Halo!
Kalian apa kabar?
Semoga kalian dalam keadaan baik-baik saja 🤗
Happy readingSteven menatap miris kedua insan yang sedang bergandengan tangan dengan mesra. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.
Secepat itu? Gue udah tau kalian bakal jadian, tapi gue nggak tau kalau secepat ini, batinnya sendu.
“Well ... kasian banget sih lo. Gimana rasanya? Sakit nggak?” ujar seseorang secara tiba-tiba dari belakang dengan sarkas.
Steven menoleh kemudian ia berdecih melihat Rossa yang sudah melipat kedua tangannya di depan dada.
“Kayak lo nggak aja. Lo lebih kasian dibanding gue. Nggak malu lo ngejar-ngejar orang yang udah taken? Sadar diri coba,” balas Steven Sarkas.
Rossa memutar bola matanya malas, “Posisi kita sekarang nggak beda jauh. Lo suka sama Olivia, dan gue suka sama Raymond. Paham nggak lo?”
“Apa maksud lo?”
“Lo pura-pura bego apa emang bego?” sindir Rossa.
“Gue nggak licik kayak lo yang bisa ngambil apa yang lo mau dengan cara kotor.”
“Haduh ... haduh ... tolong sadar ya. Lo harus sadar kalau lo hidup di masa di mana kita harus mengambil apa yang menjadi milik kita. Sekalipun dengan cara kotor. Lagipula ... siapa bilang ini cara kotor?”
Steven menaikkan sebelah alisnya menunggu kelanjutan dari perempuan di hadapannya ini.
“Gue mau kita kerja sama. Gimana?” tanya Rossa.
“Maksud lo?” tanya Steven yang belum mengerti.
“Ya kerja sama biar mereka putus. Terus gue bisa jadian sama Raymond, begitu juga lo bisa jadian sama Olivia,” jelas Rossa.
“Nggak. Gue nggak mau. Gue bukan manusia licik kayak lo,” tegas Steven.
Rossa tertawa sinis, “Steven ... Steven ... lo bercanda? Apa lo bilang? Gue licik? Lo jangan sok polos deh. Gue tau lo juga pengen pisahin mereka.”
Steven berpikir sejenak. “Gila,” ujarnya kemudian beranjak pergi.
“Kalau lo nggak mau, gue yang bakalan pisahin mereka dengan cara gue sendiri. Dan ... gue nggak tau apa nantinya perempuan yang lo sayangi itu tetap bisa sempurna apa nggak,” ucap Rossa sambil menekankan ucapannya di akhir kalimat.
Steven menghentikan langkahnya, ia mengepalkan tangannya kuat. Ia tau kalau perempuan ini tidak akan bermain-main dengan ucapannya. Ia akan melakukan apa yang sudah ia ucapkan.
“Gimana rencana lo?” tanya Steven sambil menghela napasnya.
Rossa menyeringai untuk yang kesekian kalinya. Ternyata laki-laki di hadapannya ini sangat mudah untuk diajak kerja sama.
“Nanti gue kasih tau.”
“Gue punya syarat,” ucap Steven.
Rossa menaikkan sebelah alisnya menunggu kelanjutan dari Steven.
“Gue minta jangan sekalipun lo nyakitin Olivia.”
“Nggak bakal. Lo boleh pegang omongan gue,” jawab Rossa.
Steven mengangguk singkat, ia melangkahkan kakinya beranjak pergi dari sana.
“Oh iya. Kalau suatu saat gue dapat laporan lo nyakitin dia, gue bakalan buat hidup lo nggak tenang. Ingat itu,” tegas Steven sebelum ia melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda beberapa detik yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINDICTA [TELAH TERBIT]
Teen FictionBerawal dari sebuah dendam masa lalu yang membuat kedua insan menjadi dekat satu sama lain. Olivia, seorang perempuan yang memiliki paras tubuh yang cantik, serta sifatnya yang ramah membuat semua orang menyukainya. Namun bagaimana jika sebuah denda...