12 | Jealous

500 44 1
                                    




















Happy Reading 😽


Setelah nasi goreng yang gue masak jadi, gue menyajikannya di piring lalu menyodorkan ke Hyunjin. Cowok itu tersenyum senang dan langsung menyantap masakan gue.

"Gimana, enak?" Tanya gue ke Hyunjin yang tengah menikmati nasgor buatan gue.

"Enak, hehe jadi kangen masakan bunda."

"Emang bunda masih sibuk sama kerjaannya ya?" Tanya gue hati-hati.

Memang bunda Hyunjin dan kak Chan itu gila kerja. Itu semua dilakukan juga untuk menghidupi mereka berdua karena bunda single parent.

Iya, Hyunjin tidak pernah merasakan hangatnya sosok ayah setelah ia lahir ke dunia ini. Ayahnya meninggal saat dia masih didalam kandungan. Setelah memastikan Hyunjin memakan makanan yang gue buat. Gue langsung izin buat pulang ke rumah.

"Habisin ya Njin... Kalau lo kangen masakan rumah gue siap kok masakin buat lo sama kak Chan kalau bunda lo sibuk."

Hyunjin menganggukan kepalanya kemudian dia kembali tersenyum. Acungan jempol dan senyum cerah darinya entah kenapa membuat hati gue menghangat. Setidaknya gue bisa membantu mereka. Setelah makanan Hyunjin habis, gue langsung pamit pulang.

Gue mengernyit heran saat melihat keadaan rumah yang sepi. Pas gue tanya pembantu dia bilang  abang-abang gie bertiga lagi keluar rumah pas gue ke tempat Hyunjin tadi. Dan hal yang membuat gue kaget adalah, CHENLE KE SINI.

Salahkan gue yang ceroboh karena meninggalkan hp saat pergi ke rumah Hyunjin, jadi gue kan gak tau kalo dia ke rumah gue. Gue berharap dia gak mikir yang aneh-aneh pas gue ada dihadapannya, untungnya pembantu gue bilangnya gue ke minimarket. Jadi dia gak bakal salah paham.

[Kalau Chenle tidak membaca chat Hyunjin]

Gue menghampiri bibi yang sedang berada di dapur. "Bi, Chenlenya ada di mana?"

"Dikamar non, tadi bibi suruh nunggu di sana aja,"

"Owh gitu ya, yaudah Youra kekamar dulu."

Gue melangkahkan kkaki menuju ke kamar. Melihat pintu yang sedikit terbuka membuat gue sedikit ragu untuk masuk. Tetapi setelah meyakinkan diri akhirnya gue melangkahkan kaki mendekat, dan masuk kedalam kamar.

Betapa terkejutnya gue pas liat Chenle lagi duduk di pinggiran kasur dengan kedua tangan terlipat didepan dadanya. Matanya memandang gue dengan tatapan mengintimidasi.

"Udah puas selingkuhnya?" Tanyanya sarkas sambil menunjuk ponsel milik gue.

Gue memutar bola mata malas. Sifat posesif Chenle memang baru baru ini gue katahui. Tapi gue bersyukur, setidaknya itu menunjukkan kalau dia beneran sayang sama gue.

" Aku gak selingkuh ya,"

Chenle hanya menatap gue dengan tatapan yang tak terbaca. Gue yang melihatnya hanya menghembuskan nafas berat.

"Srius aku gak selingkuh, ih." Ucap gue mengayunkan lengannya layaknya anak kecil yang meminta dibelikan ice cream.

Chenle mengusap wajahnya kasar. Kemudian menatap gue, sedetik kemudian dia berbicara pelan.

"Jangan bikin aku cemburu. You're mine. Siapapun yang ganggu milik aku gak akan aku biarin gtu aja,"

Gue tersenyum tipis, kemudian duduk disebelahnya.

"Iya, gak bakal kok. Lagian dia itu kan sahabat aku waktu kecil, jangan mikir yang engak enggak donk."

"Aku gak bakal mikir yang enggak enggak kalau kamu gak sedeket itu sama dia."

Star  | •Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang