06

60 27 7
                                    

ʚ˚·H A P P Y  R E A D I N G·˚ɞ

ʚ˚·❀·˚ɞ

Suara tembakan dimana-mana, seorang remaja laki-laki tengah mencoba menerobos orang-orang dengan pakaian hitam yang coba menangkap dirinya.

DOR! ia menembak ke belakang, dalam sekali lihat. Membuat dua orang di belakang sana terjatuh, berhasil menggores lengan kanan dan salah satunya lengan kiri.

Ia melompati mobil hitam dengan ban besar, memasukinya kemudian mengendalikan mobil tersebut. Ia menghantam orang-orang itu hingga banyak yang tersangkut di kap mobil.

Tangan seseorang terinjak ban besar itu, kemudian ia memundurkannya lagi, kembali pada posisi awal mobil itu berada. Ia keluar, belari dengan cepat dan mendorong pintu besi yang sejak tadi menjadi tujuannya.

Di dalam sana terdapat lima orang berbadan besar, ia meraih sebuah senjata api lagi, membuat dua senjata api itu di genggam kedua tangannya.

DOR!

DOR!DOR!

DOR!

Peluru itu melesat di sisi gadis kecil yang tangannya terikat, mulut tersumpal dan ia sedang menangis.

DOR! DOR!

Remaja laki-laki itu berhasil menumbangkan lima orang berbadan besar tadi, meski badannya lebih kecil di banding mereka.

"Illiana," panggil remaja itu menghampiri gadis yang tengah menangis dengan langkah cepat. Ia membuka kain yang mengitari kepala gadis kecil itu hingga mulutnya terkatup rapat.

"Tenanglah," kata pemuda itu menenangkan. Ia melepas simpul tangan dan kaki di gadis kecil itu.

"Naiklah," titahnya ketika ia membungkuk. Dengan sisa tenaga berkat menangis seharian, ia mengalungkan tangannya di leher remaja lelaki itu.

Remaja itu menggenggam tangan Illiana mengeratkan dengan pistol yang masih ada disana, "pegangan yang kuat ya."

Illiana menganggukinya dengan lemah, bayang-bayang peluru pistol melesat di sisinya membuat gadis itu menangis bertambah deras.

Pemuda itu menaiki sebuah meja, ia keluar melalui jendela kotak yang ada di ruangan tadi. Lompatannya berhasil, kemudian ia berlari menerobos semak yang menutupi jalannya di petang hari ini.

Tembakan kembali terdengar, mengenai paha kanan remaja itu. Membuat celana jeans itu robek dan menggores kulit di sana meski sedikit tapi terasa perih.

Ia menembakan ke arah yang sama, tembakannya berhasil membungkam mereka.

Perjuangannya keluar dari semak itu berhasil, meski harus menginjak lumpur yang mengotori kakinya. Sayangnya delapan orang bertubuh besar itu kembali ada menghalangi  langkah remaja tersebut.

"Kaisar Leofric, berikan gadis kecil itu untukku."

Remaja bernama Kaisar itu meludah kedepan, "jangan kau gunakan keluarga Sendyka untuk membenci kakekku," sahutnya dingin.

Mata tajam itu menatap pria tua yang berada di belakang delapan anak buahnya yang menutupi jalan.

"Keras kepala," sahutnya berkomentar. "Ambil keduanya," ujarnya memberikan perintah pada delapan anak buah tersebut.

"Illiana cantik, kamu harus berani lari kesana ya. Jangan sampai tertangkap, di ujung jalan ada mobil kakak. Kamu langsung masuk aja ok?"

Illiana menganggukinya, kemudian ia di turunkan Kaisar dengan hati-hati. Ia berbalik mengecup puncak kepala gadis kecil itu sebelum menghalau pria yang mencoba mengejar lari kecil Illiana.

ELthreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang