Putri turun dari mobil jeno dengan pelan. "Thanks." serunya.
Jeno hanya mengangguk kecil sembari memandang khawatir putri. Untung, tadi dia bisa menenangkan putri dan membujuknya untuk pulang meskipun membutuhkan waktu cukup lama.
"Gw masuk ya." putri kembali berusaha dengan nada lemah.
"Iya. Hati - hati ya put. Langsung tidur." ujar jeno dengan nada khawatir membuat putri hanya tersenyum tipis lalu mengangguk kecil.
Jeno mulai menjalankan mobilnya begitu memastikan putri masuk ke dalam rumah dengan aman.
Putri mengedarkan pandangannya didalam rumah dan melangkah dengan hati - hati. Jujur. Dia sedang takut apalagi jika mengingat perlakuannya beberapa jam yang lalu.
Meneriaki ayahnya sendiri bahkan mengatakan secara terang - terangan ayahnya sudah meninggal.
Apa dia akan dimarahi ?
"Putri."
Langkah putri terhenti begitu mendengar namanya dipanggil. Dia menoleh pelan dan mendapatkan ibunya yang berdiri dengan kedua tangan yang bersilang didepan dada.
Dan juga dengan wajah datar.
"Pulang sama siapa ?"
Putri menggaruk kepalanya pelan lalu tersenyum canggung. "Sama jeno bun.."
"Kenapa ga pulang sama ayah tadi ?"
"A.. Aku tadi suruh pulang duluan aja bun.. Soalnya acaranya belum selesai.." seru putri memberikan alasan yang paling logis.
"Tapi kamu sendiri yang kirim line minta jemput."
Putri mengerutkan dahinya kebingungan. "Apasih bun. Ga ada. Putri ga ada kirim."
"Tapi ayah kamu dapat line dari kamu"
"Putri ga nge line ayah bun!"
"Yaudah." zahra memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. "Lupain tentang itu. Bunda mau tanya serius. Tadi pas ayah nyamperin kamu. Kamu ngelakuin apa ?"
Putri mendengus sebal. "Ayah pasti ngadu ke bunda! Ngeselin banget" batinnya.
"Nga bilang apa - apa kok bun. Cuman aku suruh pulang aja!"
"Jangan bohong putri."
"Aku ga bohong bun"
"Terus kenapa ayah kamu pas balik ke mobil keliatan sedih ?!" tanya zahra dengan nada tertekan berusaha untuk mengontrol emosinya yang terasa makin tersulut.
Putri membasahi bibirnya yang terasa kering dan berusaha memutar otak untuk mencari alasan sekarang. Jantungnya berdebar kencang merasa sedikit panik dan kesal karena ketahuan. "Ayah Sialan.." umpatnya pelan.
"Mana aku tau bun!"
"Jangan bohong putri." ujar zahra sekali lagi dengan nada ditekan. "Jujur sama bunda."
Putri mendengus menjambak rambutnya sendiri. "OKE. AKU MALU PUNYA AYAH KAYAK GITU. PUAS ? BUNDA PUAS ?" teriaknya dengan emosi yang memuncak.
Zahra membeku ditempat. Merasa tertampar dengan bentakan putri barusan. Hatinya bahkan sekarang terasa sangat sakit. Bagaimana dengan Jeffrey.
"Putri kamu ken-"
"Bunda ga tau gimana malunya aku disekolah punya ayah yang ga bisa bicara. Cacat bun. CACAT. Aku malu. Nanti aku dibully habis - habisan gimana ?!" putri kembali bersuara dengan nada tinggi seakan mengeluarkan semua uneg - unegnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk ayah | jung jaehyun [Complited]
Fiksi PenggemarHanya cerita tentang ayahku yang sangat hebat dan sempurna dengan sejuta kelebihan tapi dipandang rendah hanya karena satu kekurangan.