08

47 19 17
                                    


08ʚ˚·H A P P Y  R E A D I N G·˚ɞ

ʚ˚·❀·˚ɞ

"Bang gue mau!" seru Chiko ketika melihat lelaki tampan tengah melangkah memasuki rumah besar kediaman Frendyka dari pintu belakang dengan tangan membawa bingkisan makanan berlambangkan huruf W terbalik.

Lelaki itu menyerahkan bingkisan yang ia bawa pada Chiko, derap langkah milik Chen terdengar. Ia berlari menuruni tangga tak kalah ingin gabung sarapan dengan ayam yang di bawa lelaki tadi.

"Gua juga mau!"

"Habisin aja," sahut lelaki itu saat Chen menempatkan diri di kursi dekat Chiko.

"Lo ngga mau bang?" tanya Chiko, tangannya sudah bersiap mengarahkan sepotong paha ayam terbalut tepung crunchy kedalam mulutnya.

"Udah disana," jawab lelaki itu seadanya.

"Gua tadi ngeliat keluarga Sendyka, juga Pangeran."

"Wuiidih, akhirnya rindumu terobati kakanda," ledek Chiko dan kembali mengunyah. Beberapa remahan terjatuh yang sontak membuat Chen kegelian.

"JOROK WOY! CUDAH LO GA HIGIENIS!" Chen itu kalem tapi kalau sama Chiko dia anti kalem, soalnya Chiko suka bikin Chen jadi Chengarong.

"Sstt, makan yang tenang," kata lelaki itu memperingati.

"Tau tuh," cibir Chen kemudian kembali menikmati makanannya—ayam adalah kesukaannya. Padahal tadi ia sendiri yang berteriak protes.

"Ada laporan terbaru?" tanya lelaki itu pada Chen.

"Bram kemarin sampai di Indonesia," kata Chen setelah menguyah ayamnya. Ia tersenyum kecil pada lelaki tadi, "sabar ya Bang. Semangat menunggu!" kata Chen menyemangati.

"Lo dah tau kan kalo Illiana lupa ingatan karena benturan itu?" tanya Chiko berhenti sejenak dari acara makannya.

Lelaki itu menganggukinya, ia mengetahuinya.

"Bisa lo deketin Illiana, sama Hera. Cewenya si Chen," kata Chiko memberikan ide.

"Jangan woi!" larang Chen tak mau.

"Napa dah," heran Chiko pada kembarannya.

Mata Chen berkaca-kaca, "Lo kalau mau ngedeketin si Illy nya Pangeran aja bang. Gua ga mau Hera kepincut pesona si Abang yang badass, gua tu kalo di deket dia merasa jeleg banget, Ko."

Dan Chiko juga lelaki itu tertawa, Chen terbahak hampir keselek—dan itu memancing lelaki yang mereka sebut 'Bang' tertawa terhibur.

"Deketin mereka semua aja," putus lelaki itu. "Louise ga kenal Gua, tadi dia saling pandang sama gua. Dia lebih dewasa dari seorang anak SMA, persis seperti kakeknya," kata lelaki itu lalu tersenyum kecil.

"Ya iyalah, dia bertahun tahun tinggal sama kakeknya!" sahut Chiko anti kalem.

"Sana kalian sekolah," titah lelaki itu. "Pulang sekolah ajak mereka kesini," tambahnya lalu bangkit dari posisinya. Ia memperhatikan kedua lelaki di hadapannya yang tengah asik makan.

"Siap, Bang!" sahut Chiko kemudian menambah porsi ayam bagiannya.

"Pantau terus pergerakan target kita, jangan terlalu santai. Mereka pasti sudah bergerak."

"By the way, Bang, Eleia disini. Kita bisa kerjasama sama dia," kata Chen memberitahu.

"Bisa di coba," sahut lelaki itu membuat Chen dan Chiko menganggukinya. Ia kemudian melangkah menjauh dari meja makan besar itu.

"Gue bawa mobil deh," celetuk Chiko. "Si Pangeran kan di anter Juna," lanjut Chiko yang di angguki saudara kembarnya.

"Hera ma nanti sama gua aja."

ELthreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang