BAB 8

778 79 4
                                    

Hari ini adalah ulang tahunku. Claude tidak merayakannya dengan besar, itu karena aku menolak adanya pesta. Tentu saja aku menolak. Jika di gelar pesta, tentu kediaman duke Alpheus akan mendapat undangan. Lalu, sekali lagi Zenith dan Claude akan bertemu dan aku tidak menginginkan drama antar paman dan keponakan seperti itu.

Claude memberiku hadiah berupa beberapa buku dan perhiasan. Sepertinya, dia tahu kalau aku suka belajar. Tapi yang membuatku sebal adalah, kenapa para kakak pelayan di istana emerald ini harus di ganti? Aku jadi harus berpisah dengan Hanna dan Seth.

Tapi syukurlah, Claude tidak mengganti Lily. Akan sangat berat hidupku tanpa Lily di sisiku. Lily itu... Sudah seperti mamaku sendiri. Dia yang rela berlutut di depan Claude hanya untuk merawatku yang saat itu masih bayi. Dia bahkan di bunuh Claude hanya karena membelaku yang memang sebenarnya tak bersalah.

Oh, Lily betapa murninya hatimu itu. Dulu, aku tak sempat membalas semua kebaikan dan jasamu. Tapi ku pastikan, kau akan bahagia di kehidupan ini Lily.

"Jika ada yang kau inginkan, katakan saja."

"Tidak papa! Semua ini sudah sangat luar biasa!"

Iya, semua ini sangat luar biasa. Bagaimana aku mendustakan rasa bahagia ketika Claude untuk pertama kalinya memberikanku sesuatu. Aku sangat amat bahagia.

"Nanti malam ada festival di balai kota, kau mau ke sana?"

"Eh?"

Eh? Bukankah Claude tidak menyukai sesuatu yang berisik?

"Papa tidak kelelahan?"

"Tidak. Jika kau ingin pergi, maka kita pergi."

"Athy tidak ingin merepotkan papa. Athy tau, pekerjaan papa masih sangaaaaat banyak, sebanyak ini!"

Aku merentangkan kedua tanganku. Itu membuat Claude tersenyum tipis.

"Aku tau, kau ingin pergi. Pekerjaan itu bisa menunggu."

Aduh, Claude kau keras kepala sekali sih!

Ya, sebenarnya aku ingin pergi bersama Claude. Tapi apa itu tidak akan membuatnya repot?

Tumpukan dokumen di meja kerjanya menjadi penghalang untuk ini. Aku tidak ingin pekerjaannya semakin menumpuk seperti tugas author yang lagi daring. Bisa-bisa ayahku stres nanti.

"Ayah, sungguh Athy tak ingin pergi!"

"Hm, baiklah kalau begitu."

Jadi, ya tidak jadi pergi. Athanasia memang pada dasarnya tidak begitu menyukai festival. Apalagi, Claude juga membenci tempat ramai. Jika Athanasia mengiyakan ajakan Claude, bisa-bisa ayahnya itu malah mem-booking seluruh area festival sehingga pengunjung yang ada hanya mereka berdua.

"Tapi ayah, Athy punya satu permintaan."

"Hm? Apa itu?"

Athanasia menunjukkan raut muka seimut mungkin yang dapat ia buat.

"Aku ingin ayah selalu dan hanya menyayangiku. Tidak boleh pada yang lain."

"Heh? Cuma itu?"

"Em!" Athy mengangguk dengan semangat.

Puk!

Claude mendaratkan telapak tangannya di atas kepala pirang milik sang putri. Athanasia sempat tertegun beberapa waktu saat melihat senyum ayahnya. Ah... Hatinya merasa hangat. Apa ini yang namanya kasih sayang seorang ayah?

Athanasia harap dapat merasakannya selamanya. Athanasia harap dia tak kehilangan tepukan lembut yang menghangatkan ini.

Setidaknya begitu... Tapi di sisi lain saat Athanasia merasa di penuhi kehangatan, seorang gadis kecil bersurai coklat tengah meringkuk sambil memeluk boneka di atas ranjangnya. Manik permata gadis kecil itu meneteskan air mata.

Berbeda dengan Athanasia yang bagai matahari, Zenith di sini tak lebih hanya sebuah bintang kecil yang hanya akan terlihat jika matahari terbenam.

Namun, apakah benar demikian?








Dahdah, aku bingung mo nulis apa. Pokoknya, moga kalian ga bingung sm alur ceritanya. Udah itu aja, sama coba itu jarinya jan kaku. Lemesin biar bisa pencet bintang noh di bawah:)

Lovely Princess : Who Made Me a Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang