c3

80 10 0
                                    

Setelah mengantar sandara hingga apartemennya. Jiyong segera melajukan mobilnya kembali keapartemen.

Dalam perjalan jiyong sudah berusaha mendial number chaerin berulang kali, namun sama sekali tak ada jawaban dari gadis itu. Membuat jiyong menggeram frustasi.

Hingga tiba diapartemen. Jiyong masih berusaha menghubungi chaerin.
'hah aku bisa gila jika dia menghindar seperti ini trus, hunchae jawablah. Aku tak yakin jika kau sudah tertidur' monolog jiyong dengan mengusak wajahnya

Hingga rasa lelah itu menghantuinya. Jiyong berbaring diatas ranjangnya, dan menunggu telfonnya diangkat oleh chaerin. Hingga tanpa sadar matanya terpejam dengan keadaan tidur yang tidak nyaman.

Kaki masih menggantung disisi ranjang, dengan satu tangan telentang dan satu lagi menempelkan ponsel pada telinga. Semoga besok jika dia bangun tidak merasa kebas pada kakinya.

.

.

Pagi ini sepertinya pagi terburuk chaerin kenapa dia bisa bangun terlambat dan membuatnya kelabakan karna jam kerja akan segera dimulai.

'astaga chaerin.. Apa yang kau lakukan, bagaimana kau bisa bangun terlambat begini, semoga kau tidak dipecat dari kerjamu sayang' gerutunya dalam hati dengan sedikit memukul kepalanya menyadari kebodohannya.

Chaerin mencoba mengatur nafasnya yang tersenggal karena berlari dari parkiran hingga masuk gedung kantor. Dan dia melihat karyawan lain yang sudah berkutat dengan kerja masing-masing.


Chaerin mencoba berjalan cepat menuju ruangannya yang satu ruang dengan sang bos. Dengan merapalkan semua doa agar keterlambatanya tidak menimbulkan mala petaka.

Chaerin sedikit menghembuskan nafas beratnya dan membuka pintu dengan hati-hati. Dia hanya terus menunduk.

"Maaf sajangnim saya terlambat.. Kar-" chaerin tak melanjutkan perkataannya dan malah melotot memandang sang atasan.

"Astaga sajangnimmm" pekiknya setelah menyadari sang bos yang berpenampilan bak panda yang terbuang dari penangkaran. :v

"ada apa dengan anda?" tanya chaerin khawatir dengan berjalan mendekati sang bos.

Tak ada jawaban namun hanya isakan yang dikeluarkan seungri. Dan itu membuat chaerin juga bingung harus berbuat apa. Nanti salah tanggap dipecat kan tambah ribet urusannya.

"sajangnim apa anda memerlukan sesuatu?" tanya chaerin hati-hati.

"chaerin-a hiks" seungri memandang chaerin dengan sedikit air mata yang mengalir di pipinya, sepertinya air mata mulai lelah untuk keluar. Pikir chaerin.

"uhh seungri-a, tapi maaf bisakah kau berhenti menangis dulu. Aku tak paham denganmu saat ini?" chaerin mencoba membujuknya.

Tak ada jawaban dan seungri masih terisak. Membuat chaerin mencoba cara lain. 'dekati sebentar tak masalah kan?' tanyanya dalam hati.

Akhirnya chaerin mencoba mendekati kursi kebesaran seungri dan mencoba menenangkan tubuh yang terisak dengan kepala tertunduk diatas meja.

"ssttt tenanglah.. Semua akan baik-baik saja. Meskipun aku tak tau apa masalahmu. Tapi tenanglah, aku akan coba membantu jika memang aku bisa seungri-a" bisik chaerin dengan mengelus kepala seungri lembut bak seorang ibu.

.

.

Tak berselang lama seungri berhenti dari tangisan bak seorang anak yang kehilangan mainan kesukaannya. Dan chaerin yang menyuruhnya duduk disofa ruangan itu.

Try Removing✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang