Hiasan-hiasan berwarna putih telah menghiasi seluruh istana ini. Tepat di ruang utama istana telah ramai seluruh rakyat Lord Davidson yang sedang terduduk menanti-nanti pernihakan sang putri. Rose berjalan dengan anggunnya dari pintu ruang utama istana menuju tempat pelaminan. Gaun berwarna putih dilengkapi dengan renda di bagian bawahnya melekat pada tubuh Rose membuatnya nampak sangat cantik hari ini. Di sebelahnya sosok seorang pria yang nampak kusut tanpa ada rona bahagia berjalan dengan dibalut jas berwarna seragam.
" hari ini putriku Rose Davidson akan melaksanakan pernihakan yang berarti juga dia akan berubah menjadi vampire penguasa di kerajaan ini menggantikan aku...." ucap Lord di depan para rakyatnya. Diatas panggung tempat kedua mempelai itu duduk berdampingan.
"Lord Davidson" ucapan itu terdengar sangat menggema di ruangan ini. Semua mata yang semula menatapa Lord beralih menatap orang yang ada di ambang pintu, sang empu suara tadi.
"Yasmine.." desis Iqbaal.
Orang tersebut jalan perlahan mendekati Lord Davidson.
"kau..kau.." Lord meletakan mic yang semula ia genggam, gaya bicaranya terdengar sangat gugup.
"aku Celine Verden, tentu kau masih ingat bukan? Aku yang kau musnahkan 19 tahun silam karna penyakit sialanmu itu yang selalu kambuh. Darah ku telah mengalir dalam tubuhmu Lord. Aku yang menyelamatkanmu. Dan aku pula yang akan memusnahkanmu" kata-kata Yasmine terdengar sangat mengerikan diiringi dengan senyuman licik, tidak-tidak itu bukan Yasmine. Mungkin raganya memang Yasmine tapi rohnya telah di kuasai oleh Celine Verden generasi pemilik tanda lahir bulan sabit sebelum Yasmine. Entah bagaimana caranya ia bangkit kembali, mungkin untuk menyelamatkan Yasmine dari permasalahan pelik ini. Atau mungkin juga untuk memusnahakan Lord Davidson beserta perangai jahatnya.
Yasmine emm atau Celine maksudnya emm atau mungkin Yasmine yang rohnya Celine memejamkan mata, tangan kirinya ia diletakan di dada dan tangan kananya menegadah ke atas. Sebuah cahaya putih besar keluar dari telapak tangan kanan Yasmine.
***
"Sha kau tak menyusul Yasmine?" tanya Bastian.
"kurasa tidak. Roh Celine sudah ada di tubuhnya dia bisa menyelesaikan semua ini" jawab Salsha santai.
"dia akan mengahancurkan Lord Davidson Sha" kini Steffi yang berbicara.
"bagus jika seperi itu" jawab Salsha kembali dengan nada santai.
"tapi bukankah kau juga keturunan Lord Davidson" celetuk Aldi yang membuat Salsha seketika menjadi panik.
Yah Salsha, Steffi, dan Bastian adalah keturunan kerajaan Lord Davidson juga meskipun dia telah melepaskan diri tapi tali pengikat keturunan itu masih ada. Jadi jika seluruh Lord Davidson musnah, mereka juga akan ikut musnah(?) mungkin.Mereka pun segera terbang(kecuali Aldi dan Radit), berharap Yasmine belum melakukan apapun.
"mereka kok jadi panik gitu sih?" tanya Aldi, yang belum bergeming dari tempat tidur. Ia sama sekali tak sadar akan ucapannya tadi.
***
Cahaya putih itu di pancarkan ke tubuh Lord, tepatnya di bagian jantung. Semua yang ada di sini kecuali Iqbaal merasakan kesakitan pada jantungnya. Iqbaal ternganga melihat Yasmine melakukan itu. Yang sejatinya itu Celine yang melakukan. Cahaya putih itu menusuk lebih dalam dan dalam.
***
Salsha, Steffi, dan Bastian yang tadinya terbang tiba-tiba terjatuh dan menepi di bawah pohon.
"ki..kita..terlambat Sha..." ucap Steffi sembari memegang dadanya, menahan sakit. Ucapannya terdengar terbata-bata dan serak.
"tak apa. Ini..ini takdir kita. Senang berjumpa ka..kalian. Aku sayang pa..da kal..lian" Salsha limbun.
