia arnoldi. Itu menurutku. Terserah kalian mau sependapat atau tidak denganku, yang jelas pendapat tersebut ada karena cinta dalam hidupku seperti itu. Dan kini aku sedang menanti, menanti seseorang yang datang dengan tulus kepadaku mengganti raflesia tersebut dengan rangkaian mawar yang indah.

Bagi Yasmine kisah cintanya selama ini tidak seperti mawar dan juga raflesia, tapi seperti bunga plastik. Bunga plastik yang indah namun tak hidup, bunga plastik yang indah namun tak harum, bunga plastik yang indah namun palsu. Dan kini ia sedang menanti, menanti seseorang yang sudah lama ia tunggu untuk mengganti semua kepalsuan itu dengan cinta sejati yang tanpa rekayasa.

Hari ini hari kedua liburan musim panas bagi Yasmine. Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang berwarna putih dengan aksen ungu di bagian-bagian tertentu. Seharian ini ia menemani mamahnya berbelanja, berkeliling kota London, bersama Angga juga tentunya.

“I’m tired..” lirih Yasmine sembari meraih bantal yang ada di sampingnya lalu di tutupkan pada wajahnya.

“Yasmine makan dulu gih mamah kamu udah siapin makan malam buat kita bertiga” Angga dengan handuk yang masih tergantung di kepalanya yang basah berbicara pada Yasmine dari ambang pintu kamar Yasmine.

Yasmine mengangkat sedikit bantal yang sedaritadi menutupi wajahnya, membuat celah agar dapat melihat Angga lalu mengangguk tanpa sepatah katapun. Dengan langkah malas ia berjalan keluar kamar menuju ruang makan.

Makan malam hari ini di lewati mereka bertiga dengan hening, semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

“besok ajak temen-temen kamu makan malam Yasmine kenalin semuanya sama mamah” ucap mamah Yasmine memecah hening. Tangannya masih sibuk mengiris-ngiris daging di atas piringnya.

Deg

Tenggorokan Yasmine serasa tercekat seketika. Ludahnya terasa pahit. Yasmine mungkin memang sosok gadis yang cantik, baik, dan pintar. Namun, di dunia ini tidak ada manusia sempurna dan mungkin inilah kekurangan Yasmine dia tidak pandai bergaul, sulit akrab dengan orang baru. Ia hanya mengangguk dan kembali melanjutkan makan malamnya.

***

Mamahnya telah terlelap di tempat tidur Yasmine, sedang Angga tidur di sofa ruang tamu, entah sudah tidur atau belum aku tak tau.

Waktu menunjukan pukul 12 malam, sudah sangat larut. Namun Yasmine masih bergelut dengan pikirannya sendiri, entah apa yang ia pikirkan Yasmine sendiri pun tidak paham. Fix semua itu membuat dia tidak dapat tidur dan memutuskan untuk berdiri di pagar balkon menatap langit malam yang dihiasi beberapa bintang kali ini.

BRUK..

Yasmine menoleh kebelakang, terdengar sesuatu yang terjatuh di belakang sana. Tak ada apapun, kening Yasmine berkerut membuat alisnya hampir menyatu, pandangannya beredar. Ketika kakinya hendak melangkah..

“hayy...” Yasmine menghentikan langkahnya kembali berbalik, ia melihat seorang makhluk tengah terduduk di atas pagar balkon.

“Iqbaal” suara Yasmine terdengar sangat antusias senyumnya merekah saat itu juga. Kenapa Yasmine terlihat amat senang bertemu dengan Iqbaal??

“ssstttt” Iqbaal meletakan jari telunjuk di depan mulutnya, membuat Yasmine segera membungkam mulutnya dengan kedua tangan.

“aku hanya memberitahu bahwa Bella.. dia bangkit kembali. Entah lah. Yang terpenting kau jaga dirimu baik-baik” ucap Iqbaal dengan susunan kalimat yang agak berantakan dan dengan nada dingin.

Belum sempat Yasmine melontarkan kata-kata Iqbaal telah pergi, tanpa kata penutup atau salam dan sebagainya. Moodnya kembali tidak baik malah semakin buruk. Dia melangkah mundur menjauhi pagar balkon dan terduduk dengan kasar di kursi kayu yang terdapat di balkon tersebut.

“Yasmine...” sapaan itu membuat Yasmine seketika menoleh ke sumber suara. Seorang makhluk kini telah duduk di sisi kiri pagar balkon menyenderkan tubuhnya di tembok dan menatap Yasmine yang terduduk lesu di kursi.

“Steffi...” balas Yasmine.

“aku hanya ingin memberitahumu bahwa Salsha, Aldi, Iqbaal, Bastian dan juga aku akan pindah ke ujung kota California disana ada orang tua Bastian dan beberapa kawanan vampire Salvation lain. Keberadaan kami disini terancam oleh bangkitnya Bella. Kekuatan vampire yang bangkit dengan penuh dendam itu sangat luar biasa” Jelas Steffi pada Yasmine.

“Steff apa aku memiliki salah padamu? Pada Iqbaal? Atau pada kalian semua?” tanya Yasmine. Wajahnya menengadah ke langit yang kini hanya tersisa guratan warna biru tua pekat. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Steffi hanya menggeleng.

“lalu mengapa setelah peristiwa itu kalian pergi, kalian tak pernah mengunjungiku, dan Iqbaal..dia sangat dingin padaku. Lalu bagaimana nasibku jika kalian pergi ke California? Apa aku akan menghadapi Bella sendiri? menghadapi Bella sendiri, jika kalian yang gerombolan vampire pun tak berani menghadapi Bella” kini Yasmine sudah tak kuat menahan air matanya yang terus mendesak keluar.

“kau memiliki kekuatan yang lebih dari kami. Dan kami yakin kau dapat menghadapi semua itu sendiri..” Steffi turun dari pagar balkon yang sedaritadi ia duduki. “sampai jumpa lain waktu Yasmine” lanjut Steffi sembari mengangkat tipis sudut-sudut bibirnya lalu terbang.

Yasmine kembali menundukan kepalanya. Reflek, punggung tangannya mengusap air mata yang sedaritadi membasahi permukaan wajahnya. Alasan mengapa ia menangis pun tak jelas. Yang pasti saat ini ia hanya ingin mengeluarkan sesak di dadanya melalui air mata.

“kalian baik. Aku sayang kalian. Aku tak mau kalian pergi. Aku tak mau menghadapi Bella sendiri. Kalian...” desah Yasmine disertai suara erangan dari tangisnya yang semakin lama semakin meledak.

“aku jauh lebih tak ingin pergi darimu” seseorang tengah bertengger di atas gedung yang terletak tak jauh dari apartment Yasmine, menggantungkan kakinya sembari menatap Yasmine dari kejauhan. Mungkin itu sudah cukup baginya. Yah dia adalah Iqbaal.

Ketika kita merasa berada dalam situasi yang sangat gelap itu bukan berarti kita memang benar-benar dalam kondisi gelap. Mungkin kita hanya belum membuka mata kita. Membuka mata kita untuk melihat kecerahan di luar sana.

Itu berarti ketika ada suatu masalah bukan berarti kita memang di takdirkan hidup dengan masalah. Kita hanya perlu melakukan usaha kecil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dan Yasmine baru akan menutup matanya melihat masalah tersebut. Tapi aku yakin sesegera mungkin ia akan membuka matanya, melakukan usaha kecil untuk menyelesaikan masalah besar.

****

Hulaaaa

Aku lebih seneng kalo ada yg comment terus kasih kritik saran gitu daripada dapet like tapi kalo mau like juga nggak papa ding wkwk

Makasihh udah mau baca cerita abal ku

Second MinuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang