🍂BonusChapter #1 Baru Mengetahui

1.2K 125 80
                                    

"Aku pulang..." Seru Haechan kembali menutup pintu rumahnya.

Haera yang sedang bermain boneka di ruang tengah segera berlari menuju Haechan sesaat mendengar suara abang kesayangannya.

"ABAAAAANGGG....." Teriaknya terlalu senang lalu memeluk kaki Haechan.

Haechan terkekeh mengusap kepala Haera, lalu mengangkat Haera untuk dia gendong.

"Si cantik kangen abang gak, nih?" Tanya Haechan sembari mencium pipi gembul Haera melepas rasa rindu.

Haera mengangguk lalu juga mencium pipi Haechan, memeluk leher abangnya yang sudah beberapa hari ini tidak pulang ke rumah.

"Ala kangen cama bang Chan.." ungkap Haera yang masih memeluk leher Haechan.

Cowok dengan hoodie beawarna soft ungu itu terkekeh, kembali mencium pipi Haera berkali-kali, membuat tawa adiknya itu menggelegar ke seluruh rumah.

Like abang like adik. Suaranya benar-benar toa.

Haechan merebahkan tubuh Haera diatas sofa, menggelitiki adik perempuannya mengabaikan tawa Haera yang membawa Tania—sang bunda, yang awalnya mengangkat kain datang untuk menghampiri.

Tania kaget melihat Haechan yang akhirnya sudah mau untuk pulang, disusul Bani yang sudah berdiri disamping Tania. Senyuman Bani tidak pernah lepas melihat interaksi menggemaskan putranya yang berusia 23 tahun dengan putrinya yang berusia 4 tahun.

Tania menitikkan air matanya tanpa sepengetahuan Bani. Istri dari seorang Byun Bani sudah mengepalkan kedua tangan dengan wajah yang sudah memerah.

Dengan cepat kilat Tania berjalan cepat menuju ke arah Haechan yang masih belum menyadari kehadirannya.

"YA! BYUN HAECHAN!"

Tania segera menjewer telinga Haechan mengabaikan ringisan sakit yang keluar dari mulut Haechan.

Bani kaget dan dengan segera berlari menghampiri istrinya yang sudah mengamuk itu. Haera juga tampak kaget dan menarik tangan bundanya.

"Bundaaa... Jangan jewel abang, nanti abang atit," rengek Haera yang kemudian dituruti oleh Tania.

Bani menghela nafas lega setelahnya, sedangkan Haechan masih mengusap telinganya yang memerah dan terasa perih itu.

"Bunda ngapain main jewer aja, sih," protes Haechan tanpa tau dosa yang telah dia lakukan.

Tania melotot begitu pula dengan Bani yang menepuk jidatnya. Bangunin singa yang baru aja mau tidur itu namanya.

Haechan langsung menyesali ucapannya, karena Tania sudah menariknya dengan kesal menuju lantai atas—kamar Haechan.

Bani segera menggendong Haera, membalas senyuman kecut pada Haechan yang ekspresinya meminta tolong.

"Makanya jangan bikin khawatir," sahut Bani mengangkat tangan kanan Haera agar memberi lambaian pada Haechan.

▪️

Haechan duduk dengan kaki naik ke atas meja depan tv yang menyala. Matanya sama sekali tidak fokus pada acara yang sedang tampil di layar, melainkan kosong menatap ke depan.

Bani yang sempat melintas dapat merasakan apa yang dirasakan oleh putra sulungnya. Kesepian, khawatir, bingung, cemas, penyesalan, semua bercampur aduk.

Terkadang Bani juga merindukan Somi yang sudah dia anggap sebagai putrinya, berdoa agar Haechan dan Somi hidup dengan takdir selalu bersama, di dunia maupun di akhirat. Tapi takdir masih belum memperjelas semuanya.

[✓] Remorce | Haechan . SomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang