~ Menantu idaman ~

9.2K 870 78
                                    

Nazril 

Gue tertawa sendiri melihat tiba-tiba layar panggilan terputus. Ini pasti Helga yang ngerebut hp dari Edo. Tapi alhamdulillah lumayanlah sempat lihat wajah Ralin. Edo walaupun kampret gitu bisa juga di andalkan.

"Ril, jadi ya kamu yang ngisi!"

"Hah? Jangan Prof! Saya mah apa atuh! Profesor aja deh ya!"

"Saya sudah sering, sekarang kamu! Saya tunggu 10 menit lagi!"

"Tapi Prof?"

Aku masih menego permintaan Prof. Danu, kali ini benar-benar di luar konteks. Kalau biasanya beliau minta gue cari sample, atau mengekstraksi kandungan kulit buah, atau misahin DNA gue mah ayo aja. Tapi ini, coba bayangkan! Gue di suruh ngisi ngaji komunitas pedagang syariah Indonesia yang ada di Bangkok ini. Bingung ya? Ha ha ha

Tenang gue jelasin!

Jadi gue sekarang ada di Bangkok sudah satu mingguan. Tujuan utamanya adalah seminar dengan tema Basic Surgical Skills for General Physicia dan Prof. Danu kebetulan salah satu pembicaranya dan alhamdulillahnya beliau ngajakin gue. Tapi ada innalillahnya, beliau ke sini membawa serta istrinya, jadilah jiwa jomblo gue kembali meronta-ronta. Mana romantis banget mereka berdua walaupun udah tua, nasib gue Ya Allah!

Seminarnya udah selesai dari tadi siang dan sore ini sebelum kita flight, Prof. Danu ngajakin gue ketemu komunitas pedagang yang diketuai langsung oleh istri beliau, Bu Lukita adalah seorang pengusaha tekstil yang ranahnya sudah mencapai mancanegara. Komunitasnya ada di beberapa negara Asia Tenggara, jadi ketika beliau berkunjung ke negara tersebut pasti diadakan acara kumpul seperti sore ini. 

"Ayo Nak Nazril, Ibu minta tolong loh ini!" Ujar Bu Lukita.

"Aduh Bu, saya beneran belum mampu!"

"Ya udah sekarang permulaanya, biar jadi mampu untuk berikutnya!" Jawab Bu Lukita tanpa bisa gue nego. Lembut-lembut ngeri nada bicaranya.

Buru-buru gue telepon Abi minta tolong di fotoin kitab yang berisi fikih perniagaan. Gue bingung mau ngisi ngaji apa, tanpa persiapan apapun untung dulu gue gak sering-sering banget tidur waktu ikut Simbah atau Abi ngaji. Orang kesini juga niatnya seminaar, tapi alhamdulillah juga bisa berbagi ilmu gue yang masih dikit banget ini. Malu gue sebenarnya.

Gue coba berbagi sedikit tentang ilmu perdagangan, harus sangat bersyukur karena Allah kasih rejeki lewat dagang karena seperti yang kita tahu riwayat Nabi Muhammad juga seorang pedagang. Gue hanya menjelaskan secara singkat tapi yang membuat tambah lama adalah pertanyaan antik-antik dari anggota komunitas ini yang mayoritasnya adalah ibu-ibu.

"Mas Nazril, boleh gak sih kalau kita nawar harga barang jualan kita ke supliernya sampai harga yang paling rendah, kita kan juga pengen dapat untung yang banyak!" Tanya seorang ibu yang memperkenalkan diri sebagai pengusaha karpet.

"Boleh Ibu Meta, tapi harus diingat seperti yang saya jelaskan tadi rukun jual beli itu ada 3. Yang Pertama Al- aqidan yaitu ada penjual dan pembeli, yang kedua al ma'qud yaitu ada uang dan barangnya dan yang ketika nah ini yang ketiga harus diperhatikan yaitu Shighot akad. Shighot akad adalah bentuk isyarat dari penjual dan pembeli yang melakukan transaksi tanpa ada paksaan."

"Jadi, boleh saja kita menawar tapi ya sewajarnya jangan sampai ada pihak yang tidak ikhlas. Nanti ketika suplier atau penjual tidak ikhlas melepas dagangannya karena kita yang nawar terlalu rendah, bisa jadi barang dagangan yang gak di ridhoi Allah. Barangnya tetap halal tapi tetap tidak barokah karena kita dapatnya dengan cara bathil. Jual beli itu harus ada unsur ikhlas di kedua belah pihak. Bisa di mengerti Ibu?"

"Alhamdulillah bisa, satu pertanyaan lagi boleh Mas?"

"Silahkan Bu!"

"Mas Nazril udah ada jodohnya belum?" Tanya Bu Meta yang reflek membuat gaduh private room sebuah restoran itu.

"alhamduillah kalau jodoh sudah ada Bu, tapi belum ketemu." 

Keadaan bertambah gaduh lagi karena ada beberapa ibu-ibu yang menawarkan anaknya untuk dijodohkan dengan gue, ternyata gue masih jadi calon mantu idaman untuk ibu-ibu.

Bu Lukita segera menutup acara yang sudah berubah fungsi jadi biro jodoh itu, sebelum pamitan semua yang ada di sini berfoto untuk kenang-kenangan dan tentu saja gue yang jadi rebutan ibu-ibu buat foto. Hahaha gak boleh sombong ya, tapi kenyataan gimana dong?

*****

Menjelang tengah malam gue baru aja sampai rumah sakit diantar oleh sopir Prof. Danu setelah mengantar beliau ke rumah dulu. Gue kesini karena mobil gue tinggal di sini, semoga gak ngambek gue tinggal seminggu di sini.

Gue masuk ke kamar jaga UGD dulu untuk ngasih oleh-oleh. Ya meskipun yang beliin semuanya Bu Lukita, alhamdulillah rejeki jomblo sholeh.

Gue keasyikan ngobrol dengan teman-teman yang jaga malam sampai malas rasanya mau pulang dan gue putuskan menginap di sini saja, capek juga sih.

"Yang ini kok martabaknya anget sih Dok? Emang Bangkok ke Jakarta deket ya?" Tanya putri kelewat polos, beneran hiburan tengah malam ini anak.

"Deket dong Put! Itu tadi gue taruh ke mesin pesawat biar anget terus!"

"Emang boleh Dok?"

"Gusti Put! Lo kemana sih pas pembagian otak? Coba lo baca, itu martabak depan Put! Masa lupa sama Pak Kardi? Sering ngutang juga!" Ujar Teguh yang mulai gak sabar dengan kepolosan Putri. Gue terlalu capek buat ikut bully dia.

"Hehe, kan tadi dokter Nazril bilang oleh-oleh dari Bangkok! Eh tapi gue gak pernah ngutang ya!!"

"Ini loh Put, yang ini!!!" Ucap Teguh sambil melempar coklat ke arah Putri.

Putri dengan segala kepolosannya dan Teguh dengan segala kegemasannya, cocok sih menurut gue. Meninggalkan mereka berdua yang masih terus saja berdebat, gue pergi ke masjid rumah sakit, gue inget tadi belum sholat isya.

Di masjid ada beberapa orang yang terlihat sedang khusyuk beribadah malam, gue wudhu dan masuk perlahan agar tidak mengganggu mereka. Sebelum mulai sholat gue sempat melirik hp karena sejak tadi Ralin belum balas pesan gue. Katanya dia lagi jaga tapi gue gak lihat dia tadi di UGD.

Selesai sholat gue beneran udah gak ada tenaga, gue pilih langsung rebahan di situ juga. Gue hanya butuh tidur sebentar saja, satu jam juga

Ya Allah numpang tidur sebentar ya, maafin jomblo yang sangat lelah ini demi mencari sesuap nasi untuk istri hamba kelak.

Sayup-sayup gue dengar suara merdu orang yang sedang mengaji di balik sekat pemisah untuk tempat sholat pria dan wanita.  Gue menggeser tubuh agar lebih mepet dengan sekat pemisah, entah kenapa gue pengen tidur sambil mendengar lebih jelas suara merdu orang yang lagi ngaji itu. Bacaanya bagus dan fasih, berasa tambah nyaman aja gue tidurnya. Berasa adem banget mau tidur di bacain ayat-ayat quran, ya meskipun bukan buat gue.

Gue mulai nyaman dan memejamkan mata tapi kembali membukanya saat orang itu berhenti mengaji.

"Ada apa Put?"

Put? Putri UGD kah?

Gue menajamkan telinga.

"ada pasien KLL? Ok, gue segera ke sana!"

Orang itu terdengar sedikit tergesa, gue pilih melanjutkan tidur dan gue rasa tidur gue akan semakin nyenyak setelah tahu siapa yang ngaji tadi. Ini syaraf bibir gue kenapa juga berkedut terus, jadi senyum-senyum sendiri kan!

5. (a)Gus Nazril Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang