Pohon-pohon tumbuh dengan subur berbuah lebat. Hijau dengan batang pohon yang kokoh bercabangkan ranting-ranting penyangga daun yang bertunas bunga lalu berubah menjadi buah. Terlihat burung-burung terbang dari ranting satu ke ranting yang lain untuk mencari buah segar yang diberikan untuk makan buah hatinya. Terlihat kupu-kupu yang hinggap di bunga satu ke bunga yang lain untuk menghisap nektar. Nektar itu manis. Bahkan mereka rela terbang dihempas angin tanpa sedetik pun marah padanya atas tiupan yang tak sabar itu.
Begitulah suasana tegal yang biasanya digunakan anak-anak dusun Kusuma bermain-main setiap harinya. Entah bermain bola, sudhah manda, bireman atau petak umpet dan masih banyak lagi. Kalau anak-anak perempuan sudah pasti permainan yang paling utama dan tidak pernah lupa dimainkan adalah permainan pasar-pasaran. Pasar-pasaran ini biasanya mereka lakukan dengan berpura-pura menjadi pedagang atau tukang masak. Kali ini, para anak perempuan sedang bermain masak-masakan dengan para anak laki-laki bermain bola.
"Oi, oper sini, oper sini!" Teriak salah satu anak laki-laki yang meminta diberikan operan bola.
"Goaaaaaaaal, goal, goal. Yeeeeee, 3-0, 3-0." Bahagia tim Surya dapat memenangkan permainan ini. Sambil berselebrasi dengan gaya sujud syukur bersama-sama. Keren bukan?
"Yeeee, yeeee. Aku menang kowe kalah. Aku menang kowe kalah." Baru saja sujud syukur atas kemenangan tim mereka. Eh, malah mengolok-olok tim yang kalah. Ibarat memberi orang krupuk malah diminta kembali. Sama saja jadinya. Tak dapat apa-apa, yang diberi juga yang memberi.
Tim Surya yang sudah memenangkan permainan meminta kembali untuk bermain. Tetapi, tim yang kalah tidak mau. Mereka beralasan sudah lelah dan mau pulang. Itu adalah hal biasa yang terlihat ketika salah satu tim telah kalah. Padahal jika mereka tetap bersemangat untuk mengejar kemungkinan. Mana mungkin ada yang mustahil, mungkin dapat menyamakan skor angka. Bahkan juga akan membalikkan keadaan dan memenangkan permainan. Hebat bukan?
Halah itu hanya permainan yang dimainkan oleh anak-anak kampung yang belum tahu arti mengejar sesuatu yang diimpikan. Mereka berpikir bahwa ini hanya sebuah permainan tak butuh kerja keras. Toh, tak ada piala yang diperebutkan atau hadiah uang jutaan yang diberikan. Jika ada mungkin anak-anak itu akan bermain laksana timnas Indonesia yang sedang berkompetisi melawan tim-tim luar negeri di Asean. Strategi yang matang. Pantang lelah dan putus asa sebelum menyabet gelar juara satu. Tetapi, sekali lagi ini hanya permainan biasa saja. Ibarat pertandingan laga persahabatan. Hanya menang dan kalah tak lebih dari itu.
Para anak perempuan masih sibuk dengan masakan mereka di pinggir tegal. Aman akan sepakan bola, juga teriknya sinar matahari. Adukan demi adukan mereka lakukan dengan perasaan agar masakannya terasa enak. Hari ini menu masakan yang paling enak dan special telah dibuat. Kue Coklat dengan meses katanya. Padahal itu hanya tanah yang dicongkel dari samping tempat mereka duduk. Lalu, dicampur dengan air. Diaduk-aduk dengan sepenuh hati. Dituanglah ke daun pisang yang mereka klaim adalah piring paling mahal sekabupaten. Diambilnya segenggam pasir, ditaburkan di atas kue jadilah kue coklat tabur meses. Pasti sedap sekali.
Ada-ada saja. Anak perempuan memang pandai berimajinasi. Imajinasi yang baik akan melahirkan yang baik. Tak ada yang harus dipermasalahkan. Para penemu-penemu hebat di luar sana saja mengawali penemuannya dengan berimajinasi. Siapa tahu esok anak-anak itu akan benar-benar menjadikan imajinasi mereka menjadi kenyataan. Amin paling serius.
Pada awal permainan tadi para anak laki-laki dan perempuan telah berunding. Mereka berjanji akan menjadi orang yang berpura-pura membeli masakan dari para anak perempuan yang bermain masak-masakan. Tidak seperti biasanya memang, tetapi ini dilakukan untuk berlatih drama. Pada pelajaran bahasa Indonesia Pak Guru menyuruh kami untuk belajar berakting di rumah. Jadi, mereka mencoba untuk beradu akting sederhana. Ceritanya mereka sedang berada di warung makan paling terkenal sekabupaten namanya Warung Makan Raos Eco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga di Balik Bintang
قصص عامةJingga di Balik Bintang adalah cerita pertama dari Restu El Tungguri yang mengisahkan kakak beradik yang berjuan bersama-sama mengharumkan nama bapak dan ibuknya. Jingga adalah adik perempuan dari Mas Bintang. Mereka berdua lahir dari kasih sayang...