~ Jailangkung ~

8.9K 853 20
                                    

"Dok Ed, sahabatnya kemana sih?" Tanya Putri di tengah-tengah acara makan siang kita.

"Siapa? Si Agus?"

"Haha, iya Dok!"

"Oh, biasalah diajak kencan sama Profesor Danu." Jawab Mas Edo sambil melirikku, entah lirikan apa.

Mas Nazril memang lagi ke Bangkok bersama Prof. Danu untuk menghadiri seminar kesehatan, terhitung sudah satu minggu sejak kita pergi ke rumah Pak Hadi. Senin malam dia berangkat bersama Prof. Danu. Sejak saat itu juga aku jadi intens bertukar pesan dengannya, hampir setiap hari.

"Kok dr. Nazril bisa dekat banget sih dok sama Prof. Danu?" Tanya Putri lagi, ini cewek kalau tanya harus sampai akarnya. Aku memilih menyimak obrolan mereka sambil menghabiskan soto favoritku.

"Dulu waktu kita koas, Nazril langganan dapet dampratan malah, Tapi mungkin karena Prof. Danu udah ngincer otakknya yang encer kali ya, nyatanya setelah selesa iship si Agus langsung di tarik ke Jakarta sama Prof. Danu. Dia di minta kerja di rumah sakit besar di bidang penelitian sebagai asisten Prof. Danu, beliau kan expert banget di bidangnya. Gajinya gak usah gue ceritain ya, takut Teguh ngiler!"

"Berapa sih dok, jadi penasaran gue!" Tanya Teguh.

"Gak usah, nanti malah Putri jadi mutusin polisinya lagi!"

"Elah, dokter cerita aja gak usah kebanyakan syarat. Nih gue kasih bakso gue dok, cepetan cerita!" Protes Putri yang sangat penasaran dengan cerita Mas Nazril.

Mas Edo malah tertawa lebar tapi aku merasa matanya lebih sering mengarah padaku.

"Ya pokoknya gede banget lah, ada satu kerjaan yang gajinya pakai dolar malah, tapi ya dia harus tinggal di China beberapa bulan. Nazril diajak Prof. Danu dalam beberapa penelitian termasuk  soal vaksin atau apa gitu, gue mah gak mudeng yang begituan. Sampai akhirnya Prof. Danu pindah ke sini, sebenarnya beliau minta Nazril ke sini juga tapi ya dasar si agus gesrek, dia malah baru mau belum lama ini."

"Kok bisa gitu Prof. Danu cinta manti gitu sama dr. Nazril?" Tanya Teguh yang sepertinya juga penasaran

"Awal mulanya ya dulu itu pas koas, bedah, si Nazril yang sering terpilih jadi asisten mungkin cocok kali ya sama kerjanya, tau sendiri kan gimana perfectnya Prof. Danu soal kerjaan. Nah terus tambah cocok sama Nazril ketika tuh bocah dapet tugas khusus alias hukuman dari Prof. Danu!"

"Hukuman apa Mas?" Akhirnya aku ikut penasaran dengan cerita Mas Edo.

"Nah!! Daritadi gue tunggu lo tanya malah diem aja. Kalau lo yang tanya, gue kasih sedetil-detilnya!" Jawab Edo dengan jumawanya.

Aku hanya memutar bola mata, jengah dengan ledekannya.

"Jadi dulu Nazril pernah cinta pada salah seorang sahabat kita, seangkatan juga." Mas Edo menghentikan penjelasannya, dia malah menatapku yang entah kenapa juga jadi berubah antusias pengen tau ceritanya. Mas Edo lalu tersenyum miring.

"Cewek ini juga pinter orangnya, kesayangan Prof. Danu juga. Suatu ketika dia mangkir dari tugas Prof Danu nah minta gantilah dia sama Nazril, dan saking bucinya mendekati bego, tuh anak mau-mau aja. Alhasil Prof. Danu marah dan kasih tugas ke Nazril kalau mau cewek ini lulus tepat waktu."

"Terus Dok?"

"Ya Si Nazril sanggupin tugasnya padahal waktu itu kita udah mau UKMPPD, tapi dia juga harus jatuh sejatuh-jatuhnya karena pada akhirnya cewek itu menikah dengan orang lain! Tapi gue ada satu pelajaran, bahwa ketulusan itu akan berbuah manis di masa depan. Dulu gue jadi saksi Nazril yang hidup pas-pasan dan berupaya sekuat tenaga agar bisa diterima orangtua cewek ini, tapi ya takdir gak berpihak padanya. Dan sekarang berkat ketulusannya bantuin tuh cewek malah doi jadi banyak banget rejekinya, di sayangi sama Prof Danu juga!"

5. (a)Gus Nazril Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang