BAB - 5 [New Tittle]

1K 96 3
                                    

Ya, hanya aku putrinya.

Aku lalu melanjutkan pergerakanku, berpindah tempat ke gendongan Claude.

Zenith menatap kami dengan tatapan yang sulit di artikan. Terlihat seperti kagum, namun iri di saat bersamaan.

Karena terlalu fokus pada tatapan Zenith, aku sampai tak menyadari kalau sedaritadi anak laki-laki di sampingnya terus menatapku dengan tatapan terkagum-kagum.

Ah, dia Izekiel Alphaeus. Pemeran utama pria dalam "Lovely Princess" sekaligus pria yang akan mendampingi Zenith sampai akhir.

Aku berusaha mengalihkan pandanganku. Rasanya gugup sekali kalau terus di lihat seperti itu.

"Cukup omong kosong ini, aku ingin melanjutkan tea time bersama putriku."

Claude lalu melangkah keluar, Roger Alphaeus berusaha menghentikannya. Namun, yang ia dapat justru tatapan yang tak kalah tajam dari Claude yang di layangkan oleh Ksatria Berdarah Merah.

Entah sejak kapan, kami sudah kembali ke taman. Aku tentu duduk di kursi yang sebelumnya ku tempati, begitupula Claude.

Dengan santai seolah kejadian tadi tak pernah ia lewati, Claude meminum teh lippe favoritnya. Felix berdiri tak jauh dari kami, berjaga.

"Papa."

"Hm?"

Aku ingin menanyakan perihal penyihir tadi. Namun, entah kenapa firasatku tak baik untuk itu.

"Apa teh itu enak?"

"Ya."

"Athy ingin coba!"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Kau itu masih terlalu kecil. Minuman yang paling cocok untukmu adalah susu."

Awalnya memang tujuanku adalah mengalihkan pembicaraan. Tapi, kenapa teh itu jadi terlihat menarik sih?

Claude kan bilang kalau dia sayang padaku. Merengek sedikit tak akan membuatku terbunuh kan?

"Ayolah papa, aku ingin itu aku bosan dengan susu."

Ku tunjukkan tipu muslihat alias puppy eyes pada Claude. Dan ya, dia langsung menyodorkan secangkir teh untukku.

Warna teh itu merah, wanginya pun sangat harum. Aku meraih cangkir itu, lalu menuangkan isinya ke dalam mulutku.

Slurpp..

"..."

"WOAH!! Ini enak sekali! Rasanya, seperti ada bunga yang mekar dalam mulut Athy!"

"..."

Tunggu. Apa ini? Kenapa ekspresi kalian seperti itu? Aku... Tidak salah bicara, kan?

"Tuan Putri..."

Aku mengalihkan pandanganku pada Felix. Dia tersenyum kecil sebelum mengucapkan rentetan kata yang hampir membuatku tersedak angin.

"Itu adalah teh lippe kesukaan Yang Mulia. Setahu saya, Lady Diana juga sangat menyukai teh tersebut. Bahan untuk membuat teh ini hanya bisa di dapat dari Siodona, tempat asal Lady Diana..."

"Lady Diana sangat menyukainya, dia berkata seperti ada bunga yang mekar dalam mulutnya, persis seperti Tuan Putri. Lalu Yang Mulia menyukai teh ini karena mungkin——"

"Felix, kau terlalu banyak bicara. Menjauh sepuluh langkah dan diamlah."

Ucapan dingin Claude memotong omongan Felix. Pria bersurai merah maroon itu lalu mengatupkan mulutnya dan segera melangkah mundur.

Suasana jadi sangat canggung. Aku kembali meminum teh, berusaha menghindari kontak mata dengan Claude.

Jantungku berdegup kencang, aku telah melakukan kesalahan besar. Bodohnya aku membuat pria es itu teringat dengan ibuku.

Ibuku berasal dari Siodona, wajahnya cantik secantik namanya. Diana, nama yang sekarang sangat tabu untuk Claude.

Kalau tidak salah, di <Lovely Princess>, Claude dan Diana pertama kali bertemu saat pesta penobatan Claude sebagai raja. Kala itu, Diana bekerja sebagai penari. Dia yang mendapat undangan untuk menarikan tarian di pesta itu tentu saja tidak menolak.

Mereka bertemu, dan langsung jatuh cinta. Claude adalah pria tampan dengan berbagai pesona, sementara Diana wanita cantik dengan kebaikan hatinya.

Diana hampir mampu melelehkan hati Claude, jika saja saat itu dia tidak mengandungku. Aku adalah putri Claude. Itu artinya sihirku setara besarnya dengan miliknya. Tubuh Diana tak dapat menahan sihir itu, hingga akhirnya dia meninggal saat melahirkanku.

Demikianlah cerita kelahiranku, begitupula cerita mengapa Claude sangat membenciku. Aku ini anak tidak tahu diri yang dengan gampangnya merenggut hal yang paling berharga bagi Claude.

Tapi entah karena kesetrum atau kepalanya terbentur sesuatu, sikapnya sangat berbeda dengan kehidupan lalu. Kini tak ada tatapan dingin dan tajam bagai belati.

Karena yang ku lihat, Claude lebih dari menyayangiku di cerita ini.

Ugh, apakah aku akan mengukir cerita baru? Merobek <Lovely Princess> dan menerbitkan buku berjudul "Who Made Me a Princess"?
Oh, tapi judul "Suddenly, I Became a Princess" juga tidak buruk.

Yang jelas, tujuan hidupku sekarang berbeda. Dari yang semula hanya mengejar kasih sayang Claude, kini aku akan mempertahankan itu. Ya, itu milikku. Tak akan ku biarkan milikku di rebut lagi, bahkan kalau orang itu Zenith sekalipun.

Lovely Princess : Who Made Me a Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang