Happy Reading!
Hana berdiam diri di kelasnya. Tidak ada Alia, tidak ada pula seorang teman. Ia hanya melakukan kebiasaannya, yaitu membaca buku. Buku novel yang ber-genre fantasi. Itu adalah buku kesukaan Hana. Dirinya hampir menamatkan beberapa novel tersebut.
Salah satu gadis mendatangi meja Hana. Dia Cika. Ia mendatangi meja Hana dengan membawa dua buah aqua botol yang berukuran sedang.
"Lo, akrab banget ya sama Alia?"
Hana menjawabnya tanpa melihat, "Mau akrab atau nggak pun bukan urusan kamu."
Cika menganggukkan kepalanya beberapa kali. Ia tau bahwa Hana memang jarang sekali di ajak bicara. Ia menaruh satu buah botol aqua di hadapan Hana. "Buat lo. Gue tadi beli kelebihan."
Entah apa maksud Cika yang sangat baik kepada Hana. Namun memang, selama Hana dibully, Cika tidak pernah ikut serta. Sedangkan untuk Alia, ia sangat tidak suka pada gadis itu. Gadis yang sudah di incar untuk di hancurkan hidupnya. Dia bukan gadis yang jahat kepada semua orang-- hanya ada sesuatu yang membuat Cika benci kepada Alia.
∆∆∆
Angga dan Alia memulai menyeberangi jalanan. Sampai di pertengahan, Jantung Alia berdebar hebat. Ia sangat takut jika ada suatu mobil yang menghantam dirinya.
Alia memper-erat genggaman tangannya. Begitu juga dengan Angga. Anggap saja jalanan itu sudah menjadi milik mereka berdua. Tatapan dari jendela mobil, tatapan dari motor yang melewatinya, sungguh seperti tatapan iri. Melihat anak SMA yang sangat mesra.
Mereka berhasil menyeberangi jalanan itu. Angga melepaskan genggaman tangannya. Ia pasti tau, bahwa Alia sangat tidak nyaman. "Udah gue bilang, jangan takut. Kita akan selamat," ucap Angga yang berjalan mendahului Alia.
Alia menghela napas. "Aku kasih tahu. Dulu, aku sering lihat beberapa manusia yang tertabrak truk besar ketika sedang menyeberangi jalan raya, dan itu ngebuat aku untuk nggak berani melakukannya. Aku pikir, nantinya aku juga akan seperti mereka."
Angga membalikkan badannya. Telunjuknya ia gerakkan untuk menoyor pelan kening Alia. "Lo udah besar. Pemikiran dari mana kayak gitu? Manusia yang tertabrak truk itu bukan lo. Takdir kematian seseorang juga nggak bisa di sama ratakan. Jangan menjadikan semua masa lalu, untuk dijadikan ketakutan di masa yang akan datang." Lalu kembali berjalan dan memasukkan tangannya ke dalam saku celana.
Alia menganggukkan kepalanya tanda ia paham apa yang di katakan oleh Angga. Hari itu, Angga bukan hanya baik. Perkataannya juga mulai berbobot dari gombalan-gombalan aneh sebelumnya.
"Lumayan juga mulutmu kalau untuk bicara yang berbobot."
"Jangan ngece, gue ke sekolah juga belajar."
"Emang iya? Belajar apa?"
"Belajar kesabaran."
Alia menghentikan langkahnya, menghadap Angga. "Belajar apa yang butuh kesabaran?"
"Belajar sabar menunggu bel istirahat dan pulang."
Alia tertawa kecil diikuti oleh Angga, lalu melanjutkan perjalanannya.
Sampailah mereka di suatu gedung. Gadung berukuran sedang berwarna hijau dan putih.
"Ngapain kita ke puskesmas?"
Angga tak menjawab, ia terus berjalan yang membuat Alia harus tetap mengikutinya.
"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya perawat.
"Tolong obati lukanya, Sus."
Perawat itu langsung mengajak Alia ke ruangan untuk mengobati lukanya. Alia hanya menurut. Tidak mungkin juga ia menolak ajakan dari suster untuk mengobati lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikatan Semata
Teen FictionSulit sekali menggambarkan sosok Nathalia Bulan Sabilla. Seorang gadis memiliki seribu rahasia yang tidak akan terungkap begitu saja. Sifatnya dibuat sangat berbeda ketika memasuki Sekolah Menengah Atas. Pendiam, seolah tidak pernah melakukan kesala...