|||
Monday, First Day.
Bandung, adalah kota di mana tempat gue di besarkan oleh kedua orang tua gue. Itu dulu, sebelum mereka memutuskan untuk bercerai sejak umur gue 10 tahun dan mereka pergi meninggalkan gue bersama kakek nenek gue yang udah ngurus gue penuh kasih sayang sejak umur 10 tahun.
Kejadian itu udah 11 tahun silam, saat ini usia gue 21 tahun. Dan semenjak itu, orang tua gue belum pernah lagi datengin gue atau sekedar nanya keadaan gue.
Sedih? Itu dulu. Sebelum gue tau arti dari sebuah hubungan. Gue masih inget saat gue nangis meraung depan mereka biar gue bisa ikut salah satu dari mereka, tapi dengan tega nya ninggalin gue gitu aja tanpa perpisahan kasih sayang.
Gue udah di urus sama kakek nenek, sampai lulus SMK. Gue udah bersyukur banget bisa sekolah, tapi seorang Raiden juga punya cita-cita besar yang mau di wujudkan. Terutama ingin bertemu keluarga nya.
"Raiden!"
Dari arah dapur nenek membawa nampan gelas berisi air putih, usia nya yang sudah rentan membuat nya sedikit susah untuk berjalan biasa seperti orang-orang lainnya. Berbeda dengan kakek yang masih terlihat gagah walaupun sudah ber-usia.
"Kenapa nenek gak bilang aja? Nanti Raiden yang bakal ambilin ke dapur."
Gue mengambil alih nampan yang nenek bawa tadi, dan langsung di taruh di atas meja.
"Enggak usah atuh nduk, kasihan sama neng Fania. Nanti dia sendiri enggak ada yang temenin."
Gue menoleh ke arah Fania yang sedang tersenyum, ingin tahu siapa dia? Anak didik yang sudah hampir setahun gue kenal.
Fania bersalaman ke nenek yang notaben nya sudah lumayan dekat sejak beberapa bulan lalu semenjak dia jadi anak didik gue.
Mau tahu profesi yang gue jalani setelah lulus sekolah?
Gue enggak kerja. Zaman sekarang cari kerja tuh susah, apalagi cuma kayak gue tamatan SMK. Karena perusahaan sekarang butuh karyawan yang minimal pendidikan nya S1.
Gue lulus sekolah di umur 19 tahun. Cukup tua, kata nenek dulu gue sempet nunda sekolah selama setahun setelah di tinggal orangtua gue.
Sejak 2 tahun belakang ini, gue ngajar kursus bahasa Inggris, gue gak matokin harga perbulannya. Cukup orang yang benar-benar serius mau belajar sama gue.
Fania termasuk dari anak didik yang udah lumayan Deket sama gue, karena umur kita cuma beda 2 tahun.
"Kak Raiden?"
Kembali dengan percakapan tadi, gue udah enggak ngeliat nenek. Mungkin udah masuk sejak gue bengong.
"Kenapa Fan?"
"Kakak kenapa bengong?"
"Enggak kok."
"Oh, gitu."
"Fania ada urusan apa mau kemari?" Tanya gue to the point, soalnya jadwal ngajar gue sama Fania masih lama.
"Anu... Besok ada temen aku dateng ke Bandung. Dia mau kerja di sini, kebetulan perusahaan yang dia tempati menomor satukan bahasa inggris. Nah, masalah nya dia gak bisa bahasa Inggris Kakak bisa ngajar buat dia?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Raiden
Cerita PendekIni cerita gue, Putra Ray Raiden. Seseorang yang mempunyai ambisius yang terlalu besar hingga tanpa sadar hampir kehilangan orang yang begitu penting dalam hidup nya. "Mau kakak apa sih!? Aku suka sama kakak gak boleh! Mau ngejauh juga gak boleh? Te...