Enemy pt.2

72 10 0
                                    

Aku sedang menunggu kekasihku yang katanya akan menyusul ke kantin saat kurasakan bahuku ditepuk dengan tepukan yang tidak bisa dikatakan pelan.

Aku menoleh dengan wajah seperti siap melahap siapapun yang telah melakukannya. Setengah karena-- sungguh-- itu sakit, setengahnya lagi karena efek periode bulananku.

"Halo kakak cantik!"

Oh, sial.

Sebenarnya aku mendapat kutukan dari mana hingga bisa bertemu dengan bocah menyebalkan ini lagi dalam kurun waktu kurang dari 24 jam??

"Tunggu sampe ka Jaemin dateng, ya Hee. Gue laporin, sejam kemudian lo tinggal nama."

"Aw, takut."

"Jauh-jauh dari gue," Aku memaksa tanganku tetap berfokus pada vending machine di hadapanku ketimbang menonjok wajahnya. Aku tidak mau masuk ruang BK dan diceramahi Miss Tiffany hanya karena menyentuh wajah menjijikkan itu.

"Kau menjauh aku takkan jauh~"

Aku menggertakkan gigi. Si sialan ini. Harus. Diberi. Pelajaran.

"Sebenarnya, diriku masih, mengharapkanmu~"

"Kang Minhee suara lo tuh jelek!!" Aku berbalik badan sembari bersiap menghantamkan kaleng jus jeruk dingin ke kepala laki-laki di belakangku.

"Wowowow, chill babe," Suara berat itu menghentikan pergerakan kaleng di tanganku tepat sebelum mengenai dahinya.

Ah, sial. Kenapa tiba-tiba Minhee berubah menjadi ka Jaemin? Aku tahu mereka memang mirip, tapi mana mungkin aku salah mengenali bocah bajingan itu dengan kekasihku sendiri?

Aku menoleh kesana kemari, mencari keberadaan seorang Kang Minhee yang kecepatan lenyapnya menyaingi hantu air.

Kalau dipikir-pikir, dia juga datangnya tiba-tiba sekali seperti hantu.

Atau jangan-jangan, yang tadi itu aku hanya berhalusinasi? Saking bencinya pada anak itu jadi aku membayangkannya muncul dan membuatku kesal hingga aku ingin menghajarnya.

Tapi... Suaranya tadi asli, kok! Tepukan di bahuku juga. Buktinya masih terasa berdenyut. Aku bisa saja menuntutnya atas tuduhan perundungan dan membuatnya dihukum membersihkan semua ruangan di sekolah ini oleh Miss Tiffany.

Anak sialan itu sepertinya memang tidak bisa membedakan laki-laki dan perempuan. Wajar sih, ia kan juga tidak jelas statusnya, entah laki-laki entah perempuan. Kemarin saja merampas pouchku yang berisi pembalut. Aku curiga ia benar-benar mengalami masa bulanan sepertiku hingga membuatnya gila selama seminggu setiap bulannya, dan kemarin adalah hari pertamanya.

Aku terus mencari hingga berjinjit-jinjit agar bisa melihatnya yang mungkin saja tertutupi orang-orang.

"Nyari siapa sih, sayang?"

Tepat setelah kekasihku bertanya heran seperti itu, netraku menangkap apa yang kucari.

"Kang Minhee," Jawabku pelan dengan smirk yang sudah terpampang. "Kak, cariin mejanya dulu ya, aku mau gelud."

"Hah? Gelud?! Sayang kamu yang bener aja, dong!"

"Beneran, kok. Dikira cowok doang yang bisa gelud? Cewek yang lagi masa bulanan juga bisa, kak."

Aku tidak menoleh lagi, karena aku sudah tahu bagaimana ekspresi ka Jaemin. Ia pasti sedang sibuk mengetik sesuatu di handphonenya, mencari bala bantuan untuk mencegahku melakukan apa yang barusan kubilang. Jadi aku harus cepat bertindak sebelum pasukannya datang dan menghentikanku.

Aku berjalan cepat menuju arah jam 3, tempat Minhee berada. Tidak peduli berapa orang yang telah kutabrak secara tidak sengaja, aku tidak mengatakan apa-apa. Tujuanku hanya satu, memberi Minhee pelajaran. Kalau bukan aku, siapa lagi. Aku tidak yakin ia akan kapok kalau berurusan dengan kekasihku. Masalahnya mereka kan satu kaum. Mana bisa diharapkan.

Yoghurt (Seungmin X Hitomi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang