TSS |8

34 9 10
                                    

"Aku akan merindukan mama." Peremuan itu merenggangkan pelukannya dan mengangguk. "Mama juga, kau sekarang pergilah." Gadis itu mengangguk, melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan. Ia menghela napas melangkah kedepan, satu langkah, dua langkah ia menengok kebelakang tak ada mama nya lagi.

Gadis itu kembali menangis tersengguk dan tetap berjalan kedepan menuju pintu bercahaya rembulan.

Viola pov

Jantung ku seperti dihantam keras oleh sesuatu, membuat napas ku tersenggal-senggal dan membuatku membuka mata. Remang-remang aku melihat cahaya terang yang berusaha berlomba-lomba untuk masuk kedalam mataku, kuedarkan pandangan saat penglihatan ku benar-benar kembali.

Aku menyeritkan kening saat melihat seorang lelaki didepan ku yang seperti tengah menunggu kedatangan ku.

"Kau sudah sadar?" Ucapnya dan aku tersenyum kecil menanggapi, terlihat ia berlari terbirit-birit memanggil seseorang. Tapi tunggu mengapa seperti tidak dirumah sakit? Dimana ini?

Kasur ini besar dan nyaman, langit-langit kamar yang tinggi dengan warna keemasan mengkilap dan tunggu mengapa jendela itu sangat indah, yang kulihat dari jauh jendela itu mempunyai ukiran-ukiran seperti daun menjuntai dipinggir jendela.

Sebenarnya aku dimana? Aku menoleh kesamping saat melihat lelaki yang tadi dan seseorang dibelakangnya. Orang dibelakang lelaki itu mengenakan pakaian kerajaan? Hah? Tu-tunggu dulu jangan-jangan.

Aku bangun dari posisi terbaring ku menjadi posisi duduk dengan sangat cepat. Pria tadi,Edward yang melihat ku langsung menghampiri,menatapku khawatir.

Sebenarnya apa ini? Apa benar dunia yang dikatakan si aneh ini benar-benar ada? Hah?! Sungguh!

Semua pertanyaan yang nyeleneh datang seolah meminta makan dengan rakus, dan berusaha aku memberi mereka makan dengan jawaban.

Seorang lelaki tua berusaha mendekat kearahku, dan tentu saja aku menghindar dan berlari menuju Edward.

Aku bersembunyi dibelakang tubuh Edward, meremas kuat pakaiannya dengan masih menatap lelaki tua itu. "K-kau siapa?" Tunjuk ku pada lelaki tua itu. Aku mengedarkan pandangan ku melihat beberapa orang disana menundukkan kepalanya saat mereka menatapku dan Edward.

"Kalian siapa?" Tunjuk ku pada seorang yang seperti maid berdiri dibelakang ku dengan wajah menunduk. "Viola tenanglah." Pandangan ku dan pandangan Edward bertemu. Ia menatap ku sejuk dan tenang sembari memegang tangan ku seolah meyakinkan ku semua baik-baik saja.

"Tenanglah." Aku menyerit menatap nya, Hei bodoh! Bagaimana aku bisa tenang, ini dimana sebenarnya. Aku menatap sekeliling ku,sakit didada ku mulai kambuh kembali, sesak dan perih.

Tit..tit...tit...tit..

Dahi berkerut mendengar suara seperi ponsel yang menerima pesan masuk, aku menatap Edward dan ia mengangkat tangan kanan ku. Mataku membelak melihat jam tangan hitam melekat di pergelangan tangan kanan ku dan terus saja berbunyi.

Sakit didadaku semakin bertambah, kepalaku pusing dan selanjutnya akubtak tahu apa yang terjadi.

☠️☠️☠️

Author pov

Seorang laki-laki melemparkan tubuhnya dikursi kantornya yang nyaman itu,ia menghela napas berat,mengusap wajahnya dengan gusar. Ia menatap sebuah foto yang berada di atas meja. Foto yang menampakan seorang lelaki merangkul seorang gadis dengan yang terduduk dikursi roda, mereka tersenyum bahagia satu sama lain.

"Ada apa? Kenapa kau begitu gusar?" Axvel menggeleng. "Tidak apa, kau diamlah Azka." Didalam tubuh Axvel, Azka menggeram keras, kesal dengan perkataan Axvel.

The Second Soul [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang