Senin manis, Lentera menyisir rambut panjangnya dengan tenang. Ia menatap pantulan dirinya dari cermin, tersenyum.
"Emang gue cantik amat, ya? Sampe direbutin dua cowok ganteng." Lentera terkekeh, ia menyandang tas di bahu, siap untuk memulai hari di sekolah.
Saat pintu terbuka...
"Pagi, sayang ... " nampak jelas wajah Justin yang tersenyum manis di depan pintu. Lentera tersenyum malu-malu.
"Lentera mau kan, berangkat sekolah bareng Justin?" Justin berjongkok di depan Lentera, menjulurkan tangkaian bunga yang berbau harum.
Lentera mengangguk, "Mau kok," lantas menerima bunganya, "Aku taruh di sini aja, ya." Lentera mengambil vas yang telah diisi air, "Biar bunganya nggak layu."
Justin mengamit jemari Lentera, mengajaknya bergandengan sambil berjalan menuju mobil.
Beberapa menit kemudian, mobil Justin telah melaju di jalan raya.
"Bang! Lenteranya mana?" Samudra tiba-tiba datang memarkirkan motornya di depan Ravish yang berdiri tersenyum, menatap arah perginya sang adik.
"Adek gue ... pacaran sama Justin sampe mesra banget gitu," Ravish bergumam pelan.
"Apa, Bang?"
Samudra geram, ia mencubit lengan Ravish.
Ravish mengaduh.
"Lentera berangkat sama gue ya, Bang." Samudra tersenyum, memperlihatkan setangkai bunga mawar yang ia bawa untuk Lentera.
Ravish melongo. "Bunga buat apaan?"
"Ya buat Lentera lah, Bang. Masa mau buat elo!" Samudra melambaikan tangan.
Lengang.
Ravish tiba-tiba ngakak. Terpingkal-pingkal memegangi perut.
"Kok ketawa sih?"
"Lagian elo, ketinggalan jaman banget sih. Tuh Lentera udah berangkat sama cowoknya. Lagian juga ngapain lo bawa sebatang bunga, nggak sebatang pohon aja sekalian? Lentera bahkan dikasih bunga yang lebih gede sama cowoknya." Ravish tertawa lebih heboh.
Samudra mematung, matanya berkaca-kaca. Ia menjatuhkan mawarnya begitu saja. Lantas kembali menaiki motor, mengebut secepat mungkin menyusul Lentera.
"Kejar tuh cinta bertepuk sebelah tangan!" Ravish berseru sambil tertawa renyah.
***
Samurda menurunkan tubuh dari motor dengan lemas. Tatapan matanya tidak berhenti menatap Lentera yang pipinya sedang dicubit manis oleh Justin.
Matanya berkaca-kaca, ia merasa terbuang. Biasanya Lentera tidak akan berangkat sebelum Samudra menjemputnya. Kalaupun tidak berangkat bersama, biasanya Lentera akan langsung mencari Samudra saat baru riba di sekolah.
Kini semuanya berubah.
"Kamu belajar yang rajin, ya." Justin tersenyum membelai rambut Lentera.
"Kamu juga, jangan kecentilan sama mantan-mantan kamu yang cantik-cantik itu." Lentera merapikan posisi topi yang Justin kenakan.
"Mantan yang mana? Gak ada tuh, kalopun ada, kamu jelas paling cantik." Justin mencubit hidung Lentera.
"Awh, sakit!" Lentera bersungut-sungut.
Setiap gerakan mesra yang Lentera ciptakan, seperti sama saja Lentera sedang menggores-gores hati Samudra dengan jarum. Lembut tapi mematikan.
Perlahan, Samudra mulai meneteskan air mata. "Kok gue bodoh banget sih, liatin cewek yang gue sayang dideketin cowok asing. Gue yang terlalu baik apa Lenteranya aja yang gak ngertiin perasaan gue." Samudra menggeleng pelan, lantas meninggalkan area parkir yang menyakitkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera - Samudra [END]
Teen Fiction"Lo gila? Tadi itu bahaya, Ra! Lo bisa mati kalo gue telat sedetik aja dateng ke sini!" Bahu gadis malang itu bergetar, air yang membendung di pelupuk matanya keluar deras, ia menunduk dalam. Pemuda di depannya menarik bahunya pelan, agar dia bisa b...