Bagian Empat

181 25 5
                                    

.Kembali, aku hanya menganggukkan kepala, menyetujui semua yang dia katakan.
"Ayo, kita lari ke arah sana," tunjuk Randa dengan menggenggam tanganku.

Malam ini, sebuah teka-teki mulai muncul kepermukaan, aku pikir aku wanita paling malang,  tapi setelah melihat ini, ternyata masih banyak yang lebih malang dari ini.
Kami berjalan ke arah barat,  menyusuri hutan yang rimbun. Masih kulihat cahaya obor di ujung sana. Kami berlari secepat yang kami bisa. Ini adalah petualangan yang menegangkan dan mengerikan untukku.
"Randa, aku takut hamil." Seketika langkahnya terhenti, dia menatapku lekat.
"Maksud, kamu?"
"Sejak kejadian itu, aku tidak pernah lagi kedatangan tamu bulanan. Aku takut, Randa. Bagaimana ini?" Kutundukan kepala lalu memejamkan mata kuat, mengusir pikiran buruk yang sering kali mengusik.
"Putri, tenanglah. Apa pun yang akan terjadi nantinya, itu sudah menjadi takdir Tuhan." Randa kembali menenangkanku.

"Tapi, aku takut semua itu terjadi, bagaimana jika memang benar dan bagaimana nasabnya ia kelak?"
"Ucapan adalah doa. Jangan berpikiran buruk. Ayo, kita harus kembali menjauh dari orang-orang itu."
Kami kembali berlari, menerobos masuk ke dalam hutan yang semakin rimbun. Aku pun dimudahkan dengan celana kain yang kupakai hingga saat ada kayu besar menghadang jalan, aku bisa meloncat melewatinya tanpa harus kesusahan.
Perjalanan semakin jauh, kami sepertinya tersesat dan akhirnya memilih istirahat di balik pohon yang cukup besar.
Kulihat Randa tampak melipat kemeja panjangnya, kuperhatikan lagi, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya seperti skop kecil entahlah.
Randa menggali tanah, menbentuk bulat dengan kedalaman satu meteran, lalu dia kembali mengeluarkan ayakan kecil dan sebuah piring, kuperhatikan lagi, dia mengambil tanah dari lubang yang telah ia gali lalu mengayaknya.
"Randa, apa yang kamu lakukan?" tanyaku dengan tingkat penasaran tinggi.
"Aku ingin bertayamum," ujarnya tanpa menghiraukan ucapanku.
"Tapi, di sini tak ada air."
"Allah tidak mempersulit untuk hambanya beribadah. Dulu saat aku di pesantren, Ustaz pernah mengajarakan untuk tayamum," jelasnya.
"Kamu mau ikut?"
"Tidak."
Dia tersenyum ke arahku, kemudian dia menempelkan kedua tangannya ke tanah lalu menepukkan kedua tangan, setelah itu, menipiskannya dengan cara meniup-niup atau mengibaskannya, selepas itu diusapkannya ke wajah sembari membaca sebaris doa,
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
نَوَيْتُ التَّيَمُّمَ لِاِسْتِبَاحَةِ الصَّلاَةِ فَرْضً ِللهِ تَعَالَى

[ Nawaitut tayammuma li-istibahatis sholaati fardhal lillaahi ta'aalaa ]

Setelah itu, kemudian Randa menepuk kedua tangannya ke arah kiri, lalu diulangi lagi seperti semula hingga tiga kali, setelah itu dia mengusapkan ke tangan sebelah kanan dan kiri secara berurutan.
Kuperhatikan lagi, dia menengadahkan tangannya ke langit seperti berdoa. Itu adalah tata cara ibadah yang baru aku lihat dan kupelajari. Randa, aku tak percaya dia lebih fasih dalam hal agama.
Randa menghampiriku setelah dia melaksanakan salat. Wajahnya terlihat berkilau karena terkena sinar rembulan yang baru saja muncul.
"Yang kulihat tadi itu apa?" tanyaku.
"Yang itu namanya tayamum. Tayamum itu dilakukan ketika musim kemarau, dan susah air, termasuk di hutan ini," jawabnya.

"Kenapa kamu harus salat di hutan?" Aku semakin penasaran yang dilakukan Randa. Apalagi di saat genting seperti ini.
"Ini bentuk penjagaan. Agar Allah selalu melindungi kita, di hutan tempatnya jin dan syetan, semoga Allah melindungi kita."
Randa pun membereskan barangnya setelah itu dia berdiri, dan mengulurkan tangannya. "Ayo, kata sesepuh siluman akan datang tepat saat purnama mencapai puncaknya," ujarnya.
"Apa kamu percaya?"
"Aku meyakini adanya, sebagai ciptaan Allah yang sering kali menyesatkan."

Kami pun berlari sejauh mungkin. Suara auman serigala begitu menggelegar memecah keheningan malam. Setiap kami lari, kulihat bayangan merah mengikuti, kadang dari sebelah kanan kadang pula dari sebelah kiri. Ingin kutanyakan pada Randa tapi dia tidak akan percaya hal mistis yang aku lihat.
Aku tak memperhatikan jalan, hingga aku tersandung sesuatu dan pegangan tangan Randa lepas. Entah apa, tapi aku rasakan sebuah benda bulat menggelinding lalu berbulu kasar dan sedikit kenyal.
"Putri, hati-hati," ujar Randa sambil membantuku berdiri.
"Randa, tadi aku merasakan sesuatu," beritahuku padanya.
"Jangan dilanjutkan. Biarlah, mereka mungkin ingin sedikit bermain dengan kita. Selepas ini kita istirahat di bawah pohon rindang itu!" Randa menuntun langkahku, aku ingin melihat ke belakang tapi Randa melarang.
Kami akhirnya bisa istirahat di bawah pohon yang cukup rindang. Randa mengeluarkan jaketnya lalu menyerahkan padaku.
"Pakailah," ujarnya sambil berjalan lima langkah ke depan lalu kebelakang. Aneh.
Aku terbangun ketika suara hewan begitu nyaring di pendengaran. Kucoba membuka mata secara perlahan dan menyesuaikan dengan keadaan, tiga meter dari tempat duduk, Randa tertidur pulas dengan berselimutkan dahan daun katuk dan berbantalkan tasnya.

"Randa, bangun! Sudah pagi," tegurku sambil menggoyangkan bahunya. Beberapa saat kemudian nampak ia membuka mata, wajahnya masih mamai karena baru saja terbangun.
"Emp, terima kasih telah membangunkanku," ujarnya sambil merentangkan kedua tangan untuk meregangkan ototnya.
Kami akhirnya kembali berjalan menyusuri hutan ini, semakin masuk ke dalamnya, banyak bekas pohon besar yang ditebang, begitu pun banyak darah yang bercecer. Bau amis pun menyeruak masuk ke indra penciuman. Rasanya aku ingin mual, hingga entah dari mana, Randa mendapatkan jeruk purut.
"Cium bau jeruk ini, sugestikan tubuh hanya tercium bau jeruk, hilangkan bau lainnya!"
Aku menuruti ucapan Randa, sembari menyusuri hutan ini. Sedangkan kelompok Bapak, entahlah, aku berharap mereka tidak bisa mengejar kami.

#Bersambung.

Hai Kakak-kakak semua, gimana nih kabarnya? Sorry yah telat. Beberapa hari ini, aku gak punya kuota dan baru hari ini aku post lagi cerita.

Yang mau novelnya, udah bisa dilist dari sekarang yah, nabung dulu lah, karena aku juga belum open PO. Dan nantinya Siapa Nasabnya? Akan berubah judul menjadi Ranput Story'😍😍🤩🤩

Yang mau silakan yah😍🥰🥰,.

Siapa Nasabnya? (Randa dan Putri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang