Bagian Empat Belas

223 16 2
                                    

.Apa baru saja dia bilang bidadari itu adalah aku?
"Ayo, istirahat! Sebelum melanjutkan perjalanan, kita harus cukup istirahat," ajak Randa.
Dia terlihat mengalihkan perbincangan. Dengan cepat, dia menutup matanya.
Pagi sekali, kami sudah berjalan menyusuri jalan setapak. Atmosper menakutkan begitu terasa saat kami masuk ke dalam hutan rimba yang terasa lembap. Kami berlarian menyibak semak, melompati sungai kecil, dan batang kayu yang melintang.
Perjalanan hari ini tidak semenantang hari-hari Sebelumnya. Hingga dari ujung sana terdengar suara anjing yang menyalak dan beberapa orang yang mengeluarkan tembakan. Sepertinya mereka sedang berburu babi hutan. Mereka sepertinya berlari ke arah kami, dan kami langsung bersembunyi di pohon yang besar.
Suara anjing semakin terdengar dekat, beberapa babi hutan pun melintas di hadapan kami. Babi itu menguik, menyadari bahaya yang mengancam, hingga segera berlari bagai kerasukan setan.
Tidak berapa lama, empat orang pemburu datang dengan membawa senapan, ditemani beberapa anjing yang cukup besar.
Mereka bergerak cepat, suara senapan meletus susul-menyusul. Mereka berlari, aku dan Randa mengikuti tujuan para pemburu melalui jalan lain dan secara sembunyi-sembunyi.
Awalnya, aku menolak usul Randa, tapi hutan ini terlalu bahaya. Jadi, jika kami mengalami kesulitan karena hewan liar, setidaknya bisa menjerit meminta bantuan pada para pemburu.
Lima menit dengan napas tersengal, pemburu itu meletuskan senapan terakhirnya. begitu pun anjing-anjing yang semakin kuat menyalak. Darah merah membuat basah dedaunan kering, itu berasal dari dua babi yang berhasil mereka tembak.
"Randa, apa yang akan mereka lakukan dengan babi itu?" tanyaku sedikit berbisik.
"Mungkin mereka akan memakannya, mengolahnya atau dijual ke kota dengan harga yang mahal."
"Apa kamu pernah makan dagingnya?"
"Tentu saja tidak. Kenapa kamu banyak tanya, bisakah saat keadaan genting jangan bersuara. Kamu ingin lihat, sebentar lagi babi besar akan muncul," ujarnya.
Benar saja apa yang Randa katakan, anjing menyalak dengan tidak sabaran. Lalu tiba-tiba, anjing itu berhenti menyalak. Aku menoleh pada Randa yang sedang fokus melihat kejadian selanjutnya.
Benar saja, tiga ekor babi paling besar datang. Ukurannya mungkin tiga kali lebih besar dibandingkan babi sebelumnya yang telah mereka tangkap. Taringnya begitu tajam, babi itu mendengkus kuat.
Senapan kembali memuntahkan peluru. tiga ekor babi itu melompat dengan gesit dan menyerang para pemburu dengan cepat dan buas. Mereka menyeruduk seperti banteng. Aku membayangkan kalau kami yang dikejar seperti itu, tanpa senjata, sudah pasti tidak hidup lagi. Ini kali pertama aku melihat babi sebesar itu.

#yuhu,  gimana masih menegangkan?

Yang mau novelnya bisa list dari sekarang.  InsyaAllah minggu ini akan segera open PO😍😍😍

Siapa Nasabnya? (Randa dan Putri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang