c7

55 9 0
                                    

Terkadang rindu itu lebih dominan dibanding egois. Kita hanya perlu mengalah pada ego agar rindu dapat tersampaikan.

Seperti sekarang chaerin mencoba membuang egonya disaat jiyong meminta izin untuk datang ke apartemennya.

Sebagai sahabat yang sudah lama, terkadang mendiamkan itu tidak menyenangkan. Terasa hambar seperti kopi tanpa gula.

.

.

Chaerin memilih memasakkan makanan kesukaan jiyong yang sering dia masak ketika dulu hubungan mereka masih terasa baik-baik saja. Dan masih saling bertemu.

Chaerin mendengar pintu aprt nya terbuka dan dia pasti sudah tahu siapa pelakunya. Ya pasti jiyong tak mungkin jika adiknya ataupun ortunya. Karna sudah dipastikan mereka tak akan mengunjungi chaerin disaat malam hari.

"Kau menyambutku hunchae-a?" jiyong bertanya dengan memandang makanan kesukaannya yang sudah tersaji di atas meja dengan senyuman.

Chaerin tak menjawab hanya anggukan dan bergumam menanggapi. Dan lebih memilih melanjutkan menata alat makan.

Jiyong tak melunturkan senyumnya dia masih menatap gerak gerik chaerin yang sedang sibuk dengan kegiatannya.
'meskipun kau menghindariku tapi kau tetap memperhatikanku chae. Kau tak sungguh mengabaikanku' batin jiyong.

Dengan reflek jiyong menarik lengan chaerin dan memeluk tubuhnya erat. Jiyong merasa chaerin yang terkaku namun dia tak peduli. Dia hanya tak mampu lagi menahan rindu pada kucingnya.

"ji. Bi-sakah ka-u mele-paskan pelu-kanmu ini menye-sakkan. Ka-u ak-an mem-bunuh-ku" ucap chaerin tergagap dia hanya merasa gugup dipeluk jiyong erat meskipun dia juga merasa nyaman dipeluk orang yang sudah bersarang dihatinya cukup lama.

Jiyong melepaskan pelukkannya namun tak mengalihkan tangannya dari pinggah chaerin. Chaerin hanya menunduk tak berani menatap manik jiyong yang sepertinya sedang menatapnya.

"kau jahat sekali mengabaikanku selama ini. Apa kau masih marah denganku hingga tak ingin ku dekati chae?" tanya jiyong.

Chaerin mendongak dan menampilkan wajah datarnya. Dia berusaha keras menutup kegugupannya.

"aku tak pernah marah. Dan aku tak pernah mengabaikanmu tuan kwon" jawab chaerin dengan suara terdengar sedikit gugup namun juga ada ketegasan.

"lalu kenapa kau tak menjawab semua panggilanku dan pesanku. Dan disaat aku berkunjung keapartmu kau dimana kenapa tidak ada?" tanya jiyong menuntut.

"jika aku tak membalas pesanmu, aku tak akan memberimu izin menemuiku disini" jawab chaerin dengan melepas rengkuhan jiyong dipinggangnya.

"ck. Kau baru membalas pesanku yang tadi chae. Yang kemarin bagaimana?"
"sudah kuhapus" jawab chaerin santai dan mendudukan dirinya dikursi makan.

"jadi kau sungguh berencana mengabaikanku" jiyong ikut mendudukan dirinya dikursi samping chaerin.

"jika aku mengabaikanmu aku tak akan memasakkan kesukaanmu" jawab chaerin tanpa memandang jiyong dan lebih memilihkan mengambilkan makanan itu untuk jiyong.

"kau tidak mengabaikanku saat ini tapi kemarin kau mengabaikanku chae" ucap jiyong tak mau mengalah.

"aku tidak mengabaikanmu"
"kau menga-  , YAK" ucap jiyong terpotong dan berteriak karena dengan kurang ajarnya chaerin memasukkan makanan kemulut jiyong.

"kau tak menyukai masakkanku?" tanya chaerin memandang jiyong.
"aku menyukainya" jawab jiyong dengan mengunyah makanan yang masuk kemulutnya.

"jika kau menyukainya kenapa kau berteriak" tanya chaerin.
Jiyong berusaha menelan makanannya dulu.
"kau menyuapkannya paksa chae. Dan asal kau tau aku selalu menyukai masakkanmu apapun itu" ucap jiyong.

Try Removing✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang