Ketika melewati ambang pintu rumahnya, Lentera mempersilahkan tamunya masuk.
"Ra! Ya ampun! Lo dari mana?" Ravish bergegas menyeret Lentera ke dalam pelukannya.
Cowok yang mengantar Lentera mematung.
"Lo gak pa-pa, kan? Tadi Sam baru dari sini, bilang kalo lo ilang di pasar malam. Gue suruh dia pergi nyariin lo, ke mana aja sih lo?"
Lentera tetap bungkam, tubuhnya sedikit berkeringat.
"Tadi gue temuin dia di tempat kerja gue. Nangis ketakutan, nyasar." cowok di belakang mengemukakan suaranya.
"Lo, nganterin adek gue balik?" tanya Ravish.
"Dia adek lo?"
Ravish mengangguk dua kali, "Dia adek gue satu-satunya."
"Bang, lo kenal dia?" Lentera berbisik.
"Dia sahabat gue." jawab Ravish.
"Gue pulang dulu, Vish. Udah malem, ntar nyokap gue nyariin." cowok itu menjabat tangan Ravish pamit. Kemudian sedikit membungkukkan badan untuk menatap wajah Lentera lebih dekat.
"Dan lo, jaga diri, ya. Biar kalo jalan sendirian gak nyasar lagi, gak selamanya gue nyelametin lo dari wahana hantu itu." cowok itu tersenyum.
Lentera terpana menatap lekukan sabit di wajah cowok itu, manis, terlihat indah, tampan, apalagi kosakata yang cocok mengumpamakannya?
"Eh, tunggu!" Lentera berseru.
Cowok itu berbalik, "Ada apa?"
"Tadi pas lo belum dateng, gue sempet ngucap janji, kalo yang nyelametin gue cowok, gue jadiin dia sahabat, tapi kalo cewek gue jadiin dia sodara. Nah, berhubung gue udah ngucap janji, lo pilih deh, mau jadi sodara gue atau sahabat gue."
"Eumm... gue gak mau milih dua-duanya," cowok itu menatap Lentera lekat.
"Terus lo mau apa?"
"Gue mau jadi, yang lebih dari sahabat, tapi bukan sodara." cowok itu tersenyum.
"Apa dong?" Lentera mengernyit. Ravish berusaha menahan tawa, tahu apa yang sedang dilakukan sahabatnya.
"Lo tebak aja, jawabnya bisa nanti kalo suatu saat kita ketemu lagi." cowok itu melambaikan tangan, sejenak sebelum pergi, ia mengusap puncak kepala Lentera.
Lentera tercenung, ia merasa seperti ada yang aneh dengan jantungnya ketika berbincang dengan cowok tak dikenal itu. Ia merasa ada yang aneh dengan perasaannya.
Lentera mendongak, "Bang."
Ravish tidak menjawab.
"Bang."
Ravish tidak menjawab lagi.
Lentera menarik-narik lengan baju Ravish, "Bang."
Ravish menunduk, "Ya?"
"Tadi itu, siapa?"
"Dia sekelas gue di kampus, sahabat gue juga." Ravish tersenyum.
"Namanya?"
"Namanya Justin Aldian."
***
Pagi ini Lentera berangkat sekolah lebih pagi, tidak terlambat seperti biasanya. Karena Ravish membangunkannya lebih pagi, dan mengajak berangkat bareng.
"Lentera!" Samudra berseru dari belakang.
Lentera yang sedang berjalan santai menuju kelas tidak mau menghiraukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera - Samudra [END]
Fiksi Remaja"Lo gila? Tadi itu bahaya, Ra! Lo bisa mati kalo gue telat sedetik aja dateng ke sini!" Bahu gadis malang itu bergetar, air yang membendung di pelupuk matanya keluar deras, ia menunduk dalam. Pemuda di depannya menarik bahunya pelan, agar dia bisa b...