"Wah, ada yang meninggalkan barangnya lagi." ucapku pada manajer cafe tempat aku bekerja. Ia melihat dan memeriksa buku itu sekilas, lalu menyerahkannya padaku.
"Bawa saja, itu sepertinya hanya dongeng anak-anak." ucapnya."Ah, ok." aku hendak melangkah meninggalkan cafe kalau saja manajer itu tak memanggil namaku.
"Tunggu, Athanasia!" dia lalu menghampiriku dan memberikan sebungkus plastik.
"Ini ada makanan lebih, bawa pulang dan makan di rumah ya." dia berkata dengan lembut.
"Baik, terimakasih banyak bu." setelah itu aku melangkahkan kakiku untuk pulang ke rumah.
Seperti yang manajer tadi katakan, namaku Athanasia. Tidak, bukan Putri Athanasia yang terbuang dan di benci oleh ayahnya. Aku hanya aku. Athanasia yang sebatang kara.
Tetapi, aku bahagia dengan kehidupanku yang sekarang. Aku bersyukur tidak lagi melihat dua wajah menyebalkan yang dulu harus ku lihat setiap harinya. Satu wajah dingin datar yang yang mengerikan, dan satu wajah yang terlihat sok baik setiap harinya.
"Hah.. Capek sekali!"
Aku merebahkan badanku pada ranjang yang menjadi tempat istirahatku satu-satunya. Walau hanya kecil dan terlihat tidak empuk, percayalah, ini berlipat kali lebih nyawan daripada tempat tidurku sewaktu masih menjadi Athanasia yang dulu.
"Eh..."
Ah, aku ingat buku tadi. Jadi penasaran. Akhirnya, ku buka saja dan ku baca.
Judulnya adalah "Lovely Princess". Kisahnya seperti ini...
•°Lovely Princess°•
1"Kenapa, kenapa Ayahanda tidak mau menyayangi saya sebagai putri anda?"
Seorang putri bersimpuh di lantai. Ia memegangi ujung jubah milik sang raja yang adalah ayah kandungnya. Raja itu bersikap dingin dan datar walaupun sang putri sudah menangis hingga sesenggukan.
"Sampai mati pun, aku tak akan pernah mengakuimu sebagai putriku."
Aku tutup buku itu. Apa-apaan? Itu kan ceritaku! Cerita saat aku dengan bodonya memohon kasih sayang pada Claude. Tapi, aku makin penasaran. Ku putuskan untuk kembali membuka buku itu lalu membaca lanjutannya.
"Kenapa? Bukankah saya juga putri dari ayahanda? Apa bedanya saya dengan Zenith?"
"Kau..."
Raja itu menarik pedangnya dan menebas leher Putri Athanasia begitu saja.
"Heh! Ceritanya tidak seperti ini!"
Iya kan? Bukankah aku matinya itu di depan banyak rakyat bersama Lily? Lah ini kok?
Aku memutuskan untuk melihat daftar isi. Di sana, ku lihat sebuah judul bab yang menarik.
Fakta yang Sebenarnya.
Setelah hari itu, akhirnya raja Claude mengetahui jika Zenith bukanlah putri kandungnya. Zenith adalah anak perwujudan keinginan Anastacius. Anastacius ingin menciptakan seorang anak yang kekuatan sihirnya akan mampu melebihi Claude nanti. Karena sejak awal, dia sudah tahu jika sihirnya kurang kuat dari milik Claude.
Karena tindakan yang gegabah, akhirnya seorang bayi perempuan lahir dengan sehat. Namun, ibunya yang tak lain adalah Penelope harus meninggal. Karena dalam diri Zenith terdapat sihir hitam, maka saat itu yang lahir bukanlah anak yang sangat di inginkan oleh Anastacius. Melainkan, hanya seorang anak bermata biru yang tak memiliki sihir sedikitpun. Ya, dia adalah Zenith.
"Eh... Zenith bukan..."
"Dia, bukan kakakku?"
Aku menutup mulutku tidak percaya. Jadi, Claude membunuh anak kandungnya sendiri hanya demi keponakannya yang bahkan memiliki sihir hitam?! Claude, kau sungguh brengsek.
"Jika aku kembali menjadi Athanasia yang dulu, maka aku tak akan lagi tertipu wajah polosmu."
Lalu ku putuskan untuk menyimpan buku itu, dan berusaha untuk tidur. Di tengah-tengah aku tidur dengan lelap, sesosok wanita dengan rambut emas bergelombang muncul dalam mimpiku. Wanita itu, dia sangat cantik. Netra merah mudanya memandangiku dengan hangat. Tangannya membelai ujung kepalaku dengan sangat lembut.
"Bagaimana keadanmu?"
Dia bertanya padaku dengan sangat ramah. Senyumnya tak pernah pudar.
"Mama, tentu saja karena tak ada mereka hidupku sekarang super nyaman."Jawabanku membuatnya memelukku. Ah, aku rindu pelukan ini. Pelukan dari wanita yang paling aku sayangi. Pelukan dari ibuku, Diana.
"Athanasia..."
"Enh?"
"Dengar ini baik-baik. Claude mungkin seperti itu padamu karena dia masih berkabung akan kepergianku. Percaya atau tidak, sungguh dia menyesal dan menangis setiap malam setelah ia membunuhmu. Dia bahkan mengurung diri dalam kamar hingga berhari-hari. Baik Felix maupun Zenith sekalipun, tiada yang di perbolehkan untuk masuk."
Aku heran dengan perkataanmu, ma. Mana mungkin si brengsek itu seperti itu. Harusnya dia bahagia bersama Zenith sialan yang merebut semua dariku.
"Terdengar mustahil? Tapi itulah kenyataan, Athy. Mana ada seorang ayah yang berbahagia ketika putri semata wayangnya meninggal? Awalnya ku lihat, memang ia terkesan biasa saja. Namun, seseorang telah memberi pencerahan sehingga dia menyadari perbuatannya adalah salah."
"Seseorang? Siapa, mama?"
Mama tersenyum sambil memperhatikan menara di luar jendela. Eh? Menara?
"Seseorang yang selalu setia mendampingimu. Seseorang yang tulus menyayangimu. Dia adalah penyihir menara."
Ah, iya aku hampir lupa. Ada seorang tokoh yang menyayangiku selain Lily. Dia adalah Lucas, sang penyihir menara.
"Ah, sudah ya. Mama harus pergi..."
"Eh? Tidak! Mama, tunggu!"
"Sampai jumpa, Athanasia..."
"Tidak!"
Aku terbangun dengan keringat mengucur deras dari dahiku. Mimpi lagi? Hah...
"Ada apa Tuan Putri?! Anda baik-baik saja?"
Ku lihat Lilian yang masuk dengan tergesa-gesa. Ia terlihat sangat khawatir padaku.
"A-ah, iya Lily. Aku tidak apa."
"Syukurlah."
Eh, tunggu. Kenapa ada Lily di sini? Lalu, kenapa suaraku seperti anak kecil? Hah? Kemana piyama biru mudaku?! Kenapa ranjangku empuk?!
"Kalau begitu, Tuan Putri tidur lagi ya. Ini masih terlalu malam."
Aku yang masih dalam keterkejutanku merasakan kepalaku di elus lembut oleh Lily. Ah, Lily, aku rindu kamu. Tapi, aku tak mau bertemu denganmu seperti ini. Apa ini? Apa aku kembali menjadi Putri Athanasia?
Kalau iya, maka gawat. Claude itu, dia akan membunuhku. Aku harus kabur! Ok, tenang Athy. Mulai besok, kumpulkan harta yang ada dan pergi kabur meninggalkan istana. Ini sepertinya istana Ruby, tidak mungkin kan kalau ini istana kaisar atau istana emerald. Bagus. Tenang, Athy. Ayo tidur lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Princess : Who Made Me a Princess
FanfictionClaude, walau di kehidupan sebelumnya kau sangat membuatku muak. Kini biarkan aku yang memiliki apa yang seharusnya aku miliki sejak lama. Tanpa kehadiran "mereka". Ini hanya fanfic. Jadi tolong, jangan kaitkan dengan cerita atau penokohan dari toko...