BAB 9

710 72 9
                                    

"Zenith..."

"Hiks, Kak Ijekiel-"

"Kamu kenapa menangis?"

"A-aku, hiks, kakak.."

"Sshht..."

Ijekiel lalu menarik Jannette ke dalam pelukannya. Kedua anak kecil itu saling berpelukan di dalam kamar Jannette yang gelap.

"Kamu kenapa?"

"T-tuan Putri tidak mau bersamaku kak, hiks-" adu Jannette pada Ijekiel.

"Jannette, dengar."

Ijekiel melepas pelukannya, tangannya memegang kedua pundak Jannette supaya mata mereka bersitatap.

"Tuan Putri tidak bermaksud begitu. Hanya saja, kedatanganmu itu terlalu tiba-tiba. Jadi Tuan Putri hanya kaget saja."

"B-benarkah itu?"

"Tentu saja. Aku yakin Tuan Putri sebenarnya senang memiliki seorang kakak."

...

"HUACHI!!"

"HEH!"

Athanasia bersin tepat di depan muka Lucas, membuat muka si penyihir agak basah terkena cairan dari mulut Athanasia.

"Kalo mau bersin seenggaknya noleh kek! Muka tampanku ga suci lagi nih!" ucap Lucas sembari mengelap mukanya dengan kain gorden yang tergantung di dekat sofa.

"Ya maap, namanya juga spontan."

"Kau ini punya banyak musuh ya? Pasti tadi ada yang menggibahi kau."

"Mana ada! Aku ini anak yang baik, tidak mungkin juga ada yang berani melakukan hal seperti itu padaku!"

"Huh sudahlah, tidur sana!"

"Masih sore, belum ngantuk:("

"Dih..."

"Lucas."

"Apa?"

"Ajarin aku sihir dong!"

"Ga."

"Ih, kenapa??"

"Sibuk."

"Kerjaannya cuma tidur padahal, sibuk ngapain??"

"Sibuk napas."

Lalu bantal empuk Athy mendarat mulus di wajah imut Lucas.

Athanasia merasa bahagia. Kehidupannya kali ini benar-benar sangat menyenangkan. Apalagi ayahnya sangat menyayanginya, dan dia mendapat teman seperti Lucas.

Jujur, sebenarnya terkadang Athanasia merasa kalau Lucas itu bukan anak kecil. Tapi ia ragu juga kalau Lucas bukan anak kecil.

Bicara soal Lucas, ibunya pernah berkata bahwa ada seorang penyihir menara bernama Lucas. Namun, Athanasia sudah tak terlalu mengingat apa kata ibunya saat itu. Terlebih, ia juga sudah lama tak bertemu wanita itu dalam mimpi.

Athanasia ingin dia bisa seperti ini selamanya. Punya ayah dan teman sungguh membuat dirinya sangat senang. Di masa lalu, Athanasia selalu terkurung dalam istana Ruby sampai mati di eksekusi karena di tuduh telah mencelakai Jannette.

...

Waktu berlalu, mengalir begitu saja bagaikan air di sungai. Athanasia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Surai emasnya kini kian terlihat indah, dengan kedua manik permata khas milik keluarga kerajaan Obelia.

Usianya kini telah memasuki 12 tahun, satu minggu lagi dia akan berusia 13 tahun.

Ayahnya telah mempersiapkan pesta semeriah mungkin, mengingat hari debutante putrinya juga semakin dekat.

"Hei, Tuan Putri!"

"Um, kenapa Felix?"

"Apakah Tuan Putri sudah memutuskan akan berdansa dengan siapa saat debutante nanti?"

"Oh, itu sih aku bisa dansa sama Felix saja kan?"

"OHOKK-"

"Felix!"

"K-kenapa Tuan Putri mau berdansa dengan saya?"

"Oh, bukankah harusnya aku berdansa dengan calon tunanganku, tapi kan aku belum punya. Saudara laki-laki juga tidak punya. Untuk dansa itu harus dengan keluarga kerajaan juga kan? Jadi aku sama Felix saja!"

"T-tapi Tuan Putri..."

"Memangnya ada selain Felix? Lagipula aku tidak bisa berdansa dengan Lucas."

"B-bagaimana kalau bersama Yang Mulia saja?" usul Felix.

"Apa? Bukankah kau tidak menari dengan ayahmu saat debutante?"

"Tuan Putri, hal itu tentu saja boleh tetapi sekarang sudah jarang karena rata-rata para putri sudah memiliki tunangan saat debutante."

"Kok aku belum?"

"Ya... Mungkin Yang Mulia sedang mencari calon! Hei, Tuan Putri. Bagaimana menurut anda tentang Tuan Lucas?"

"Heee? Lucas?"

"Iya!" Felix mengangguk.

"Lucas itu usil, pemalas, kerjanya cuma rebahan, sisi positifnya cuma tampan saja."

Felix terkekeh mendengar jawaban Athanasia.

"Oh iya, nanti saat debutante, Duke Alpheus beserta putra dan keponakannya juga akan datang."

"Bodo."

"Sepertinya, Tuan Putri kurang menyukai mereka ya?"

"Bukan kurang suka, tapi benci."

"Loh, kenapa? Saya dengar Tuan Muda Alpheus dan Nona Magritha adalah orang yang baik dan ramah."

"Aku masih dendam."

"O-oh..."

Felix berpikir, mungkin Athanasia masih mengingat kejadian saat Jannette di perkenalkan sebagai putri Claude oleh Duke Alpheus.

Tapi sebenarnya tidak.

Bukan kejadian itu yang Athanasia ingat.

Tetapi kejadian saat dia masih hidup sebagai putri terbuang dalam <Lovelly Princess>. Saat ia di telantarkan oleh Claude, dan Jannette malah mendapat segala kasih sayang seorang ayah dari Claude.

Huh, mengingatnya membuat mood Athanasia turun. Ia ingin pesta debutante itu segera berlalu, ia tak ingin melihat Jannette tumbuh menjadi gadis cantik-

TIDAK.

Athanasia lebih cantik.

Ya, itu menurut dirinya pribadi.

Lovely Princess : Who Made Me a Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang