10

23 9 0
                                    

10 ʚ˚·H A P P Y  R E A D I N G·˚ɞ

Jangan lupa tinggalkan jejak guys! Vote dulu ya sebelum bacaa. Makasihh

ʚ˚·❀·˚ɞ

Gadis dengan rambut panjang kecoklatan itu membuka kelopak matanya, ia mengedarkan pandangannya. Menangkap wajah orang-orang yang tengah mengkhawatirkannya, "Louise."

Pangeran tersenyum tipis, "kamu kenapa?" tanya Pangeran lembut.

Eleia masih setia mengusap puncak kepala Liana, ia memberikan senyuman manisnya pada Liana ketika gadis itu mencari pemilik tangan lembut yang mengusap kepalanya dengan nyaman.

Kemudian menangkap wajah Joan yang baru saja terangkat dengan mata memerah, ia tersenyum tipis pada Liana. Menunjukan senyuman manis andalannya.

"Kakak," kata Liana. Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya, kemudian ia bangkit dari duduknya dengan gerakan cepat memeluk tubuh Joan yang ada di depan matanya. Eleia terkejut, begitupun orang-orang yang ada disana.

Dada Pangeran berdesir tidak nyaman, ia tidak menyukai pemandangan antara Joan dan Liana. Ia tidak suka.

"Liana, kenapa kamu tiba-tiba peluk dia?" tanya Pangeran dingin. Pemuda itu sedang dibakar api kecemburuan.

"Dia kakak kamu Louise," kata Liana di sela pelukannya. Joan hanya diam menegang tidak membalas pelukan gadis itu, jika ia mampu bereaksi ia akan membalas pelukan Liana dan memeluk adiknya juga.

"Kaisar." Liana menambahkan perkataannya, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki yang ia peluk ini adalah Kaisar. Lelaki yang dulu selalu melindungi dirinya, dan menyelamatkannya. Jagoan kebanggaan saat Liana masih kecil, meski ia dulu sangatlah cengeng.

"Bukan, saya Joan." Ketika mengucapkan itu suaranya bergetar, ia tidak merasa yakin akan mampu bersandiwara dekat orang-orang yang ia sayangi. Padahal diawal ia yakin bahwa ia mampu.

Chen menyisir rambutnya kasar, keadaan seperti sekarang pasti akan terjadi. "Bang," panggil lelaki itu pada Joan.

"Pangeran, sorry ya." Kini Chiko mendekati Pangeran yang tengah membisu, dengan tatapan dinginnya yang tertuju pada Joan.

"Korban pembunuhan yang dilakukan oleh Bram cuman rekayasa." Pria dengan badan besar tegap, dan hidung bangirnya yang terdapat kacamata retro tengah melangkah menghampiri mereka semua. Senyumnya tipis, tapi tersirat keseriusan. "Rencana pembunuhan itu memang nyata," tambahnya lalu melepaskan kacamatanya.

"Apa kabar Pangeran?" tanya Tio ramah. Dan ia akan selalu ramah pada siapapun, "Mungkin kali ini kau bisa bekerja sama dengan ku, atau Kaisar."

Rasanya Pangeran ingin memarahi mereka semua, tapi ia tidak bisa. Sekuat tenaga ia menahan rindu yang menggebu, seharusnya ia mengenali senyum Joan yang sama persis dengan cara Kaisar tersenyum. Mereka adalah satu orang, dan nama Joano Izankai adalah nama pemberian seorang sastrawan di timur tengah. Ia memberikan nama tersebut pada Kaisar berdasarkan kepribadian Kaisar atas dasar kebanggaan yang ia rasakan pada lelaki muda yang saat itu berusia tujuh belas tahun.

Pangeran merentangkan tangannya dan memeluk Kaisar serta Liana. "Bodoh," kata Pangeran disela pelukannya.

Getaran halus terasa saat Pangeran memeluk Kaisar, getaran nyaman yang enggan untuk di lepaskan. Rasanya ingin terus di posisi seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELthreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang