Chapter 11

91 47 326
                                    

HEYOO GAISSS..
Hehehe 😁😁..
Apa kabar nih? Jangan lupa jaga kesehatan yaa 😀

Hayu ditekan dulu bintangnya 🌟
Selamat membaca 😃

🍫🍫🍫

Raymond berjalan menghampiri sosok perempuan yang sedang menangis sambil memandang ke arah jalan raya. Ia merogoh saku celananya kemudian mengambil sebuah sapu tangan dari sana. Raymond menyodorkan benda itu ke arah Layla.

“Siapa dia?” ujar Layla mengabaikan sapu tangan yang disodorkan oleh Raymond.

“Teman.”

“Teman ... kamu bilang itu teman? Tapi kenapa kalian mesra banget? Sampai pelukan? Bahkan kalian tinggal satu kamar.”

“Kami nggak tinggal satu kamar. Tangan dia luka makanya aku bantuin,” jelas Raymond.

“Bohong.”

“Jadi kamu mau gimana?” ujar Raymond dengan hembusan napas kasar di akhir ucapannya.

Layla menatap Raymond lalu ia berjalan maju kemudian memeluk Raymond.

“Udah nggak marah?” tanya Raymond sambil membalas memeluk Layla.

Layla menggeleng. Ia berjinjit lalu mengecup pipi Raymond, “Kita jalan-jalan yuk? Aku jauh-jauh pulang cuman mau ketemu kamu loh.”

“Sekarang?”

Perempuan itu mengangguk antusias.

“Tapi-“

“Tapi apa? Kamu nggak mau nemenin aku? Kamu mau ketemu perempuan itu lagi?”

“Ya udah. Ayo,” ucap Raymond pada akhirnya.

Layla bersorak senang. Ia memeluk lengan Raymond dari samping. Mereka berjalan beriringan keluar dari hotel tersebut. Namun, tanpa mereka sadari, Olivia tengah menatap mereka dari balkon kamar milik Raymond.

Matanya memanas, air matanya jatuh setetes demi setetes. Olivia menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan menggeleng tidak percaya saat kedua insan itu berpelukan. Bahkan Raymond membalas pelukan perempuan itu. Bisa dipastikan bahwa mereka mempunyai hubungan yang tidak biasa.

Olivia berjalan keluar dari kamar Raymond sambil menangis. Beberapa tamu hotel menatapnya bingung, ia tidak menghiraukannya dan berlari menuju kamarnya yang berjarak 3 kamar dari Raymond. Ia menutup pintu kamarnya kemudian jatuh terduduk. Pandangannya kosong saat ini. Olivia bahkan melupakan rasa sakit yang semakin berdenyut di tangannya saat terjepit tadi.

Apa ini rasanya menyukai seseorang yang bukan milik kita? batinnya.

●●●●●

Raymond berjalan menuju toilet yang ada di kamarnya seraya mendekatkan ponsel ke telinganya. Perasaan Raymond bertambah cemas saat suara operator yang menjawab panggilannya. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya berjalan keluar menuju kamar Olivia berada.

Tok-Tok-Tok!

“Liv.”

Tok-Tok-Tok!

“Olivia.”

Kemana dia? ujarnya dalam hati.

●●●●●

Olivia berjalan gontai di pinggir kolam renang yang sudah tersedia di hotel tersebut. Pandangannya menatap kosong ke depan. Air matanya jatuh terus menerus tanpa bisa dicegah. Entah mengapa kejadian itu membuatnya merasakan sakit yang luar biasa. Ia duduk di pinggir kolam itu sambil menatap ke dalam air.

VINDICTA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang