07. sakit

3.4K 473 173
                                    

"Oke." bu difa yang sekarang sedang mengajar langsung menepuk tangannya beberapa kali untuk mengambil perhatian anak - anaknya. "Semua sudah paham ?"

"Sudahhh buu" jawab mereka serempak.

"Oke kalau gitu ibu kasih tugas kelompok untuk kalian. Ibu yang tentuin ya." ujarnya sembari mengambil absen untuk mulai membagi.

Anak - anak kelas kembali ribut karena berusaha menebak teman sekelompok nya. Putri hanya bisa terdiam sembari menopang dagu nya menatap kedepan menunggu namanya disebut.

"Semoga kita sekelompok ya putri.." ujar jessica dengan senyuman manis membuat putri langsung menoleh. "Eh iya.."

"Putri aliyah afsihin mahendra." panggil bu difa membuat putri langsung mengangkat tangannya. "Saya bu."

"Oke kamu sama jenan natelan."

Putri mengerutkan dahinya bingung ketika bu difa menyebutkan nama teman sekelasnya yang sangat asing ditelingahnya.

"Jenan apa dah ? Jess loe kenal ?" tanya putri membuat jessica yang baru ingin membuka mulutnya langsung diam.

Putri semakin kebingungan sampai pundaknya mendadak ditepuk beberapa kali oleh seseorang. Dia menoleh dan mendapatkan seorang pria yang memilik rahang tajam dan tegas tapi wajahnya terlihat manis karena sekarang dia tersenyum hingga kedua matanya menghilang. "Hi." sapa nya.

Putri terpaku pada sosok didepannya. Terasa tertampar oleh visual.

"Loe putri kan ?" suaranya yang berat kembali terdengar membuat putri mengangguk pelan.

"Gw jenan natelan. Teman sekelompok loe." serunya memperkenalkan diri dengan menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

Putri tertengun lalu tersenyum manis. "Ehh iya.." serunya sembari membalas jabat tangan jenan.

"Punya line ?"

"Ha ?"

"Loe punya line ?"

"Eh iya punya.."

"Sini."

"Eh buat apa.."

Jenan menghela nafas lalu mengambil handphone putri tanpa izin. Dia membuka handphonennya yang ternyata tidak di kunci. Membuka aplikasi line dan mulai mencari id linenya untuk di ADD.

Setelah selesai. Dia mengembalikan handphone putri dengan senyuman manis. "Nanti gw chat ya." katanya lembut lalu kembali duduk di bangku miliknya.

Putri masih membeku ditempat merasakan jantungnya yang tiba - tiba berdebar cepat. Sementara jessica menatap putri dengan perasaan iri dan dengki.

Cemburu. Dia cemburu.

-

"Tuhkan kok bisa jadi demam gini ?" celetuk zahra saat memengang dahi Jeffrey yang terasa hangat.

"Handphone nya disimpan kak. Putri ga bakal kenapa - napa orang akbar kok yang jemput." tegur zahra kearah Jeffrey yang masih melihat handphonenya menunggu kabat akbar.

Kesehatannya mendadak menurun saat pulang kerja membuatnya tidak bisa menjemput putri. Karena itu dia minta tolong ke akbar untuk menjemput anaknya tersebut.

Tapi sudah beberapa menit berlalu kabar dari akbar belum juga muncul.

Jeffrey mulai merasa gelisah ditambah kepalanya yang semakin sakit dan tubuh nya yang mendadak mengigil. Zahra menghela nafas melihat suaminya yang keras kepala.

Dia menarik selimut agar bisa menutupi tubuh Jeffrey dengan baik. Dan mulai mengompres dahi Jeffrey agar demamnya turun.

"Bundaaa putri pulangg." teriak putri dari lantai bawah membuat Jeffrey langsung terduduk tapi beberapa detik kemudian kepalanya langsung terasa sakit.

Untuk ayah | jung jaehyun [Complited]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang