Chapter 6

201 101 749
                                    

Halo, selamat malam semua..
I'm back 👋👋
Apa kabar?? Selalu jaga kesehatan ya..

Jangan lupa ditekan bintang yang ada di kiri bawah 🌟.
Happy reading..
Love you all.. 😘😘

Raymond berjalan dengan santai di koridor sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raymond berjalan dengan santai di koridor sekolah. Banyak siswi yang menyapanya. Namun, tidak ada yang dihiraukan oleh Raymond.

“Raymond... kamu tumben datangnya pagi,” ujar Rossa yang datang tiba-tiba.

Raymond hanya diam dan melanjutkan langkah kakinya menuju kelas meninggalkan Rosa yang menggerutu kesal.

‘Liat aja nanti, gue pasti bisa dapetin lo, Raymond,’ batin Rossa seraya tersenyum sinis, kemudian berjalan memasuki kelas.

Rossa menghentikan langkahnya saat melihat pemandangan aneh di depannya.

‘Mereka ngapain sih?’ batin Rossa.

“Minggir,” ucap Raymond ketus kepada orang di depannya.

“Gak, sebelum lo nerima ini,” ujar orang itu sambil duduk di atas meja serta kakinya yang menghalangi jalan.

“Minggir.”

Steven tertawa sinis. “Kenapa lo? Gak berani datang?”

“Gue bilang minggir,” ujar Raymond lagi.

Steven menyeringai, pandangannya beralih ke perempuan yang berdiri tepat di belakang Raymond.

“Lo sini,” ujarnya.

“Gue?” tunjuk Rossa kepada dirinya sendiri.

“Iya, sini lo.”

Rossa berjalan mendekat. Sebenarnya ia sedikit takut saat ini. Kedua laki-laki ini terlihat sedikit menakutkan baginya. Namun, ia menyembunyikan rasa takutnya. Apa kata orang kalau mengetahui seorang Rossa bisa takut.

“Mau apa lo? Gue nggak ada masalah dengan lo,” ujar Rossa.

“Cantik-cantik kok galak. Pantesan dia nggak suka sama lo,” kata Steven.

“Nih buat lo.” Steven memberikan sebuah undangan berwarna merah darah yang diterima Rossa dengan ragu.

Steven berdiri, ia berjalan mendekat ke arah Raymond.

“Gue tunggu kehadiran lo. Siapa tau kejadian itu akan terulang lagi,” bisik Steven tepat di telinga Raymond sambil tersenyum sinis, kemudian menepuk kecil bahu lelaki itu.

“Untuk kalian semua juga wajib datang ya!” teriaknya sambil tersenyum.

Setelah Steven keluar kelas, semua murid kembali berbisik mengenai hubungan Raymond dan Steven.

“Mond, lo udah kenal dia?” tanya Adrian.

“Gak.”

●●●●●

VINDICTA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang