Aku terkejut saat mendapati aku kembali ke kehidupan lamaku. Kehidupan menyedihkan, di mana Claude yang ku sayangi akan membunuhku dengan tangannya sendiri.
Harusnya sih, aku segera mengumpulkan harta dan pergi meninggalkan kuburan ini. Tapi, kenapa tiba-tiba Claude ada di sini?!
Dia di depanku. Dengan santainya meminum teh sambil menikmati angin. Lihatlah, aku mulai muak dengan wajah tampannya.
"Tunggu apa lagi, makanlah."
"..."
Apa? Dia berbicara apa tadi? Ini benar Claude? Bukan seseorang yang menggunakan sihir penyamaran? Claude, apa kepalamu terbentur sesuatu?
Ku pikir memang kepalanya sudah terbentur sesuatu dengan sangat keras. Pasalnya, sejak tadi pagi saat aku sedang minum susu di taman belakang istana ruby, tiba-tiba Felix datang untuk menjemputku menemui Claude.
Tentu saja aku menolak dengan beribu alasan. Aku tak mau menggali kuburan sekarang. Namun, kenapa Lily dan kakak pelayan yang lain malah melepasku dengan tenang?!
Saat aku sampai di sini, wajah memuakkannya sudah ada di sana dengan duduk sangat santai. Apa ini? Kau mau membunuhku sekarang ya?
Aku tak heran mengapa aku bisa kembali berada di dalam tubuh ini. Tentu saja, saat aku terlahir kembali di dunia era modern, aku bahkan mengingat siapa diriku dulu.
Tenang, Athy. Kau hanya perlu tak bersikap seperti dulu. Tunjukkan dirimu pada Claude!
Eh, tapi bagaimana jika dia membunuhku karena aku tidak sopan padanya?!
Arghh!! Ini membingungkan! Aku kan sudah tahu cerita lengkapnya, tapi kalau alurnya berubah begini kan aku juga yang susah..
Aku... Harus bagaimana?!
"Jadi, kau sudah sebesar ini."
Ya menurutmu?! Masa di matamu aku sudah cukup umur untuk mati?!
"Kau sudah besar, aku terkejut."
Terkejut hingga ingin membunuhku?! Ayolah, Claude. Ini bukan dirimu.
"Kenapa kau diam saja?"
Ya karna aku masih mau hidup!
"Tak apa." bersuara sedikit mungkin akan membuat niat membunuhnya turun.
"Aku ingin pulang."
"Tidak boleh."
Pede sekali kau. Dasar bapak-bapak tidak ada aklak!
"Apa kau... Tak merindukanku?"
Eh... Apa?
"Tidak. Athy tak merindukanmu, Athy rindu Lily."
"Lilian York? Ah, dia wanita ke dua yang berani menghalangi jalanku setelah wanita penari itu..."
Wanita penari? Maksudmu mamaku? Mamaku yang setiap malam datang dan menanyakan kabarku? Dalam mimpi.
"Dia merawatmu dengan baik."
Aku masih diam. Salah-salah, aku malah akan mati di usia 5 tahun kalau kata-kataku menyinggungnya.
"Hei, Athanasia."
Eh, tunggu! Apa? Kau memanggil namaku? Kau? Kau tidak memanggilku "anak sialan" sama seperti dulu? Kau Claude bukan sih?
"Apa kau membenciku?"
Felix terlihat mematung dengan pertanyaan itu. Ya, aku juga sih. Inginnya teriak di depan mukanya, berkata kalau aku membencinya melebihi apapun yang di bencinya. Tapi, aku belum mau mati.
"Jawab!"
"Iya!"
"..."
Waduh! Kok aku keceplosan sih?! Mulut sialan! A-apa aku akan mati sekarang? Tuhan, bantulah aku...
"Jadi begitu... Sayang sekali, padahal aku hampir menyukaimu."
Eh? Apa? Claude, kau membuat otakku pecah.
"Kau satu-satunya yang ia tinggalkan untukku. Kau satu-satunya yang tersisa darinya. Kau... Putri kami."
Felix terlihat sangat shock, begitupula aku. Apa itu? Tipuan agar aku kembali menyayanginya sehingga ia bisa menyakitiku lagi kapan saja? Ah, iya. Ini pasti tipuan!
"Tapi Athy tak suka. Athy tak suka kalian berdua. Athy hanya suka Lily, Hana, Seth, dan mama. Athy tak suka melihatmu, Athy benci padamu dan dua perempuan iblis itu. Biarlah setelah ini, kau pasti akan membunuhku, kan? Kau kan hanya menyayangi Zenith. Aku ini apa bagimu? Lily, Hana, Seth, mama, maafkan Athy. Athy tak bisa memaafkan mereka."
Aku sudah tidak tahan. Mau di pancung sekalipun aku tak gentar. Persetan dengan kematian, aku hanya ingin mengeluarkan semua yang ku pendam.
Felix hampir terjungkal ke belakang, sementara Claude melepaskan cangkirnya hingga membentur tanah. Cankir itu kemudian pecah. Mata safir yang serupa milikku itu kini menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Siapa... Zenith?"
"Oh, aku lupa. Dia itu putri yang paling kau sayangi hingga kau melupakan aku. Memuakkan, aku benci padanya dan ibunya. Huh, ingin rasanya ku remukkan ginjal mereka. Selalu tersenyum sok manis dan baik. Athy benci."
Claude masih memandangiku dengan tatapan yang sama. Felix membuang muka, dan aku balik menatap Claude dengan tajam.
"Silakan, bunuh aku. Aku tak peduli padamu dan Zenith. Aku benci kalian."
Claude berdiri dari duduknya. Ia menghampiriku. Ah, mati lagi. Tapi, memang ujung-ujungnya Athanasia memang memiliki takdir seperti ini?
Grep!
"Kau terlalu banyak bicara."
Eh. Rasanya hangat, dan... Nyaman?
Di luar dugaanku, Claude malah memelukku dengan erat. Ada apa ini?
"Siapapun Jenid itu, kau tetaplah satu-satunya putriku.""Na-namanya Zenith, bukan Jenid..."
Lalu apa? Aku salah dengar? Dia mengakuiku sebagai putri semata wayangnya?
"Diana bersusah payah melahirkanmu, dan aku tidak mungkin membencimu untuk itu."
Aku mematung di dalam pelukan Claude. Pelukan yang selama ini hanya menjadi milik Zenith, pelukan hangat ini...
"Lagipula, kau lahir kan juga karena aku. Lalu, ibumu mati itu juga salahku. Seandainya ia tak mengandung anakku, maka pasti tidak seperti ini. Maafkan aku."
Claude? Kau benar Claude?
"Permisi, Yang Mulia. Tuan Alphaeus sedang menunggu anda."
Seorang pengawal datang dan mengatakan hal itu. Ah, Roger Alphaeus aku juga membencimu, tenang saja.
"Tidakkah kau lihat Yang Mulia tengah sibuk bersama Tuan Putri?" Felix berbicara dengan tatapan tajam pada pengawal itu.
"Tapi Tuan Alphaeus datang bersama putranya dan keponakannya. Dia bersikeras untuk menemui Yang Mulia."
Apa? Keponakan? Lah ya ini, aku tak mau pelukan ini di rebut. Aku harus bertindak.
Eh? Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba aku seperti haus akan kasih sayang Claude lagi?
"Hm, baiklah. Aku akan menemuinya. Felix, antar Athanasia kembali ke istana Ruby."
Tidak. Kau tidak boleh bertemu Zenith sekarang. Kau milikku, Claude. Kau ayahku.
"Tunggu, Papa!"
"Aku ingin... Ikut menemui tamu Papa!"
Entahlah. Tapi mungkin, memang karena inilah aku kembali menjadi seorang putri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Princess : Who Made Me a Princess
Fiksi PenggemarClaude, walau di kehidupan sebelumnya kau sangat membuatku muak. Kini biarkan aku yang memiliki apa yang seharusnya aku miliki sejak lama. Tanpa kehadiran "mereka". Ini hanya fanfic. Jadi tolong, jangan kaitkan dengan cerita atau penokohan dari toko...