"aku ju..ga say..." Bastian limbun sebelum meyelesaikan ucapannya, disusul oleh Steffi. perlahan tubuh mereka menghilang, entah kemana.
***
Suasana pesta yang tadinya ramai mendadak sepi, seluruh penghuni istana ini telah hilang entah kemana. Sekali lagi. Entah kemana.
Iqbaal yang sedritadi memejamkan matanya perlahan membuka kelopak matanya kembali. Mengerjap-ngerjap, dan mengedarkan pandangan kesuluruh penjuru istana ini. Kemana mereka? pertanyaan itu mungkin sedang menyerang pikiran Iqbaal.
Dan Yasmine? Ia tergolek lemas di lantai, tangannya tak lepas memijat-mijat kening. Celine telah keluar dari raganya.
"Yasmineaku tak banyak waktu untuk disini, aku harus kembali ke asalku. Kuharap kau akan bahagia..." ucap Celine seraya menghilang dari hadapan kedua insan yang masih mengumpulkan kesadaran masing-masing, Yasmine hanya membalas dengan seutas senyum. Di istana yang besar ini hanya berisi mereka berdua.
"ku kira kau yang melakukan itu semua" Iqbaal berjalan menghampiri Yasmine yang masih mengusap-usap keningnya. "tak mungkin kan haha.. aku tau itu. Kecuali kau berubah menjadi vampire"
Yasmine menoleh, menatap Iqbaal sejenak lalu membuang pandangannya ke panggung yang semula akan digunakan untuk pesta pelaminan.
"ya aku akan berubah jadi vampire setelah ini lalu membunuhmu" tatapan tajam Yasmine kembali ia berikan pada Iqbaal yang menghasilkan gelak tawa darinya. "aku sudah membantumu dan kau tidak berterima kasih?"
"setauku menghancurkan pesta pernihakan itu bukan membantu" Iqbaal kembali berucap. Matanya masih fokus memandang Yasmine yang tak menoleh sediktpun ke arahnya.
'cantik'
Yasmine mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah Iqbaal, kembali dengan tatapan menyeramkannya, seakan-akan Iqbaal adalah mangsanya.
"em maksudku seharusnya kau hanya membunuh Rose dan lalu kau menggantikannya dan semua akan menyaksikan pernihakan kita yang bahagia ini"
Wajah Yasmine berubah bak sebuah tomat merah yang siap untuk di panen, merah merona. "kita?"
"ah sudahlah lupakan! " Iqbaal menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
***
Yasmine dan Iqbaal sudah kembali ke apartments Yasmine. Disana ada Aldi, Radit, Salsha, Steffi, dan Bastian. Tunggu-tunggu Salsha, Steffi, dan Bastian? Bukankah mereka...
"ku kira kita juga akan ikut musnah. Karena tak dapat di pungkiri kita masih bagian dari Lord Davidson" Salsha yang masih terduduk lemas beserta Steffi dan Bastian di ranjang Yasmine berbicara.
"Celine tidak sekejam itu. Kalian baik...sangat baik maka tak ada alasan bagi Celine ikut memusnahkan kalian. Makasih udah bantu aku" Yasmine menatap satu persatu wajah vampire-vampire ini dengan senyumnya yang teramat manis bagi Iqbaal.
"Fallen, ternyata dunia sempit ya dan gue bisa ketemu loe lagi. Aaaa gue kangen" kini Yasmine telah memeluk Fallen yang duduk di sofa, duduk tepat disampingnya.
Meski Iqbaal tak mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi itu semua cukup membuat sesuatu di dalamnya tubuhnya terasa sakit. Goretan luka pun tergambar jelas di wajahnya.
"kemaren-kemaren kita ketemu lho.." Radit membalas pelukan Yasmine karena dirinya sendiri juga teramat rindu dengan sahabat kecilnya ini.
"tapi kan gue nggak tau kalo ternyata loe itu Fallen yang dulunya itu jelek nggak ketulungan" Yasmine merenggangkan pelukannya.
"berarti sekarang ganteng dong?" Radit menaik turunkan alisnya yang menghasilkan pukulan manis dari Yasmine di lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Minute
VampireSeorang gadis bernama Yasmine memutuskan untuk kuliah di London. Namun di awal kehadirannya di London dia sudah dihadapkan oleh hal hal aneh yang berhubungan dengan kawanan vampire, bahkan menyangkut kerajaan vampire terbesar. Namun bukan itu masala...