ʚ˚·H A P P Y R E A D I N G·˚ɞ
Jangan lupa dukung terus cerita ini yaaaw!
ʚ˚·❀·˚ɞ
Liana melambaikan tangan ketika kedua orang tuanya akan berangkat ke bandara, dengan Arjuna yang mengantarnya. Meski Harris masih kesal dengan putra sulungnya mengenai kejahilannya tadi siang, tapi jasa Arjuna saat ini di butuhkan. Jadi Harris memaafkannya tanpa menuntut hukuman.
Pangeran berdiri di sisi Liana, memperhatikan gadis itu dalam diam. Dan Liana pun lebih banyak terdiam sejak kejadian siang tadi di taman. Hera bersama Si Kembar Frendyka, kini berada di salah satu pavilun yang ada di rumah Paman Dani.
Liana melangkah pergi dari pelataran rumah, diikuti Pangeran. Sinar wajah gadis itu cukup sayu, tapi tidak menghilangkan kecantikannya.
"Kamu kenapa Illy?" tanya Pangeran tidak tahan dalam kebisuannya.
"Gapapa," jawab Liana dan memberikan Pangeran senyuman tipis.
"Katakan. Apa yang sedang kamu pikirkan." Pemintaan Pangeran membuat langkah Liana terhenti.
Gadis itu tersenyum lagi, "Aku gapapa kok, cuman berusaha mengingat apa saja yang aku lupakan. Termasuk dirimu," kata Liana menjelaskan.
Pangeran membalas senyuman Liana dengan tipis, "semua butuh waktu Illy, yang terpenting kamu tau ada memori yang kamu lupakan."
"Tapi apa? Aku ingin mengetahuinya."
"Semua butuh waktu, Tuhan punya alasan mengapa menghilangkan memori itu sejenak. Kamu tidak siap, kalaupun sudah siap kamu ga akan sanggup menerimanya jika datang di satu waktu," jawab Pangeran menjelaskan tanpa menghilangkan senyum tipisnya.
Gadis itu mengangguk lemah, "oke. Aku harus sabar berati."
"Right." Pangeran mengusap puncak kepala Liana lembut, "kamu tau Li? Aku ga menginginkan memori itu kembali pada dirimu."
"Kenapa?" tanya Liana heran. Ia mendongak menatap wajah Pangeran dengan senyum tipisnya. "Di antara yang hilang itu ada tentang kamu Pangeran," lanjutnya lagi.
"Iya, aku tau. Tapi tetap saja aku ga ingin kamu merasakan bahaya," jawab Pangeran. Kemudian pemuda itu berujar lagi, "ada alasan besar mengapa aku pergi ke Korea."
Sedangkan di dalam paviliun yang berisi tiga manusia yang tengah di landa kebosanan, Chiko mengocok minuman dingin dengan label bertuliskan 'Shake' dengan heboh, Chen kadang malu sendiri mengakui saudara kembarnya yang sangat kalem itu.
Chen menyerahkan sebungkus snack kentang rasa balado pada Hera yang tengah terdiam, hanyut dalam pikirannya membiarkan snack itu begitu saja.
"Kenapa, hm?" tanya Chen simpati. Ia meletakan snack dalam genggamannya di sisinya.
"Yang tadi di taman, kenapa nembak ke arah kita, 'ya?" ujar Hera bertanya mengungkapkan yang sejak tadi bersarang di pikirannya.
"Liana sampai kayak gitu, aku ga tega Chen," katanya lagi. Wajah gadis imut itu kini lesu, seperti sedang di landa galau jangka panjang.
"Mahera, ada Pangeran yang selalu menjaga Liana. Kalo ga ada Pangeran juga ada bang Juna kan? Lagi pula Liana gadis yang hebat, kaya kamu."
Mahera memusatkan perhatiannya pada wajah Chen, pemuda itu tengah menatapnya lekat. Tatapan penuh puja, membuat Hera malu sendiri. Ia membuang muka ke arah lain, membuat Chen terkekeh dan Chiko tertawa di posisinya.
"Pantes lo kepincut sama Hera sampe minta gua jadi pak comblangnya, ternyata dia selucu itu," ceplos Chiko yang malah membuat Hera tak berani menampakkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELthree
Teen Fictionೃ⁀➷ Aiden Oleander .ೃ࿐ Takdir mempertemukan keduanya kembali, Pangeran harap ia mampu menjaga gadis yang ia suka sejak kecil. Gadis kecil yang dulu sering menjadi sandera musuh-musuh besar keluarganya karena keterikatan mereka berdua. Tunangan. Tap...