Prolog

292 39 3
                                    

Sedari awal bertemu, ia tidak pernah sadar ia telah jatuh hanya dari tatapan pertama.

***

Satu pukulan melayang pada samsak merah saat cowok tinggi berbadan tegap dengan wajah serta rambut yang dibasahi keringat itu mengacungkan bag gloves-nya ke depan. Suara pukulan demi pukulan memenuhi kesunyian malam di tengah di ruangan terbuka yang memperlihatkan kolam renang megahnya.

Sesekali, ia berhenti, mengelap keringat dengan handuk, sebelum meneguk mineral dari botol abunya dengan keringat yang masih menetes di leher. Alis tebalnya mengerut sempurna kala netranya menemukan seorang cewek berjaket warna heather ditemani tas gendongnya sedang berjalan mengamati sekeliling seolah tengah mencari-cari sesuatu.

Dari sini, matanya menyipit. Ia berjalan ke arah kaca untuk mengamati cewek itu lebih dekat sambil menenggak air mineral di botolnya hingga tandas. Rasa penasaran langsung menggerogoti dirinya. Jika dilihat dari belakang, cewek itu mungkin tidak buruk rupa.

Dan, benar. Cewek itu berbalik badan, menampakkan wajah lonjong yang dibalut dengan rambut waves serta bibir pink yang menambah kesegaran wajahnya. Bukan hanya manis, tapi mukanya bisa dibilang seperti cewek polos. Cowok itu tertegun sejenak saat melihat wajah cantik si cewek yang melebihi ekspetasinya. Entah mengapa, ia yakin bahwa cewek itu adalah pembantu baru yang mamanya bilang.

Sebuah senyum smirk terlukis di wajahnya. Menarik.

Target selanjutnya, pembantu baru muda yang polos.

***

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang