03

124 63 7
                                    

Allo guys! Jangan lupa tinggalkan jejak yaw!

ʚ˚·H A P P Y  R E A D I N G·˚ɞ

ʚ˚·❀·˚ɞ 

Sungutan itu kini terdengar lebih awal, Liana menuruni tangga dengan atasan mukena di tangannya yang ia bawa turun menuju mesin cuci. Farez yang baru saja selesai membuat makan siang menatap adik sepupunya aneh, "kenapa?" tanya Farez akhirnya.

Liana melemparkan atasan mukena itu pada adik sepupunya, tepat sekali mendarat di wajahnya. Aroma busuk memasuki penciuman Farez, "sial."

"Tanggung, lo taro gih. Sekalian mandi lagi, dasar adik laknat!" Farez tau apa penyebab dari wajah Liana yang kini tertekuk itu.

Kekehan dari anak tangga terdengar jelas di pendengaran keduanya, Liana menatap kakaknya nyalang. Siapa lagi jika bukan Arjuna, lelaki itu telah siap dengan pakaian casualnya.

"Arjuna!" Kini suara Haris memenuhi penjuru rumah, menatap anak sulungnya kesal. Guratan wajahnya menunjukkan keseriusan yang hanya di tanggapi Arjuna dengan kekehan menyebalkan.

"Mamah tuh heran, kebiasaan jail Arjuna nurun dari siapa sih?" Risa yang telah mengelus pundak Harris lembut berceletuk heran.

"Ayolah, masih pagi masa udah marah-marah? Senam wajah dulu doong," ujar Arjuna santai, kemudian tertawa renyah.

"Pagi gundulmu!"

"Sini kamu!" Alarm berbahaya telah berbunyi, ketika Harris  menyeruput cangkir kopi yang tengah mengepul. Segera saja anak itu berlari keluar rumah meraih asal kunci mobil di lemari khusus.

Harris yang sudah kesal bukan main segera mengejar langkah cepat anak sulungnya. "Emang papah di apain?" tanya Liana pada Risa.

"Kopinya di tambahin banyak bubuk coklat hitam." Farez yang membayangkannya segera mual begitu saja, bagaimana tidak? Farez kan tidak terlalu suka hal berlebihan.

"Anak itu kayaknya harus benar-benar di ruqyah Tan." Usulan Farez di tertawakan oleh Liana, memang lucu. Karena sebelumnya anak itu pernah teruqyah, bukannya kebiasaan usilnya hilang malah kian menjadi. Membuat anggota keluarga kewalahan karena ulah seorang Arjuna Sendyka.

"Haduuuuuh, kadang mamah pusing, kadang lucu. Tapi semoga aja kebiasaan bang Juna berkurang," celetuk Risa kemudian ia melangkah menuju meja pantry.

"Lebih bagusnya hilang!"

Tidak ada yang tahu motivasi seorang Arjuna Sendyka melakukan kejahilan itu, kadang setiap pagi ada saja celetukan betuk protes kepada manusia tampan satu itu.

Om Dani melangkah mendekati mereka semua, kemudian duduk di sisi Farez. "Pangeran kenapa belum turun?" tanya Dani karena belum melihat keberaan lelaki satu itu.

"Aku panggil ya," tawar Liana yang langsung di angguki mereka semua.

Hari ini tepatnya di sore hari Risa dan Haris akan pergi ke luar negeri mengurusi urusannya selama seminggu, selama itu juga Liana dan Arjuna akan mengisi kekosongan rumah besar Om Dani.

Pangeran sejak kembali dari Indonesia memang akan tinggal disini, Rafileon tidak mau mengambil konseskuensi besar jika satu-satunya generasi itu kenapa-kenapa. Sebetulnya Pangeran bisa saja menolaknya, tapi hal itu tidak ia lakukan karena berhubungan dengan Om Dani—tangan kanan kakeknya yang ada di Indonesia. Membuat dirinya terus berhubungan dengan sosok yang ia rindukan.

Liana menaiki tangga, senandung merdu lantas mengisi pendengaran Pangeran ketika ia hendak membuka pintu kamarnya.

Tok! Tok! "Pang—"

ELthreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang