Happy Reading!
Gadis yang waktu itu menyapa Alia, melewati meja Alia dan berusaha menyapanya kembali. Ia berharap semoga kali ini berhasil. "Hai, Alia," sapa gadis itu dengan hati-hati. Ia sudah menyiapkan mentalnya jika ia akan di maki oleh Alia.
"Ada apa lagi?"
"A-aku—"
Perkataannya terpotong karena salah satu gadis mengeluarkan ucapan yang membuat sakit hati.
"Oh, si culun itu berusaha cari temen, ya? kayak ada yang mau aja."
Sontak, beberapa siswa menertawakan gadis yang berusaha menjadikan Alia teman. Gadis itu menunduk menahan malu. Tangannya terkepal. Ingin sekali meluapkan kemarahannya. Tapi apa daya, ia tak sanggup sama sekali.
Alia hanya diam. Ia tidak ada sedikitpun membela gadis itu. Gadis yang setiap harinya rambutnya ter-urai sedikit berantakan, berpakaian sedikit lusuh, berkacamata bundar, dan terkadang membawa buku ketika berjalan. Sebenarnya, Alia sangat ingin membungkam mulut gadis yang sudah merendahkan. Tapi ia murid baru. Selain jaga bicara, ia juga harus jaga sikap.
Gadis yang merasa di permalukan kini telah duduk di bangku miliknya. Ia tidak ingin menampakkan wajahnya kepada Alia kembali. Matanya sudah berkaca-kaca, tapi ia tahan sampai benar-benar mengering.
∆∆∆
Pelajaran kelas 12 IPA 2 kali ini Matematika. Malas sekali rasanya ketika mendengar pelajaran tersebut. Otak terus dipaksa berpikir walaupun hasilnya nihil, tidak ditemukan.
Seorang lelaki yang duduk di pojok mengangkat kepalanya dan menguap. Ia berdiri melihat jadwal. Dan, ya, dia punya sesuatu yang menyenangkan saat ini di bandingkan mempelajari Matematika.
Ia berdiri ke depan dan meminta izin untuk kamar mandi, alasannya.
Sam juga terlihat bingung apa yang di lakukan Angga pagi ini. Masih pagi sudah membuat masalah saja.
Angga berjalan menuju perpustakaan dan mengambil salah satu buku asal tanpa melihat. Ia fokus mencari keberadaan gadis itu. Setelah matanya menemukan, Angga langsung membawa satu buku untuk dibaca dan beralasan duduk berhadapan dengan gadis itu.
"Gue boleh duduk?"
Alia yang membaca buku, mengangkat kepalanya. Menatap Angga, menoleh kanan dan kirinya.
"Bicara sama aku?"
Sumpah, perlakuan apa lagi ini?Angga benar-benar geram. Membenci setiap perkataan yang keluar dari mulut Alia. Namun, ia tidak bisa membenci terlalu dalam, entah mengapa.
Tanpa diizinkan, Angga duduk didepan Alia. "Nggak, gue bicara sama buku."
Alia tidak berniat untuk membalas perkataannya. Ia memilih untuk membaca buku kembali.
Angga menarik nafas dalam-dalam dan mulai berbicara, "Nama lo Nathalia Bulan Sabilla, bisa dipanggil Alia. Umur tujuh belas tahun, lahir tanggal dua belas, bulan Januari, tahun 2003, dan tinggal di Bandung. Benar kan?"
Alia diam.
"Jawab dong, benar nggak?"
Masih diam.
"Sumpah, lo sariawan, sakit gigi, sakit tenggorokan, bibir pecah-pecah, atau sakit hati, sih?"
Tetap diam dan fokus pada buku.
"Ya Tuhan, apa salah hamba?!"
Berisik, pikir Alia. Maka Alia memutuskan untuk menatap Angga tajam beberapa detik. Angga pun juga begitu, ia terdiam karena Alia menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Semata
JugendliteraturSulit sekali menggambarkan sosok Nathalia Bulan Sabilla. Seorang gadis memiliki seribu rahasia yang tidak akan terungkap begitu saja. Sifatnya dibuat sangat berbeda ketika memasuki Sekolah Menengah Atas. Pendiam, seolah tidak pernah melakukan kesala...