29

2K 252 26
                                    

Kring

Bunyi bel pada pintu yang dibuka, membuat manik milik Taeyong membulat dan jantungnya langsung berpacu dengan cepat. Namun, sedetik kemudian dia menghela napas kasar. Yang memasuki restoran bukanlah orang yang dia tunggu.

Lagi-lagi, mata hitam tajam miliknya melihat ke jam rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Satu jam sudah berlalu, namun dia nggak bisa menyerah gitu aja.

Tatapannya mulai khawatir, saat tiga jam sudah berlalu. Ingin menghubungi Nana, tapi dia baru tahu kalau wanita itu udah mengganti nomor teleponnya.

Kring

Akhirnya.

Wanita yang dia tunggu-tunggu datang juga.

Nana sedikit terengah-engah waktu dia datang. Membuat Taeyong agak panik namun segera memberikan air putihnya pada Nana.

"Telat 3 jam!" seru Nana sendiri.

"Sorry. Tadi ada meeting mendadak dan langsung nyetir kesini. Gue kira lo udah pergi?" Nana menjelaskan alasannya telat.

Benar saja. Nana masih menggunakan pakaian kerjanya, lengkap dengan jas, high heels hitam, dan rambutnya yang masih dia kuncir kuda.

Menyadari tatapan Taeyong yang melihat dirinya saat ini, Nana melepas kuncirannya, membuka 2 kancing kemeja teratasnya, dan melipat lengannya. Memberi kesan dari Bu CEO Nana yang anggun menjadi Nana yang sifatnya lebih bebas.

Taeyong tersenyum tipis, dia melihat perubahan Nana yang begitu jelas, membuat perasaannya sedikit perih namun juga lega. Lega, karena ternyata selama ini Nana menjalankan hidupnya dengan baik-baik saja.

"Lo bilang lo langsung kesini setelah meeting? Demi gue?" tanya Taeyong ke Nana yang sedang sibuk membaca buku menu.

Nana hanya mengangguk. Namun sedetik kemudian dia menjelaskan lagi, "nggak gitu, maksudnya habis meeting, ada jeda dulu gue ngobrol sama sekretaris gue, terus kesini."

"Yang penting, habis meeting langsung kesini, kan? Sampai gak sempat ganti baju karena udah telat tiga jam?" tebak Taeyong yang ngebuat Nana panik dan gak bisa menjelaskan.

Taeyong tertawa, Nana emang paling gak bisa bohong dan suka berterus terang. Namun, senyumannya luntur saat dia nggak sengaja melirik jari-jari di tangan kiri Nana. Dia nggak sadar tadi, karena terlalu senang bertemu dengan Nana lagi.

Tapi, kini dia benar-benar tahu, cicin yang dipakai sama Nana di jari manis itu bukan cincin biasa. Perih rasanya, jika melihat wanita yang dicintainya selama ini sudah terikat dengan orang lain.

"Tapi ujung-ujungnya, semua itu sia-sia, kan?"

Wanita yang duduk di depannya itu mengernyit, "maksudnya?" Dia kemudian mendapati pandangan Taeyong kearah tangan kirinya.

Sial. Dia lupa kalau masih memakai cincin dari Mingyu. Terlalu lama dia memakai cincin itu jadi terasa seperti aksesoris tiap hari, dia nggak sadar.

Refleks, Nana menutupi tangan kirinya. Taeyong tersenyum kecut. "Mau makan apa? Belom makan malam, kan?"

"Eum, steak."

Taeyong segera memesankan makanan untuk mereka dan setelahnya, keduanya menjadi sangat canggung untuk berbicara.

Makan malam telah usai. Taeyong sama Nana akhirnya saling berpamitan diluar restoran dengan perasaan yang semakin memburuk, sepertinya.

"Em, Yong!" panggil Nana dari arah berlawanan membuat Taeyong membalikkan tubuhnya.

Nothing [LTY] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang