.Kata orang, ini hutan terlarang, tapi sepanjang jalan yang kususuri terdapat banyak dalaman perempuan.
"Ini adalah hutan terlarang, semua pesugihan mereka lakukan di hutan ini. Semua kejahatan berada di dalam hutan ini, penebangan kayu besar-besaran, bahkan di sini tempat prostitusi," ujarnya sambil memberikanku buah jambu dan aku menerimanya.
"Maksudnya?"
"Aku membawamu ke sini, bukan sekedar berlari tanpa tujuan, tapi ingin menjadikan kamu saksi atas semua kejahatan yang ada di kampung ini. Kamu adalah harapan, dan yang akan memegang estafet keberhasilan di kampung ini, Putri."
Aku semakin tak mengerti dengan ucapannya, yang aku harapkan aku segera menyelesaikan misiku.
Kami kembali berjalan, hingga menemukan sebuah pohon beringin besar. Kulihat lagi beberapa warga yang entah dari desa mana, mereka sedang melakukan sebuah ritual, Randa menarikku untuk bersembunyi di semak belukar.
Di sana, mereka sedang melakukan pemujaan. Sesajen telah tersedia, lalu beberapa menit kemudian dua orang laki-laki tua datang dengan seorang perempuan muda, bisa kutaksir usianya sekitar tujuh belas tahunan.
Wajah ayu itu terlihat menangis, kakinya bergetar, entah apa yang akan dialami gadis malang itu. Ingin sekali menghentikan ritual tersebut, tapi nyawa kami tak tahu akibatnya.
Gadis itu duduk membelakangi orang tua, setelah itu, seorang laki-laki dewasa mengeluarkan sebuah pisau besar, lalu tanpa aba-aba, dia menebas leher si gadis, hingga darah segar muncrat dan kepala itu terpisah dari tempatnya. Aku begitu shock hingga semua penglihatan berkabur dan menghitam.
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Sehingga, sesuatu yang dingin membuatku kembali terjaga. Kepala begitu sakit, bayangan kejadian tadi masih melintas di pikiran.
"Syukurlah kamu sudah sadar," ujar Randa sambil menyodorkan sebotol minuman.
"Randa, tadi a--ku ...." Sebelum aku menyelesaikan ucapan, Randa langsung membekap mulutku agar tak banyak bicara.
"Diamlah. Jika kamu kuat untuk melihat, lihatlah ke arah tadi," bisiknya. Randa pun melepaskan tangannya dari mulutku.
Aku penasaran, lalu kembali menyaksikan suatu hal yang terlewat karena tak sadarkan diri.
Di sana, laki-laki tua berbadan gempal tengah membuat perapian, layaknya sebuah api unggun. Di sebelahnya dua orang sedang membelah isian perut gadis malang itu.
Mereka mengeluarkan jeroan, tanpa rasa jijik.
Aku semakin tak mengerti apa yang mereka perbuat, ini bahkan terkesan lelucon bagi hidupku, benarkah manusia kanibal itu ada di dunia ini?
Seorang lelaki tua menusuk mulut gadis itu hingga tembus melalui kepala dengan besi seukuran selang air. Ia membakar kepala itu, dibolak balik. Sama persis seperti sate. Bau sengit menguar sampai tempat kami duduk, aku ingin muntah menciumnya.
Di tempat lain, kedua lelaki tersebut menggantung tubuh gadis tanpa kepala itu ke atas pohon yang kokoh sama seperti yang kulihat tadi malam. Hanya saja, kali ini jeroan gadis itu terburai ke luar, dengan leher yang masih menetes darah.
Tanpa rasa dosa mereka melakukan itu. Aku pun melihat mereka duduk bersila sambil kembali menyalakan kemenyan, sebuah mantra atau jampi-jampi mereka ucapkan, tapi aku tidak mendengar jelas, hingga suara angin berembus dari atas pohon besar itu.
Randa merubah posisi menjadi tengkurap dan aku mengikutinya. Dari mulutnya terdengar mengucapkan kalimat istigfar berulang kali. Wajahnya terlihat tegang melihat yang kami saksikan di depan sana.
Kilatan perempuan berbaju merah terlihat, dia datang dengan cepat, lalu dalam beberapa detik jeroan tubuh gadis itu hilang disambarnya. Suara-suara jampi-jampi itu terdengar begitu kencang, hingga angin itu hilang. Begitu pun bayangan perempuan tadi.
"Ayo, kita pergi!" ajak Randa.
"Tapi kita tak bisa berlari, Randa. Bagaimana jika mereka melihat kita?"
"Pakailah otak, Putri. Aku tak akan tega membuatmu jadi tumbal mereka selanjutnya, kita berbalik lalu mengendap seperti biasanya," ujarnya lagi. Randa begitu tega bicara seperti itu, padahal aku hanya bertanya.
Kami pun mengendap berjalan seperti seekor ular, yah kami merayap. Eh, ralat. Kami tengkurap lalu mengesot seperti bayi.
Setelah jauh dari tempat ini, kami bangkit lalu berlari pergi meninggalkan tempat tadi.
"Ini sudah cukup, Putri." Itu yang Randa katakan.
Kami berlari sangat jauh, hingga kami menemukan sebuah aliran sungai yang airnya begitu jernih dan tenang, banyak kupu-kupu menghiasi bunga-bunga berwarna kuning yang tampak elok di pandangan mata.
Randa segera berjongkok, kemudian mengambil air sungai itu untuk membersihkan wajahnya. Aku pun sama seperti Randa. Kesejukan begitu terasa saat air sungai itu menerpa kulit wajah, rasa lelah hilang seketika. Randa mengeluarkan dua bungkus roti dari dalam tasnya. Dia menyodorkan satu bungkus roti rasa coklat kepadaku.
Hari ini tak ada nasi yang masuk ke dalam perut, tapi selembar roti setidaknya mampu mengembalikan stamina.
"Randa apa kamu menyukai petualangan ini?"
"Tentu saja. Ini adalah petualangan yang menegangkan. Putri, setelah ini kita akan memasuki perkampungan yang begitu mistis, siapkan mentalmu dengan melihat sesuatu yang aneh." Randa memperingatiku. Dia kembali mengunyah roti tersebut.
"Apa tidak ada jalan lain, selain melewati kampung itu?"
"Tidak. Kamu harus yakin kita bisa melewati semua ini." Kembali Randa memberiku semangat.
"Randa, apa kamu tak rindu keluargamu?"
"Sangat rindu. Namun, aku harus memastikan keselamatanmu. Aku yakin kamu akan menjadi perempuan tangguh," ujarnya.
"Hemz ... tapi, aku tak yakin."
"Putri, memastikan kamu baik-baik saja adalah tugasku. Jika nanti, langkahku terhenti menemani perjuanganmu, percayalah Allah akan menggantikan dengan seseorang yang lebih baik lagi."
Aku tak mengerti ucapan Randa, tapi rasa sakit dan tak rela jika Randa tak lagi menemani langkahku begitu menyakitkan. Aku sudah terlalu nyaman menggenggam tangannya, apa perasaan ini? Mengapa datang begitu saja.#Bersambung
Bagaimana penasaran? Udah berasa horornya? Kalau mau versi lengkapnya bisa beli di novel yah, 😁😁🥰🥰.
![](https://img.wattpad.com/cover/227975652-288-k246393.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Nasabnya? (Randa dan Putri)
Adventuretentang seorang gadis bernama Putri yang mendapatkan kekerasan dari sang Ayah. Hingga Randa datang dalam hidupnya dan merubah segala hal dalam hidup Putri