Bab Dua

44 18 25
                                    

"Ren," panggil Noel

Keenan Renaldy namanya, selalu minta dipanggil Ren. Ia sedang asyik mendengarkan musik lewat earphone-nya dan tidak menyaut panggilan dari Noel.

"Woi, bocah!" Noel yang kesal memukul kepala Ren dengan kertas ulangan yang baru dibagikan.

Ren menengok, kesal. "Apaan sih? Gue bukan bocah!"

Ia paling tidak suka dipanggil bocah, tapi emang dia bocah. Dia lahir satu tahun lebih lama jika dibandingkan dengan angkatannya, karena dulu ia masuk sekolah kecepetan kata ibunya.

"Lagian gue panggil, lo gak nengok."

Ren melepas earphone-nya,"Apa?"

"Nanti ajarin gue matematika peminatan dong, besok senin udah UTS gue gak bisa apa apa," pinta Noel.

Ren bergidik ngeri, pasalnya Noel sangat susah mengerti pelajaran biadab satu ini. Percuma jika Ren mengajarinya sampai botak juga, Noel tidak akan mengerti.

"Mau ya? Gue beliin es krim aice 3 biji," tawar Noel

"Gue bukan bocah yang bisa ditawarin es krim ya!" omel Ren yang langsung meninggalkan Noel.

"Udah sih, gak usah belajar. Kayak gue gitu, santai... kayak di pantai" Walden yang sedari tadi menyimak obrolan Noel dan Ren buka suara.

"Masalahnya, ini pelajaran matematika peminatan Wald. Kalo nilai kita 0 lagi dicincang abis sama Bu Nora!" protes Noel

Bu Nora adalah guru mata pelajaran matematika peminatan serta wali kelas 10 IPA 3, kelasnya Walden, Ren, dan Noel. Kemarin saja, ketika nilai Noel dan Walden bergambar telur, mereka disuruh untuk membuat kliping yang isinya asal mula rumus-rumus.

Walden membulatkan matanya, "Kita sogok aja apa?"

"Heh! Mana bisa,"

"Bisa..." ujar Walden sambil tersenyum lebar.

"Udah, lo tenang aja."lanjutnya

Kita semua tidak akan tau apa yang direncanakan oleh seorang Walden.

***

Sesudah jam pulang sekolah, Haira sebagai ketua kelas 11 IPA 1 disuruh pak Adam untuk mengumpulkan tugas semua siswa dan membawanya ke ruang guru. Tentu saja, ditemani oleh Delaine yang juga membantunya untuk membawakan separuh tugas-tugas tersebut.

Setelah masuk ke ruang guru, mereka langsung mencari tempat duduk pak Adam dan menaruh tumpukkan tugas diatas meja pak Adam.

Saat Haira sedang sibuk berbincang dengan pak Adam, mata Delaine sibuk melihat-lihat sekeliling ruang guru. Karena jujur, ia jarang sekali masuk ke dalam ruang guru.

Mata Delaine menemukan sesuatu yang menurutnya menarik yang ada di atas meja Bu Irvi, lalu ia membisikkannya kepada Haira.

"Ra, ini diatas meja Bu Irvi ada tempat duduk buat ujian besok. Paling atas punya kelas kita," bisik Delaine

Haira menengok ke arah Delaine dan memberinya isyarat untuk memfotonya. Karena saat ujian nanti yang menentukkan nilai selain diri kita sendiri adalah siapa orang yang duduk di sebelah kita. Betul tidak?

Mata Delaine membulat ketika menemukan namanya di kertas tersebut. UTS kali ini, yang akan duduk di sampingnya adalah adik kelas dan tertera nama Noel Adero Fais di sebelah nama Delaine Segara. Delaine senang bukan main, ia langsung membuka kamera di smartphonenya untuk memfoto secara diam-diam.

Baru sempat Delaine memfoto 2 halaman, lengannya langsung disenggol oleh Haira. "Ayo udah selesai gue,"

"Gue baru foto 2 doang," bisik Delaine

"Yaudah gapapa, ayo." Haira langsung menarik tangan Delaine untuk keluar dari ruang guru.

Kertas tersebut tidak boleh dilihat oleh murid-murid sebelum hari ujian tiba. Karena ditakutkan jika murid-murid mengetahui siapa chairmate mereka saat ujian, mereka bisa-bisa sudah merencanakan sesuatu dengan chairmate-nya pada hari ujian.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Yay! Gimana nih nasib Delaine minggu depan? Pasti gabakal fokus UTS kalo sampingnya Noel.

Oh iya, kalo aku masukin tweet gitu gimana? Suka gak? Banyakin atau cukup satu aja per satu bab?

Harap diabaikan aja ya untuk waktu yang tertera di tweet ya hehe :)

Terima kasih sudah membaca, vote, dan komen!

SegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang