BAB - 4 [Claude Just My Dad II]

1.1K 121 14
                                    

"Tapi sepertinya, itu warna mata asli."

Iyalah dia punya mata permata. Orang dia anaknya si Anastacius.

"Namun walau begitu, bukan berarti nona Zenith adalah putri kandung Yang Mulia."

Ya! Benar! Siapapun namamu, aku sangat berterimakasih padamu rambut panjang!

"Siapa kau? Berani sekali kau berbicara seperti itu."

Alphaeus menatap tajam anak laki-laki bermata merah yang barusan berbicara. Anak itu, boro-boro ketakutan. Dia malah balas menatap tajam Alphaeus. Bahkan mungkin, tatapannya lebih tajam.

"Saya berada di bawah keluarga kerajaan. Bukan hak anda menanyai saya seperti itu, kecuali dari Yang Mulia dan Tuan Putri Athanasia."

He? Berada di bawah keluarga kerajaan? Siapa dia sebenarnya?

"Tapi, bolehkah saya memperkenalkan diri, Yang Mulia?"

"Mengapa tidak?"

"Baik, ekhem. Perkenalkan, nama saya adalah Lucas. Saya penyihir kerajaan Obelia serta teman bicara dari Tuan Putri Athanasia."

Penyihir? Lucas? Teman bicara? Apa mungkin dia yang di maksud oleh mama? Eh, tapi masa iya penyihir hebat itu seorang anak kecil yang imut-imut begini?

"Apa ini candaan, Yang Mulia? Seorang anak yang bahkan usianya mungkin lebih muda dari putra saya di angkat menjadi penyihir kerajaan?" Roger Alphaeus terlihat meremehkan anak bernama Lucas itu.

"Lalu, Yang Mulia juga menjadikan dirinya sebagai teman bicara Tuan Putri Athanasia? Yang Mulia, saya sungguh kecewa saat Tuan Putri menolak putra saya. Tetapi ini?"

Bicara apa sih tuan putih itu? Aku bahkan baru saja berada di sini lagi kemarin. Lalu, apa benar dia seorang penyihir? Sehebat apa dia hingga mampu menjadi penyihir kerajaan?

Hm... Kalau Claude sampai mengakuinya, berarti dia kemampuannya tak perlu di ragukan. Dia juga masih anak-anak seperti ini, mungkin masih polos kan? Ku rasa aku menemukan rute pelarian, hihi.

"Baik, kembali ke topik awal. Kedatangan saya ke sini ingin menyerahkan putri Yang Mulia, Putri Zenith De Alger Obelia."

Claude memandang datar pada Zenith. Entah keberanian dari mana, aku menghampiri Claude lalu menarik ujung bajunya pelan.

"Hm? Apa yang kau inginkan?"

"Yang Mulia, kalau Tuan Putri bersikap seperti itu biasanya kakinya sakit dan ingin di gendong. Tuan Putri biasanya seperti itu pada saya."

Mendengar penjelasan Felix, Claude lalu mengangguk dan mengangkat tubuhku. Namun...

Claude, aku tahu kau manusia tidak berperasaan yang mengerikan. Tapi ya, kenapa kau mengangkatku seperti ini?!

"Y-yang Mulia, bukan seperti itu..."

"Lalu bagaimana? Kau itu sudah besar, berat juga."

Siapapun, tolong aku!

"Jangan seperti itu, Yang Mulia. Nanti Tuan Putri merasa tidak nyaman. Mari, biar saya tunjukkan."

Felix lalu mengambilku dan menggendongku dengan pose yang sesungguhnya. Aku memeluk erat leher Felix. Lain kali, aku tak mau di gendong olehmu lagi.

"Oh, seperti itu? Yasudah sini."

"Ti-tidak usah, ayah. A-aku sama Felix saja."

"Kau lebih nyaman bersama Felix, dari pada aku?"

Waduh, Claude ini memang terlalu to the point!

"Tentu saja aku suka bersama ayah."

"Ayah."

Aku yang hendak berpindah tempat ke dalam gendongan Claude, tiba-tiba memberhentikan gerakanku. Tanganku melayang di udara, sementara kedua safirku menatap Zenith dengan lebar.

Ku alihkan tatapanku, ternyata semua orang di sini terkejut dan menatap Zenith. Namun, tidak dengan Claude. Mata elangnya masih setia menatapku, begitupula kedua tangannya yang siap kapanpun untuk menerima bobotku.

Ah, Claude. Kau membuatku terharu. Bagaimana ini, aku jadi menginginkan lebih. Lebih dari ini, bahkan lebih dari yang dulu kau berikan untuk Zenith. Aku ingin lebih, bukan karena egois.

Jika kalian menyimpulkan demikian, menganggap aku sebagai orang yang egois maka kalian salah. Hey, kalian belum pernah merasakan berada pada posisiku. Aku dulu begitu menginginkan Claude, hingga mampu sangat merendah seperti itu. Tapi seperti yang kalian tahu, aku tak dapat apapun.

Kini, hal yang sangat aku inginkan namun nyaris ku lupakan itu tersaji hangat di depanku. Bisa di bayangkan, betapa senangnya aku.

Karena... Hanya aku putrinya.

Lovely Princess : Who Made Me a Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang