Terkadang sakit dan pedih selalu bersama
Mereka lebur, menyatu dan sendu
Di sana tawa sudah jarang hadir
Meski penuh caci, ia bertahan, hingga...
Waktu yang menginginkannya untuk pergi,
benar-benar pergi!“Ma, Arin berangkat ya”
“Iya sayang, hati-hati ya”
Kurasa tak semua orang membenci Senin, aku sangat bersemangat di hari pertama ke sekolah baruku ini. Aku adalah siswi yang diharuskan berpindah sekolah karena pekerjaan papaku. Kubuka pintu depan rumah, menghirup udara segar yang menyejukkan. Kurasa hari ini cukup mendung dan tampaknya langit sudah siap untuk menangis. Aku mulai melangkah meninggalkan rumah, berjalan menuju sekolah baru. Pepohonan rindang di sepanjang jalan seakan menemani perjalananku yang sunyi ini. Desir dedaunan yang berjatuhan, mengantar bibir mungilku untuk bersenandung lirih. Angin berhembus menyisir seluruh ragaku yang kini terasa dingin. Sekejap aku terbangun dari lamunanku akan keindahan yang Tuhan berikan, sembari mengingat bahwa di antara semua ini aku adalah orang yang kesakitan. Tanpa sadar air mataku sedikit mengalir tanpa permisi, seiring dengan menetesnya rintik hujan yang kini mulai ricuh. Sesegera mungkin aku membuka payung yang kubawa dan mulai berjalan sedikit cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Tragedy
Teen Fiction(20.04.19) sebuah daun kering hanya bisa mengikuti apapun yang dihembuskan oleh sang angin, menimbulkan sebuah takdir yang bahkan tak diketahuinya. Entah berakhir mengenaskan atau dibawa sang angin ke tempat yang indah, kita tidak pernah berakhir di...