"Jadi, siapa cewek itu?"
"Hmm?" Raka yang tengah fokus mengemudi, tidak menyadari ke mana arah pertanyaan Soraya. "Maksudnya?"
"Cewek cakep yang rambutnya kayak gulali tadi lho. Gebetan kamu ya?"
Pandangan Raka memang tidak beralih sedikit pun dari jalanan di depannya, tapi cara Soraya berbicara sudah terdengar jelas bahwa wanita itu menyimpan harapan. Raka bahkan bisa merasakan senyuman Soraya di setiap kalimat yang terucap. "Ng... Bunda suka dia?"
"Aduh, Rak! Siapa yang nggak pengin mantu cantik begitu?" Soraya mencolek pinggang Raka, gemas. "Dia juga kayaknya gadis yang periang, tapi agak malu-malu ya?"
"Malu?"
Soraya mengangguk. "Iya. Buktinya, sok sok nggak mau digodain sama kamu tapi malah ngasih kode ngajak ke tempat yang agak sepi."
Raka kontan meringis akan pikiran bundanya yang "cocok logi" abis! Tapi alih-alih menggeleng, menampik asumsi Soraya, Raka justru mengikut arus yang membawanya. Ia tidak ingin membuat Soraya kecewa dan lagi-lagi menjalankan aksi bisu padanya. "Iya, Bun. Dia mah begitu."
Soraya terkikik geli. "Kalau gitu, boleh dong kapan-kapan kenalin ke Bunda?"
Raka nyaris menginjak rem mendadak kalau saja akal sehatnya tidak memperingatkan bahwa hal tersebut dapat membahayakan mereka dan pengguna jalan yang lain.
Soraya menangkap ketegangan yang menguasai Raka meskipun hanya mampu mengamati anaknya dari samping. "Kenapa, Rak?"
"O-oh, nggak apa-apa. Emang Raka kenapa?"
"Kaku gitu tiba-tiba, kayak kanebo kering." Soraya mendengus. "Santai aja nyetirnya. Bunda masih mau umur panjang!"
Raka terkekeh. "Iya, iya. Bunda stop nanya aneh-aneh dulu makanya. Nanti aja di rumah lanjut ya?"
"Aneh gimana? Bunda, kan, cuma minta kenalin!" Soraya mengerling, tidak senang. "Bunda nih masih tahu diri lho buat nanya dulu ke kamu, nggak main nyelonong langsung nyamperin kalian tadi."
Diam-diam Raka menghela napas mendengar pengakuan tersebut. "Iya, untungnya," gumam lelaki itu, samar.
Sangat samar hingga Soraya menaruh curiga. Tapi suasana hatinya saat ini lagi senang dengan fakta bahwa anaknya memiliki gebetan, cantik banget pula! Dan yang terpenting, terlihat setara dengannya. Soraya tahu dari penampilan gadis itu. Outfit serta aksesorinya, semua branded. "Omong-omong, siapa namanya?"
Tanpa disadari, kedua sudut bibir Raka tertarik, "Keira. Keira Wijaya."
Soraya yang melihat senyum itu pun bersorak dalam hati. "Oke. Bunda tunggu kehadiran Keira di rumah kita. Kapan pun kamu bawa dia, pintu Kusuma selalu terbuka buat dia. Kalau bisa sih, secepatnya ya, Rak."
Mati.
***
Keira:
Guys!
That creepy old man, I swear to God!
GUE KETEMU LAGI SAMA DIA!
Keira mengirim pesan tersebut dalam grup Whatsapp dengan penuh amarah meluap dari jempol kaki hingga ubun-ubunnya. Kalau saja Keira hidup di dunia kartun, mungkin kedua telinganya saat ini mengeluarkan asap.
Jovanka:
Demi apa???
Prisca:
Kalian jodoh kali.
Keira:
AMIT-AMIT!
Jovanka:
Hush! Key. Nggak boleh gitu.
Nanti karma lho.
Keira:
Ih, kok kalian jadi gini sih?!
Jovanka:
Gini gimana?
Prisca:
WKWKWK.
Gue sama Jovan udah sepakat.
Keira:
Sepakat apa?
Jovanka:
Dukung hubungan lo sama dia HAHAHA.
Keira:
Idih?
Najis!
Prisca:
Najis tuh singkatan dari "nantikan aku jadi istrimu" ceunah!
Keira:
Pris! Jijik!
Ada apa sih ini?
Kok pada jadi pro ke dia?!
Kemudian Jovanka menjelaskan kronologis bagaimana proses penggantian haluan mereka terhadap "om-om" ganteng tersebut.
Flashback...
Begitu Keira pergi, lelaki di belakangnya turut bangkit dan mengekori tanpa gadis itu sendiri sadari.
Jovanka yang mengetahui hal tersebut pun langsung menyikut lengan Prisca. "Eh anjir, dia ngikutin Keira!"
Panik, Prisca langsung bangkit. Berniat mencegah lelaki itu upaya melindungi sahabatnya. Namun, baru akan mengambil langkah, keduanya dihadapi dengan pemandangan yang cukup mengejutkan.
Para pelayan bahkan manajer Sky Lounge yang sedang bertugas, membungkuk hormat pada sosok menjulang tersebut sampai dirinya menghilang di balik pintu.
Saling melemparkan pandangan satu sama lain, Prisca dan Jovanka tersenyum penuh arti sebelum akhirnya kembali bersantai ria menikmati hidangan sampai senja menyambut sang langit.
Prisca:
Iya gitu, Key.
Btw, namanya Neraka Kusuma.
Bokapnya ternyata tajir banget anjay.
Gue langsung cari di Google waktu itu.
Jovanka:
Prisca dongo!
NARAKA ANJRIT!
Udah sok tau, salah! Ngakak.
Prisca:
Autocorrect, cuy!
Keira tidak lagi menanggapi. Sudah malas meladeni jika kedua sahabatnya tersebut telah berbeda pendapat. Yang ada nanti Keira merasa semakin gerah karena Prisca dan Jovanka mulai berbicara yang "tidak-tidak" tentang lelaki bernama Naraka Kusuma, terlebih dalam kehidupan Keira sendiri. Ew! No way!
Lagipula kalau dijabarkan, kekayaan Raka tidak sanggup menandingi Ben. Tapi Eddy mampu melampaui.
Hanya saja, jika diperbesar lagi, "Wijaya" tidak ternilai. Turun temurun, kesuksesan selalu membayangi kehidupan mereka. Penyandang Wijaya seolah dipercayakan Tuhan untuk tidak mencicipi kemelaratan.
Intinya sih, Keira tidak peduli dengan "jabatan" lelaki itu dan siapa itu "Kusuma". Masa bodoh. Bodo amat! Titik, diakhiri dengan "k" bukan "t"!
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess and the Boss! [DITERBITKAN]
HumorTelah Diadaptasi ke SERIES di MAXStream & Sudah Terbit, Tersedia di Seluruh Gramedia Indonesia. "Kamu mau nggak jadi pacar saya?" "Excuse me?!" "Nanti saya beliin make up. Sepuas kamu." "Deal!" Naraka Kusuma, pemilik Sky Lounge yang selalu tertarik...