Keira menyeruput strawberry milk shake-nya dengan pandangan tidak lepas dari Jovanka yang duduk di hadapannya. Sahabatnya tersebut tengah menceritakan bagaimana proses "penembakan" yang dilakukan oleh sang gebetan.
"...udah gitu, nggak basa-basi tapi sweet buat gue. Jadi, yah terima deh!" Jovanka mengakhiri ceritanya seraya menopang dagu. "Ah, akhirnya. Gue sold out juga."
Keira mengulum senyum. "Congrats, Jov. Semoga gue dan Prisca bisa segera nyusul."
"Gue maunya langsung nikah aja ah, nggak mau pacar-pacaran." Prisca menunjukkan snapgram para following-nya yang memamerkan acara lamaran bahkan resepsi. "Lagi musim soalnya."
Jovanka yang duduk di sebelah Prisca lantas menoyor kepala gadis itu. "Nikah karena musim, entar cerai juga karena lagi musim. Rasain lo!"
"Amit-amit, Jov! Astaga! Kalau ngomong suka bener!" Prisca memukul-mukul meja dengan seraya berkomat-kamit, memanjatkan doa agar malaikat tidak mendengarkan ucapan sahabat iblisnya tersebut.
"Lagian," gumam Jovanka, kemudian menyesap caramel latte-nya. Gerakan tersebut membuat pandangannya otomatis mengarah pada Keira.
Dan sosok di belakang gadis itu.
"Psssst," desis Jovanka seraya mencondongkan badannya. "Arah jam dua belas dari gue. Cowok di belakang Key ngelihat ke arah sini mulu," ujarnya berbisik, sok misterius.
Prisca yang baru akan menjulurkan lehernya langsung dijambak oleh Jovanka.
"Aw aduh! Anjrit! Jov, sialan!"
"Jangan gitu makanya, dongo! Entar ketahuan kalau kita ngomongin tuh orang! Biasa aja ngelihatnya, hih!" tukas Jovanka dengan gigi terkatup, gemas.
Penasaran, Keira segera membuka kamera depan ponselnya dan berlagak seolah ia akan ber-selfie ria. Kedua matanya pun kontan terbeliak mendapati wajah tampan yang pernah menguasai memori kebencian dalam benaknya.
"Oh my God, guys!" pekik Keira tertahankan. "Itu Om Om yang pernah ngerusak palette gue!"
"Hah?" Jovanka menelengkan kepala, bingung. "Wait. Gue ngelewatin sesuatu ya?"
Sementara Keira sedang menenangkan diri karena darahnya tiba-tiba mendidih, Prisca menjelaskan, "Yang waktu itu lo nggak bisa ikut shopping sama kita karena dosen pembimbing lo minta mundurin jadwal."
"Oh!" Jovanka menjentikkan jemari. "Insiden tragis itu? Si tante girang yang pernah kalian ceritain di Whatsapp?"
Prisca memanggut-manggut. "Iya. Itu om-nya. Pasangan nggak bertanggung jawab yang main kabur gitu aja."
"Wah, sayang banget! Padahal cakep mukanya kayak young Johnny Depp, tapi attitude-nya nihil ternyata!" Jovanka berdecak keras. "Tuhan memang adil dalam menciptakan umatnya."
"Gue jadi bad mood." Keira mengibaskan tangan. "Gue mau balik aja deh. Keinget palette gue yang hancur gara-gara dia, bikin pengin nangis!"
"Yaaah, Key, seriusan?" Prisca cemberut.
"Iya, Key, jangan dooong!" bujuk Jovanka. "Baru juga pesan minum, makanannya malah belum datang. Belum ngobrol banyak kita."
Mereka mengerti, palette itu sangat penting bagi Keira. Selain karena sudah menduduki urutan pertama di wishlist-nya, eyeshadow dan contour palette tersebut juga merupakan salah satu produk favorit seorang Aluna Sarasita.
Bagi Keira, apa yang Saras punya harus Keira miliki! Karena hanya dengan begitu, Keira merasa dekat dengan idolanya tersebut.
"Udah nggak selera gue!" Kemudian ia mengeluarkan empat lembaran merah dari dompetnya ke atas meja. "Nih, buat bill gue entar. Duluan." Tanpa basa-basi lagi, Keira segera berlalu.
Sesungguhnya, Keira adalah gadis yang pemaaf. Andaikan saat itu sang pelaku menunjukkan itikad baik dan bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat, Keira pasti tidak akan memperpanjang masalah. Tapi apa? Om-om dan si tante girang justru melengos pergi begitu saja, bahkan sebelum ada penyelesaian masalah secara kepala dingin!
Katakanlah Keira kekanakan. Ia tidak peduli! Baginya, make up sudah seperti anak-anak yang harus dijaga. Seperti yang Kak Saras pernah bilang dalam videonya:
"Hal yang paling nyakitin di dunia ini tuh kalau make up kita rusak sama orang lain. Kalau sama diri sendiri sih ya udah, lain kali pasti bakal lebih hati-hati. Tapi kalau sama teman apalagi orang nggak dikenal, rasanya tuh kayak dihukum tapi bukan karena kesalahan kita. And it's really painful."
Couldn't agree more! Seluruh pecinta make up sepertinya setuju. Rasanya kayak patah hati banget, Man! Lebih sakit daripada diceramahin panjang lebar oleh Ben karena beli lima buah lipstick dalam satu hari!
Keira menyisirkan pandangan begitu ia telah sampai di parkiran. Namun, ada yang janggal di sana. Alphard-nya tidak ada!
Bergegas Keira menghubungi supirnya. Suasana hati yang memang sudah buruk, semakin tidak menentu karena perasaan jengkel yang menguasai diri.
"Halo? Bapak di mana? Kok nggak ada di parkiran?" tanya Keira bertubi-tubi saat panggilannya telah diangkat.
"Non, maaf. Saya mules, Non. Jadi, saya pulang dulu tadi."
"Oh..." Kekesalan di wajah Keira mulai surut. Biar bagaimanapun juga, ia tidak tega mendengar Pak Badrun—yang telah mengabdi belasan tahun pada Wijaya—merintih kesakitan. "Hmm, terus sekarang gimana? Udah baikan belum, Pak?"
"Sudah mendingan, Non. Non Key mau dijemput sekarang?"
"Ma—"
Tin... tin...
Sebuah Jaguar XJ berhenti di dekatnya. Perlahan, kaca sedan hitam tersebut turun dan menampilkan sosok yang membuat kedua mata Keira lagi-lagi mau copot!
"Hai, Sweety. Need a ride?"
Gadis itu langsung memutuskan sambungan dengan supirnya dan fokus menghadapi makhluk yang teramat ia hindari tadinya. Ya, mau tidak mau.
"Maaf ya, Om. Saya bukan cewek murahan yang bisa dirayu pakai sapaan sok manis. Thanks," tolaknya, mentah-mentah.
Keira hendak melarikan diri saat lelaki itu justru turun dari mobil, berhadapan langsung dengannya. "Tunggu. Saya mau minta maaf lagi—"
"Oh, jadi udah ingat?" Dagu Keira terangkat tinggi. Melayangkan tatapan tajam pada sosok menjulang tersebut. "Bagus! Tapi sayangnya, maaf doang nggak bikin make up saya sembuh."
Lelaki itu terkekeh mendengar ucapannya yang seolah kosmetik memiliki nyawa alias makhluk hidup! "Semarah itu kamu sama saya?"
Keira tercengang. "OMG! Om nggak pernah ngerasain barang berharganya rusak karena orang yang nggak bertanggung jawab ya? Oke, saya tunjukkin!"
Dengan cepat ia melepaskan heels runcingnya dan melayangkan benda tajam tersebut pada body mobil di sampingnya. Hanya dalam hitungan detik, amarah Keira mampu menciptakan "motif" abstrak pada kendaraan mewah lelaki itu.
"See? Itu rasanya."
Senyum kemenangan lantas menghiasi wajah cantik gadis itu sebelum akhirnya benar-benar berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess and the Boss! [DITERBITKAN]
HumorTelah Diadaptasi ke SERIES di MAXStream & Sudah Terbit, Tersedia di Seluruh Gramedia Indonesia. "Kamu mau nggak jadi pacar saya?" "Excuse me?!" "Nanti saya beliin make up. Sepuas kamu." "Deal!" Naraka Kusuma, pemilik Sky Lounge yang selalu tertarik...