Zahra mendorong kursi roda putri keluar dari rumah sakit.
Mengingat putri yang sudah dirawat intens oleh rumah sakit cukup lama hingga kondisinya cukup membaik meskipun masih lemah untuk berjalan.
Akbar dan jeno yang juga ikut berjalan di belakang sembari membawa beberapa barang putri seperti pakaian dan lain - lain.
Zahra menoleh. Melihat keduanya bergantian. "Ke mobil duluan ya. Sama ka farhan. Mau bicara berdua sama putri dulu."
Akbar dan jeno sama - sama saling menatap lalu mengangguk pelan sebagai jawaban. Mereka berjalan duluan keluar sementara zahra mendorong putri ke arah taman rumah sakit.
"Mau ngapain bun ?" tanya putri dengan lemah.
Zahra hanya tersenyum tipis tanpa membalas apapun. Setelah sampai tepat di taman dia duduk didepan putri meraih kedua tangan putrinya itu lalu mengelusnya pelan.
"Bunda tau kamu malu banget punya ayah yang bisu kan ? Tapi kamu harus tau ayah kamu selalu sayang ke kamu." jelas zahra yang membuka pembicaraan membuat putri melihatnya dengan tatapan teduh. "Iya. Putri tau. Kata bunda ayah lagi ada dirumah kan ?"
Zahra hanya mengulum bibirnya lalu tersenyum tipis. "Ayah sayang banget sama kamu dan bunda. Ayah selalu ngelakuin hal yang terbaik untuk putri dan untuk bunda."
"Bun.."
"Ayah pernah bilang. Dia mau kamu, bunda sama dia selalu sama - sama terus. Dan dia juga selalu berusaha untuk jaga kamu dan bunda. Dia selalu kasih liat kelebihannya didepan orang - orang meskipun terus di bilang cacat. Ayah cacat itu adalah ayah luar biasa kan put ? Ayah kamu hebat"
Putri mengigit bibir bawahnya ketika merasa kedua matanya yang terasa memanas. Rasa penyesalan dan rasa bersalah semakin terasa. Dia ingin bertemu ayahnya segera.
Ingin meminta maaf dan ingin memeluknya dan mengatakan betapa sayangnya dia memiliki ayah sebaik itu dan seberapa beruntung nya dia memiliki ayah sehebat itu.
Putri mengangguk kecil sebagai jawab dengan air mata yang jatuh dengan pelan. Zahra tersenyum manis lalu mengusap air mata anaknya dengan pelan.
"Kalau begitu. Kamu harus terima apapun yang ayah lakuin kan ?"
Putri kembali mengangguk kecil.
Zahra menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan. Dia menunjuk daerah bawah dada kiri putri tepat dimana dia di operasi beberapa hari yang lalu. "Kalau begitu. Kamu harus berterimah kasih karena hati ayah kamu sudah ada disini.."
Putri membeku merasakan kepalanya yang terasa tidak bisa menyaring kata - kata ibunya sendiri.
Air mata yang tadi dia tahan akhirnya jatuh. Tapi zahra masih mempertahankan senyumannya. Dia harus kuat didepan anaknya bukan. "Iya.. Put.." zahra menghela nafas berat. "Hati ayah sekarang ada didalam tubuh kamu."
Tangis putri pecah mendengar satu kalimat tersebut dia terjatuh ke dalam pelukan zahra yang ikut menangis. Jika mengingat beberapa hari yang lalu dokter mengatakan kalau hati nya tak cocok.
Dan ada orang yang begitu baik mau mendonorkan hatinya.
Tanpa zahra ketahui.. Ternyata suaminya sendiri.
Zahra memeluk erat putri yang meraung kecil dipeluk kan nya. Perasaan sakit yang benar - benar sakit dan tak percaya.
Perasaan menyesal yang juga begitu besar membuat perasaan putri semakin semakin sakit.
Zahra mengelus punggung putrinya lembut sesekali mengecup puncak kepala putri agar anaknya bisa tenang.
"Ayo.. Bunda antar. Buat liat ayah.."
-
Putri diam melihat satu kuburan yann terlihat masih baru yang tertulis
Jeffrey kenan mahendra
21.06.2020Isak tangis putri kembali pecah. Dia memaksa turun dari kursi roda membuatnya langsung terjatuh ke arah kuburan ayahnya.
Putri memeluk tanah itu dengan tangis yang pecah. Meraung dengan suara parau masih tidak bisa menerima kenyataan yang dia lihat.
Dia bahkan belum sempat minta maaf.
Dia ingin minta maaf.
Dia ingin mengatakan ke Jeffrey kalau dia tidak malu punya ayah seperti nya.
dia ingin mengatakan kalau dia merasa beruntung mempunyai ayah sepertinya.
Dia ingin mengatakan kalau dia sangat sangat sayang dengan ayahnya.
Tapi semua terlambat. Semua sudah tidak bisa dia lakukan.
"Ayah..." suara putri yang terdengar lemah dan serak. "Bangun yah.. Ayah bohong kan ? Ayah katanya ga mau ninggalin putri sama bunda ??"
"Ayah pernah janji mau liat putri nikah sama punya anak ? Ayah pernah janji ayah, bunda sama putri harus terus sama - sama ?" putri melihat nisan ayahnya dengan sendu. "Ayah.. Bangun.. Ayah udah janjii!"
Putri mengigit bibir bawahnya lalu kembali menangis. Memeluk kuburan ayahnya dengan erat dan tidak memperdulikan wajah atau bajunya yang kotor.
"Ayah.. Putri minta maaf.." suara putri semakin memelas. "Ayah.. Putri.." perkataannya tidak selesai karena tangisnya kembali mendominasi.
Dia bahkan sangat susah untuk sekedar berbicara. Air matanya terus keluar rasa sesak terasa makin memuncak.
Dia masih tidak bisa percaya.
Kenapa harus ayahnya yang pergi ? Kenapa tidak dia saja ?
Zahra menunduk merasa tidak kuat melihat putri bahkan untuk melihat kuburan Jeffrey pun dia masih tidak kuat.
Jika zahra tidak memikirkan tentang dia sedang hamil dan putri mungkin dia sudah bunuh diri dan menyusul Jeffrey.
Tapi tidak bisa.
Dia harus kuat. Harus. Harus.
Jeffrey menitipkan dua malaikat ke dia. Dia harus menjaga keduanya. Harus.
Zahra mendekati putri lalu menariknya kedalam pelukan yang hangat. Keduanya sama - sama menangis mengeluarkan emosi yang mereka rasakan.
"Ayah.. Udah disurga putri.." kata zahra dengan pelan.
Putri hanya terus menangis didalam pelukan ibunya. Kepalanya yang terus dielus dan punggungnya yang ditepuk perlahan membuat tangisnya perlahan - lahan mulai mereda.
Dia melirik kearah nisan ayahnya.
Putri tersenyum tipis.
"Ayah.. Emang harus istirahat ya bun ? Ayah pasti juga udah capek.." suara putri terdengar dengan tanda tanya membuat zahra hanya mengangguk pelan.
"Selamat tidur.. Ayah.."
-
Tenang. Masih ada satu chapther lagi baru END kok 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk ayah | jung jaehyun [Complited]
Fiksi PenggemarHanya cerita tentang ayahku yang sangat hebat dan sempurna dengan sejuta kelebihan tapi dipandang rendah hanya karena satu kekurangan.