.Randa terduduk lemas, dia menangkupkan wajahnya, bahunya bergetar. Entahlah, secara refleks aku memeluknya, begitu pun dengan Randa, dia menangis, baru kali ini aku melihatnya selemah ini.
"Sabar, Randa. Doakan saja beliau. Bukankah kamu pernah bilang, setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Entah dalam keadaan baik atau pun buruk. Atau, dalam keadaan salat dan kecelakaan. Semuanya akan kembali, kita hanya perlu mendoakan saja dan kamu pun pernah bilang, bahwa kejahatan akan selalu kalah melawan kebenaran. Jangan bersedih, Randa."
"Maafkan aku, Putri."
Sekuat apa pun laki-laki jika sudah menyangkut perasaan ia pun bisa menangis. Aku bisa melihat raut sayang di wajah Randa, dia pun terlihat takzim pada perempuan itu, seakan ada hubungan darah yang kuat.
Setelah Randa terlihat tenang, dia mengajakku pergi, kami berlari ke arah barat, memasuki hutan rimbun kembali. Setelah cukup aman, Randa menyuruhku duduk sembari memperhatikan keadaan sekitar.
Sama seperti sebelumnya, dia melakukan tayamum lalu salat. Entah salat apa aku merasa aneh.
Randa berdiri, lalu membaca niat salat.
أصلى على ميت (فلان) الغائب اربع تكبيرات فرض الكفاية لله تعالى
Lalu dia mengangkat kedua tangannya, kata Randa itu adalah takbir atau takbiratul ihrom. Setelah itu membaca bacaan dalam al-qur'an. Lalu dia takbir kembali. Dilanjutkan membaca shalawat, “Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad."
Setelah itu dia takbir kembali dan membaca, "Allahummaghfirlaha, warhamha, wa ‘afihi wa’fu anha."
Dan terakhir, dia takbir dan membaca.
اللهم لاتحرمنا أجره ولاتفتنا بعده واغفرلنا وله
"Allahumma la tahrimna ajraha wala taftinna ba’daha waghfirlana walaha."
Setelah itu dia mengucapkan salam.
"Randa, tadi ngapain?"tanyaku setelah ia selesai melakukan sesuatu.
"Itu namanya Salat Jenazah secara gaib. Maksudnya jenazahnya tidak ada di depan kita."
"Apakah wajib?"
"Tidak, tapi hukumnya fardu kipayah. Artinya, apabila dalam satu kelompok salah seorang mengerjakannya maka gugur atau terbebas pula dosanya. Beda dengan salat lima waktu, kita wajib melakukannya," tutur Randa.
Aku bersyukur dipertemukan dengan laki-laki yang pandai dalam agama. Aku baru mengerti kini, segala hal yang tidak aku ketahui mulanya, pada akhirnya aku paham.
****
Beberapa hari ini, kami terus saja berlari, tapi tak kunjung sampai pada niat awal. Banyak kejadian-kejadian di luar akal nalarku. Aku ingin segera sampai, lalu menyeret Bapak ke jeruji besi penjara.
"Putri, ganti dulu pakaianmu, agar kamu lebih mudah untuk melangkah." Randa menyerahkan baju yang kemarin aku pakai. Aku menerima lalu bergegas menggantinya di belakang pohon besar.
Sejak tadi, Randa masih murung, kadang tanpa sengaja kulihat dia menyeka ujung matanya dengan cepat. Kepiluan seakan menggerogoti hati dan pikirannya. Apakah dia menyesal membawaku ke sini, hingga membuat orang terkasihnya meninggal di hadapannya sendiri?
"Randa, pandanglah langit di atas. Di langit biru yang gelap terlukiskan sebuah bulan sabit yang cantik. Meskipun tak ditemani gemerlap bintang, tapi masih indah 'kan jika dilihat dari sini."
"Iya, terus apa maksudnya harus melihat langit?""Yah, pandang saja. Siapa tahu kamu lihat bidadari, dia tersenyum, lalu dia turun ke bumi untuk menghilangkan semua kegundahan dalam hatimu."
"Huh, untuk apa aku melihat langit, sedangkan bidadari sudah berada di sisiku, jadi semua kegundahanku telah hilang dengan senyumnya."#gimana penasaran? Yakin, nih, gak mau ngekepin novelnya Ranput? Dijamin bakalan baper sama cerita mereka.
Yang mau list Novelnya tinggalkan jejak yah😘😍 Saat ini, sudah ada 7 calon pembeli, yakin nih gak mau
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Nasabnya? (Randa dan Putri)
Adventuretentang seorang gadis bernama Putri yang mendapatkan kekerasan dari sang Ayah. Hingga Randa datang dalam hidupnya dan merubah segala hal dalam hidup Putri