8

511 60 5
                                    

Taeyong berdiri terpaku dan bingung ketika ditinggalkan oleh Ten. Perceraian. Pada akhirnya Ten pasti akan mengajukan itu kepadanya, dan dia tahu itu akan terjadi. Dia bahkan sudah merencanakan perceraian yang menyakitkan untuk Ten.

Tetapi sekarang dia tidak mungkin menerima perceraian itu, Demi Tuhan, Ten sedang mengandung anaknya, dan lelaki itu dengan mudahnya mengatakan bahwa dia menginginkan perceraian. Mau dia bawa kemana anak Taeyong nanti? Apakah dia akan lari ke pelukan Johnny dan kemudian menjadiakan Johnny ayah dari anaknya?

Taeyong meringis dengan marah. Tidak! Tidak akan Taeyong biarkan Ten lari kembali ke pelukan Johnny. Selama ini dia sudah menahan kebencian kepada lelaki itu, Johnny, lelaki yang terlalu dekat dengan Ten. Dia tidak akan mengizinkan anaknya yang sekarang ada di perut Ten berdekatan dengan Johnny.

Taeyong akan mempertahankan Ten dan anaknya mati-matian agar selalu berada di sampingnya.

***

"Jadi kau akan pergi?"

Johnny terdengar bersemangat ketika malam itu Ten meneleponnya, Ten menghela napas panjang dan tanpa sadar menganggukkan kepalanya, lupa kalau Johnny tidak bisa melihatnya.

"Ten?" Johnny bertanya lagi menunggu jawaban Ten.

"Ya Johnny, aku akan pergi." Ten cepat-cepat menjawab.

"Kapan?"

"Aku tidak tahu, aku akan mencari cara melarikan diri dari supir yang diperintahkan oleh Taeyong untuk selalu mengawasiku." Gumam Ten pelan, takut terdengar dari luar.

Johnny tampak berpikir di seberang sana, "Taeyong pasti akan langsung mengejarmu kemari, ke rumah kaca dan ke rumahku." Suaranya berubah serius, "Kau tidak boleh pulang kemari, aku akan mencarikan tempat untukmu bersembunyi, tempat yang tidak diketahui oleh Taeyong."

Ten memikirkan perkataan Johnny dan tiba-tiba merasa takut ketika mengingat ancaman Taeyong kepada keluarga Johnny,

"Aku takut Johnny." Gumamnya pelan, mulai ragu.

"Takut apa?"

"Taeyong..." suara Ten tercekat, "Taeyong pernah mengancam, kalau aku sampai melarikan diri atau menemuimu, dia akan menjadikan kau sasarannya, kau, mamamu dan kedua adikmu, dia akan menyerang mereka. Aku takut dia akan melaksanakan ancamannya dan melukai kalian." Bisik Ten gemetar.

"Kami bisa menjaga diri kami sendiri." Johnny bergumam dengan suara tegas, "Jangan pikirkan itu, Ten, kau harus memikirkan dirimu dan anakmu. Taeyong memang berkuasa, tetapi dia tidak bisa berbuat semena-mena dan melukai kita. Aku akan menghadapinya." Sambung Johnny dengan yakin.

Ten memejamkan matanya berusaha meredakan ketakutanya. "Semoga Johnny... semoga semua baik-baik saja. Aku akan mencari cara untuk pergi dari rumah ini, segera."

"Kau harus benar-benar memikirkannya segera Ten. Tingalkan saja Taeyong!"

Ten mendesah, "Kau tahu aku masih mencintainya..."

"Bukankah kau takut padanya? Katamu dia pria kejam yang tidak segan-segan berbuat apapun untuk melaksanakan maksudnya."

"Ya..aku tahu, aku memang takut kepadanya, aku ketakutan ketika dia mengancammu dan keluargamu... entah kenapa jauh di dalam hatiku aku selalu berharap bahwa Taeyong tidak sejahat itu."

"Itu hanya harapan karena hatimu dilemahkan oleh cinta." Johnny tampak jengkel. "Cinta membuat matamu berkabut, membuatmu merasa bahwa masih ada kebaikan di benak Taeyong, padahal dia sangat kejam, banyak buktinya bukan? Kekejamannya dalam pernikahanmu, sikap kasarnya, siapa yang tahu apa yang dilakukannya untuk menyakitimu?"

Pembunuh Cahaya (Taeten ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang