23) merasa bersalah

20 1 0
                                    

Terkadang hal yang paling kita sayangi, bisa jadi yang paling menyakiti.🕊️

~Chicha S.A~

Happy reading!🥳

Gadis cantik yang memakai baju tidur Winnie the Pooh sedang berada di teras kamarnya sambil sesekali melihat keindahan sang malam. Sinar bulan dan kelip bintang di langit lah yang menemani kesendirian nya saat ini. Ia masih memikirkan ucapan kekasihnya tadi di sekolah.

Apa yang dimaksud Gibran tadi?

Apa Gibran ingin pergi jauh dari gue?

Apa gue buat kesalahan sama dia?

Apa Gibran mau ninggalin gue? Secepat ini?

Apa Gibran udah nemuin cewek yang lebih segalanya?

Apa mungkin dia balikan lagi sama Kayla?

Atau mungkin orang tua Gibran nggak setuju kalo anaknya pacaran sama gue? Secara kan momy sama ibunya Gibran kurang akur karena masalalu itu.

"Astagfirullah halladzim.. gue nggak boleh mikir macam-macam." Chissya meneguk coklat panasnya agar pikirannya sedikit rileks.

Cklekk

Suara pintu kamar Chissya dibuka oleh seseorang diluar sana. Chissya tidak memperdulikannya, ia menatap bintang diatas sana yang tampak indah, cuaca yang sangat mendukung untuk bintang bisa berkelap-kelip bebas diangkasa sana.

Seorang laki-laki duduk di kursi yang ada di samping Chissya. Ia menatap Chissya seperti paham apa yang di rasakannya saat ini.

"Lihat bulan diatas sana." Suruhnya, Chissya menurut dan melihat bulan di atas sana. "Bulan hanya terlihat bersinar saat malam hari, karena saat siang hari, sinarnya terkalahkan oleh sinar matahari. Bulan yang selalu setia menemani bumi, saat bumi berotasi ataupun berevolusi. Apakah bulan pernah mengeluh? Apakah bulan pernah meninggalkan bumi?" Chissya menggeleng.

"Walaupun siang hari sinarnya terkalahkan oleh matahari, dan malam keindahan nya terkalahkan oleh bintang. Tetapi bulan selalu setia berdampingan dengan bumi sampai kapanpun. Karena bulan tau, matahari hanya sementara yang datang di siang hari, dan bintang hanya sementara yang datang di malam hari, itupun kadang-kadang jika cuacanya bagus. Tanpa kita sadari bulan juga hadir dalam siang hari namun ia sedikit tak terlihat oleh kita. Kamu tau kan maksud kakak?" Tanya Raynand pada sang adik.

Chissya mengangguk. "Iya Ica paham. Tapi Ica masih takut kalo Gibran bakalan ninggalin Ica saat hati ini udah bener-bener sayang sama dia." Air mata lolos dari mata indah Chissya.

Raynand membalikkan posisi duduknya menghadap arah sang adik. Raynand menghapus air mata Chissya dan menarik sang adik ke pelukkannya. "Jadilah seperti bulan dek, lo harus terus setia bersama Gibran. Udah Jangan cengeng." Chissya melepaskan pelukannya dari sang kakak.

"Masuk yu, udah larut. Besok kan kamu harus sekolah." Chissya mengangguk, mereka masuk ke dalam karena memang sudah larut malam.

~~•~~

Brukk

"Aduh.. pantat gue!" Chissya merasakan sakit di pantatnya akibat dorongan dari seseorang yang entah siapa.

Chissya melihat orang itu dan ternyata sahabatnya sendiri yang terjatuh sama seperti dirinya.

"Rara! Lo bisa nggak sih jalan pelan-pelan gak usah nabrak gue!" Kesal Chissya, ia berdiri dan mendudukkan bokongnya di tempatnya.

Everything For My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang