Ten melangkah mengikuti Taeyong memasuki kamar tidur mereka, tiba-tiba merasa takut kepada suaminya. Taeyong benar-benar terasa asing, seperti bukan dirinya. Dan Ten merasa tidak nyaman dengan Taeyong yang sekarang menjadi suaminya ini.
"Kenapa kau marah-marah kepadaku, Taeyong?" Ten memberanikan diri bertanya, mencoba bersikap lembut kepada suaminya, bukankah dulu Taeyong berkata bahwa dia sangat menyukai kelembutan Ten?
Tetapi Taeyong tetap bersikap dingin, sama sekali tidak tersentuh dengan kelembutan Ten, ditatapnya Ten dengan sinis, "Suami mana yang tidak marah ketika isterinya malahan mengunjungi lelaki lain di hari pertama setelah mereka menikah, seolah tidak tahan untuk segera menghambur ke pelukan lelaki itu?"
Wajah Ten memucat mendengar tuduhan Taeyong, tetapi dia mencoba membela diri, "Kau yang meninggalkanku untuk bekerja di hari pertama pernikahan kita, dan aku bingung tidaj tahu harus bagaimana, lagipula aku ke sana bukan untuk menemui Johnny, aku ingin menengok rumah kacaku."
"Alasan." Taeyong menatap Ten dengan merendahkan, "Dari awal aku sudah curiga ada sesuatu yang lebih di antara kalian. Dan jangan mencoba melempar kesalahan dengan menyalahkanku karena pergi bekerja, aku berkerja kau pikir untuk siapa? Untuk menghidupi isteriku juga. Kau juga menerima keuntungan dari rumah mewah, pakaian mahal dan makanan enak yang akan selalu disediakan untukmu, jadi kuharap kau menghargainya dan jangan menjadi perempuan cengeng hanya karena aku pergi bekerja."
Kata-kata kasar Taeyong sekali lagi telah membuat hari Ten terasa teriris, dia sampai mundur satu langkah, menjauhi suaminya, menatap Taeyong dengan wajah tidak percaya,
"Taeyong..?" suaranya bergetar, "Ada apa sebenarnya...?" tanyanya lirih. Menagan perasaan.
Taeyong tampaknya tidak tersentuh melihat ekspresi Ten, dia menatap dingin, "Tidak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba aku menyesali keputusan bodohku untuk menikahi seorang lelaki kampung dari kelas rendahan yang tidak tahu terimakasih dan malahan sibuk menjalin affair dengan lelaki lain." Mata Taeyong tampak kejam menatapnya, "Dan kupikir aku terlalu muak untuk tidur sekamar denganmu, keluar dari kamarku, dan tidurlah di salah satu kamar kosong di rumah ini. Dimanapun itu, carilah yang paling jauh dari kamarku."
"Taeyong?" kali ini Ten tidak mampu menahan air matanya, dia merasa sangat bingung,
Taeyong melangkah ke pintu, sebelum ke luar dia menoleh dengan dingin, "Aku akan pergi keluar, dan aku harap ketika aku pulang, kau cukup tahu diri untuk memindahkan seluruh barangmu dari ruangan ini."
***
Ten tidak tahu harus berbuat apa, ini adalah hari pertama pernikahannya. Dan Taeyong sudah memperlakukannya dengan begitu kejam.
Sebenarnya ada apa dengan Taeyong? Apa salah Ten sehingga Taeyong setega itu dan sekasar itu kepadanya? Benak Ten berpikir keras, tetapi dia tidak menemukan pertanda apapun. Bahkan setelah pesta pernikahan itu sebelum Ten masuk ke kamar, Taeyong masih bersikap lembut kepadanya, memeluknya mesra di dansa pengantin mereka sambil berbisik betapa bahagianya dia ketika pada akhirnya bisa menikahi Ten.
Sambil mengusap air matanya, Ten mengemasi pakaiannya. Dia sebenarnya tidak ingin melakukannya, diusir seperti ini dari kamar suaminya dan direndahkan karena disuruh mengemasi pakaiannya sendiri dan berpindah tempat.
Tetapi harga dirinya menuntutnya melakukannya, dia tidak mau ketika Taeyong pulang nanti dan menemukan dirinya masih ada di kamar ini, Taeyong akan semakin merendahkannya.
Apa yang harus dia lakukan? Nuraninya menjerit, memintanya melarikan diri saja dan kabur dari rumah ini, kembali ke lindungan rumah kacanya yang nyaman. Tetapi Ten adalah perempuan dewasa, bukan remaja lagi yang bisa kabur kalau menemukan permasalahan yang tidak sanggup untuk dia hadapi. Ten harus bisa berbicara dengan Taeyong dan meluruskan semuanya, mungkin saja Taeyong memang benar-benar cemburu dan salah paham tentang hubungannya dengan Johnny? Ten akan menjelaskan bahwa Johnny adalah straight dan Taeyong tidak perlu mencemaskan hubungannya dengan Johnny, begitu ada kesempatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuh Cahaya (Taeten ver)
RomanceTen tidak pernah mengerti apa yang ada di benak Taeyong. Lelaki itu dulu sangat baik padanya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah, dan Taeyong lalu berubah menjadi sangat membencinya. Original Story by Santhy Agatha