CH: 03 | Kesepakatan

86.1K 8.8K 964
                                    

Soraya tidak main-main! Wanita itu semakin tidak kenal waktu melemparkan pertanyaan-pertanyaan mengenai Keira. Soraya bahkan membeli beberapa tanaman segar maupun kering agar halaman dan ruang tamu istana Kusuma tidak tampak membosankan. Benar-benar antusias menyambut kedatangan Keira yang Raka sendiri tidak dapat menjamin akan terjadi!

Sial! Seandainya Raka berani menepis dugaan Soraya tentang Keira saat itu, mungkin perasaannya tidak akan serumit sekarang! Raka bimbang, sungguh bimbang.

Bagaimana cara membawa Keira ke hadapan sang bunda jika gadis itu selalu memperlihatkan aura permusuhan padanya?!

Raka berdecak saat pikirannya terasa buntu! Bergegas ia meraih ponselnya di atas nakas dan mengirim chat pada Yudha. Hanya pekerjanya itu yang ia harapkan bisa membantunya, meskipun tidak banyak.

Raka:

Yud, mereka masih suka ke sky?

Begitulah bunyi pesannya. Langsung pada inti.

Yudha:

Genk gulali?

Kemarin terakhir, cuma berdua tapi.

Si Prisca sama satu lagi.

Yang rambutnya normal, tapi agak lepek.

Raka:

Kok lo tahu nama temannya?

Yudha:

Kenalan dong, Bos! Hehehe.

Raka:

Serius?

Yudha:

Dua rius, Bos!

Si Prisca ini ternyata cantik bener kalau dilihat-lihat.

Meskipun usia mereka hanya terpaut beberapa bulan, penampilan Yudha masih jauh terlihat mulus seperti mahasiswa. Segar dan modis. Berbeda dengan Raka yang selalu mengenakan kemeja motif Versace, jas Yves Saint Laurent, dan sepatu corak khas Louis Vuitton. Branded semua sih, tapi tetap saja perpaduan tersebut tidak menolong prinsip fashion sama sekali! Belum lagi kumis tipis juga bulu-bulu halus yang menghiasi rahangnya. Wajar jika Keira dan golongan "forever young" seperti gadis itu menganggapnya telah beranak lima.

Balasan Yudha barusan membuat sebuah ide terlintas di benaknya. Hati berharap semoga kali ini akan berhasil.

Raka:

Mau bantuin gue nggak?

Yudha:

Pastilah, Bos!

Apa tuh?

***

"Bang Beeen..."

Ben hanya mengerling sesaat dan kembali berkutat pada Macbooknya. "Pasti ada maunya."

Keira terkikik seraya melangkah masuk ke dalam kamar Ben. "Kok tahu sih, Ganteng?"

"Manggilnya panjang."

"Ih, abang Key keren deh. Udah cakep, peka pula!" Keira mengedip-ngedip centil. "Key mau minta sesuatu nih."

Ben mengembuskan napas. "Apa?"

"Mau mobil." Gadis itu menyengir lebar, menampilkan rentetan giginya yang bersih dari noda. "Nggak minta Audi apalagi Cooper kok. Key tahu diri. Jadi, Swift aja cukup," pintanya seolah Suzuki Swift semurah harga korek kuping.

Princess and the Boss! [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang