20

2K 275 46
                                    

"Yong, lo tuh emang kalo ngomong suka gak to the point ya? Apa susahnya sih lo ngomong kalau gak bawa motor dan bareng kakak lo tadi?" tanya gue, menyampaikan kekesalan gue pada Taeyong yang sepertinya gak memedulikan gue ngoceh.

Gue melipat kedua tangan di depan dada, "nyebelin banget. Kesel."

"Ya karena gue suka." jawab Taeyong telat.

"Suka apaan?" tanya gue.

"Suka bikin lo kesel." katanya, dengan ekspresi seriusnya, yang bikin kekesalan gue semakin meningkat drastis.

"Pak, turunin cowok ini di depan sana, pak." ucap Nana ke supirnya.

Supirnya ngelirik lewat kaca di tengah, "serius, Mbak?"

"Serius lah pak, masa bercanda?"

"Baik, Mbak."

Taeyong cuma geleng-geleng ngelihat tingkah Nana. Supirnya beneran ngehentiin taxi di pinggir jalan, ngebuat Nana kaget.

Taeyong beneran mau keluar, tapi ditahan sama Nana.

"Paak, kan saya bercanda, masa iya mau nurunin orang gapunya uang ini di pinggir jalan?" ucapnya sambil nahan lengan Taeyong yang mau keluar.

"Lo gimana sih, Nan?" tanya Taeyong.

"Bercanda bercanda. Masuk lagi lo."

Taeyong menghela napas kasar. Ngadepin Nana yang gak jelas banget. Tadi disuruh turun, sekarang malah disuruh naik lagi. Gimana sih?

"Gue bukan orang yang gapunya uang ya. Cuman lupa bawa uang aja." ralat Taeyong ke Nana. Cewek itu cuma iya-iya aja.

Setelah sekitar 45 menit, akhirnya mereka sampai di rumah Taeyong. Rumah modern yang selama ini ditinggali oleh dia sendirian.

"Mampir gak lo?"

Nana mikir bentar, "boleh deh."

Rumah Taeyong ada di perumahan berjenis cluster, yang antar rumah gak ada pagernya. Sehingga, tampak depan udah kelihatan jelas kalau di sebelah kiri adalah garasi dan kanannya pintu masuk kedalam rumah.

Gue duduk di sofa yang ada setempat dengan ruang keluarga, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah. Gak banyak foto, cuma ada beberapa yang dipajang di deket TV.

"Kenapa?" tanya Taeyong, sambil ngebawain Nana minuman dan makanan ringan.

"Gapapa. Lo udah lama tinggal disini?"

"Udah, gue sama Bunda gue tinggal disini dari dulu."

Nana mengangguk paham. Kemudian meminum minuman yang disuguhkan untuknya.

Sebuah rumah tuh emang mencerminkan siapa yang tinggal. Rumah Taeyong rapih dan bersih banget. Mungkin, itu karena kebiasaannya hidup bersih. Sebagai orang yang sama-sama tinggal sendirian, Nana gak nyangka ternyata rumahnya seorang cowok bisa lebih bersih dan rapi dari rumahnya.

"Tentang yang lo bilang waktu itu,"

Nana mengernyit, "yang mana?"

"Yang lo denger dari Jaehyun. Dia bilang apa?" tanyanya.

Nana menaruh gelasnya diatas meja. Dia menggigit bibirnya ragu, antara cerita atau memilih untuk berbohong.

"Ah, itu,"

"Jujur aja sama gue, biar gue bisa bilang ke lo bener apa enggak."

"Sena, anak kandung dari kakak lo, kan?" tanya Nana.

"Seratus persen."

"Bukan anak dari mantan lo? Yang katanya, lo papanya?"

Taeyong terdiam tanpa ekspresi. Makin ngebuat Nana ragu. Dia takut banget ngomongin masalah ini ke Taeyong, tapi, kalau selamanya gak dia omongin, dia bakal gapernah tahu gimana cerita sebenarnya.

Nothing [LTY] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang